"Maaf, Dokter. Apakah hasil pemeriksaan laboratorium sudah keluar?" tanya salah seorang dokter pada rekan kerjanya yang merupakan dokter paling senior di sana.
"Tidak usah pikirkan itu. Nyawa pasien dalam bahaya. Untuk berjaga-jaga, lakukan sesuai protokol penanganan penyakit menular," jawab dokter yang bernama Eva
"Keadaan pasien kritis. Siapkan ruang isolasi!" teriaknya pada tenaga medis lain yang berada di ruangan itu. Perintah tersebut membuat jantung seluruh petugas berdebar kencang. Kalimat itu sudah menjadi kode bagi mereka agar segera melakukan prosedur seperti yang tertera dalam edaran dari Kementerian Kesehatan Global. Wanita paruh baya itu menghela napas berat.
Rumah sakit yang terkenal sebagai salah satu pelayanan kesehatan terbaik sore itu nampak sangat sibuk. Beberapa orang tenaga medis dengan pakaian serba putih serta seperangkat alat pelindung diri bergegas mendorong brankar menuju sebuah ruangan khusus. Pasien yang terbaring di atasnya seolah hanya bisa pasrah menunggu akhir hayatnya.
Sesampainya di sebuah ruangan berfasilitas lengkap yang cukup terpisah dari ruang rawat lain, para petugas segera melakukan penanganan sesuai prosedur. Dipasanglah ventilator ke tubuh pasien guna membantunya bernapas. Akan tetapi kondisinya yang diperparah oleh riwayat penyakit sebelumnya telah menyebabkan pasien kejang sehingga membuat para dokter sedikit cemas.
------x---x------
Sementara itu, para dokter yang lain mengadakan sebuah rapat mendadak dengan Kepala Rumah Sakit. Topik bahasannya tentu tidak lain adalah kondisi beberapa pasien yang mulai menunjukkan gejala infeksi virus yang cukup berat.
"Kita harus segera melaporkan hal ini pada Dinas Kesehatan Area!" seru salah seorang pria berusia empat puluhan tahun. "Dengan begitu, masyarakat bisa menjadi lebih waspada. Jumlah penduduk Area 18 mencapai tiga milyar. Jika dibiarkan, virusnya mungkin saja menyebar ke seluruh Area."
Tidak sedikit yang menyetujui hal itu. Akan tetapi sebagiannya masih menolak dengan beberapa alasan. "Kita belum mendapat laporan pasti dari petugas laboratorium. Jika kita buru-buru melaporkan, dan menaikkan status menjadi zona kuning tetapi hasilnya negatif, kita akan dipandang hanya menyebar rumor tidak jelas dan meresahkan masayarakat."
"Saya setuju dengan Anda. Lagipula, yang perlu kita lakukan hanya mengisolasi pasien tersebut sembari menunggu laporan hasil pemeriksaan. Penyebaran penyakit antar manusia sangat sulit terjadi," imbuh yang lain.
Di tengah perdebatan yang kian memanas, salah seorang yang berada di paling belakang ragu-ragu mengangkat tangan. "Maaf jika saya lancang, Dokter. Virus ini pernah menyebabkan epidemi sejak tahun 2003. Tingkat kematian yang disebabkan infeksi virus tersebut mencapai lebih dari lima puluh persen. Meskipun penyebaran antar manusia belum terbukti efektif, kita bisa kehilangan seluruh penduduk bumi jika diabaikan."
Ia memandang ke arah layar yang memperlihatkan beberapa orang petugas yang menangani pasien yang berstatus sebagai suspect di ruangan isolasi. "Bagi saya, semua nyawa itu berharga. Semua orang pantas hidup. Apabila membiarkan mereka mati, kita sama saja dengan seorang pembunuh. Kita akan sangat berdosa!" Ucapan itu membuat seluruh pasang mata tertuju padanya.
Kepala Rumah Sakit menghela napas. "Baiklah, rapat ini kita akhiri. Saya akan segera melaporkan hal ini, dengan menyertakan keterangan bahwa hasil pemeriksaan laboratorium belum keluar. Saudara sekalian bisa keluar dan kembali ke pekerjaan masing-masing. Saya ucapkan terima kasih ba-"
Ucapan Kepala Rumah Sakit terhenti begitu terdengar seruan salah seorang perawat yang berjaga di IGD. "Dokter, ada lebih banyak pasien yang menderita gejala serupa!"
------x---x------
Di ruangan lain, tidak terlalu jauh dari IGD, mereka yang belum terlalu lama bekerja di rumah sakit itu tengah berkumpul. Salah satu di antaranya adalah seorang pria berusia hampir tiga puluh tahun, Karl. Dibandingkan dokter lain, dirinya terhitung sangat muda. Di saat tenaga medis senior lain tengah menangani pasien kritis, dia dan beberapa yang lain tengah mendapat pengarahan tahap akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] We Will See the Sunshine Tomorrow
Science Fiction"Kita akan melihat cahaya matahari, besok." Hanya itulah janji yang bisa diberikan kepada Celine oleh Cyril, lelaki yang seolah sudah menjadi cahaya matahari bagi gadis itu. Virus H5N1 menyebabkan pandemi pada abad ke dua puluh dua. Memaksa para pem...