Luna memarkirkan mobil di basement tempat kerjanya yang luasnya melebihi lima lapangan sepak bola yang terletak berdekatan. Di tempat itu, si pemilik hanya perlu meletkkan mobil di depan pintu masuk, kemudian menggunakan chip yang tertanam di dalam lengan yang sekaligus berfungsi sebagai ID card. Sistem akan memasukkan mobil secara otomatis. Langkah serupa juga dilakukan untuk mengeluarkannya kembali. Dengan begitu, frasa 'pencurian kendaraan' telah lama terlupakan oleh orang pada masa itu.
Wanita itu memasang perlengkapan keamanan seperti sarung tangan, masker, serta kacamata goggle yang sudah tersedia di loker miliknya. Beberapa rekan kerja yang berpapasan dengannya di koridor menyapa sembari bertukar senyuman -- yang hanya bisa dilihat dari kerutan di sekitar mata karena tertutup masker.
Meski begitu, mereka tidak memiliki cukup waktu untuk berbicara banyak hal. Semua pegawai di tempat itu punya banyak sekali pekerjaan yang tidak bisa diabaikan. Waktu amatlah berharga, karena bahkan makhluk lain sekecil virus perlahan-lahan bisa bermutasi menjadi jauh lebih kuat dari detik-detik sebelumnya.
Luna berjalan cepat menuju ruang kerjanya, atau mungkin lebih tepat untuk disebut sebagai laboratorium yang juga berdinding kaca. Tempat tersebut dipenuhi barang layaknya laboratorium pada umunya, namun dilengkapi dengan sebuah layar hologram yang berfungsi sebagai komputer, serta beberapa peralatan yang tidak pernah diduga akan tercipta.
Hanya dalam hitungan detik, dia mulai mengamati sampel virus melalui lensa mikroskop. Makhluk yang tubuhnya hanya tersusun atas RNA itu ditemukan di Area 03 oleh para ilmuwan kemarin malam. Makhluk itu diyakini merupakan sisa dari senjata biologis pada Perang Dunia Ketiga puluhan tahun lalu yang bermutasi.
Tiga puluh menit kemudian, wanita muda itu beralih pada layar hologram di belakangnya. Menganalisis data yang dia dapatkan, membandingkan dengan hasil penelitian dari ilmuwan-ilmuwan sebelum mereka, kemudian melaporkannya ke markas pusat.
Itulah yang dilakukan Luna setiap hari sebagai seorang ahli virologi. Senyuman di wajahnya terkembang ketika melihat hasil kerjanya berhasil terkirim. Meski melelahkan, pekerjaan tersebut tetap ia tekuni demi Celine, satu-satunya hal berharga yang ditinggalkan untuknya.
*
Cyril menatap teman kecilnya lamat-lamat lewat kaca spion. Tidak ada sedikit pun gurat kesedihan yang tampak meskipun topik pembicaraan tersebut sangat senstif bagi sebagian orang. Ia benar-benar tidak menyangka Celine akan setegar itu.
Kecelakaan H-190/45 dikenal oleh seluruh dunia sebagai salah satu insiden luar angkasa terparah. Puluhan astronaut, termasuk kedua orang tua Celine menjadi korban. Jangankan jasad mereka, bangkai pesawatnya saja tidak ditemukan sepotong pun. International Space Agency mengumumkan jika kecelakaan itu disebabkan oleh kesalahan teknis dan posisi pesawat ulang alik yang terlalu dekat dengan bintang neutron.
Namun bagi lelaki itu, alasan tersebut seolah hanya dikarang-karang oleh beberapa oknum. Peluncuran pesawat ulang alik di zaman mereka jelas berbeda jauh dengan abad kedua puluh saat manusia pertama kali menginjakkan kaki di bulan. Kesalahan teknis seolah menjadi hal yang mustahil mengingat berbagai usaha yang dilakukan sebelumnya untuk mengantisipasi kecelakaan yang disebabkan kebakaran kabin pesawat, disintegrasi akibat suhu rendah, atau semacamnya.
Selain itu, kecelakaan karena terlalu dekat dengan bintang neutron jauh lebih tidak masuk akal. Hal itu karena teknologi mampu mendetektsi benda luar angkasa dengan radius jutaan tahun cahaya. Pemerintah ataupun pihak International Space Agency, pasti akan dengan segera membatalkan misi yang dinilai berbahaya. Sehingga, jika itu bukan hal yang disengaja, akan menjadi mustahil.
"Hei, tidak boleh melamun saat berkendara." Celine menepuk bahu laki-laki itu pelan, menyadarkannya kembali dari alam bawah sadar. Pemuda itu tercengung memandang sekitar kebingungan seperti seseorang yang baru saja bangun tidur lelap, kemudian tertawa kecil melihat wajah temannya yang masih saja tampak kusut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] We Will See the Sunshine Tomorrow
Science Fiction"Kita akan melihat cahaya matahari, besok." Hanya itulah janji yang bisa diberikan kepada Celine oleh Cyril, lelaki yang seolah sudah menjadi cahaya matahari bagi gadis itu. Virus H5N1 menyebabkan pandemi pada abad ke dua puluh dua. Memaksa para pem...