3rd Light: Nice to Meet You Mr. President

103 25 48
                                    

Gedung walikota tampak begitu ramai dengan pengunjung yang antusias. Memang acara ini dibuka untuk umum. Selain karena jarang sekali diadakan, peringatan ini juga dimaksudkan sebagai ajang edukasi kepada anak-anak yang masih mengenyam pendidikan di akademi.

Acara ini akan diselenggarakan secara live. Sehingga penduduk distrik yang jumlahnya hampir mencapai tiga milyar dapat menyaksikan. Itulah mengapa penyelenggara juga merencanakan ini akan menjadi waktu yang tepat bagi walikota untuk menjelaskan program beliau untuk Area 18 ke depannya. Jika biasanya warga akan tidak tertarik menonton konferensi pers yang dianggap membosankan, peringatan ini tentu akan menjadi magnet bagi mereka.

Celine duduk di sebelah Sharon yang sejak awal tidak bisa menahan semangatnya. Dia terus berteriak heboh, terlebih ketika sang pembawa acara mulai memberikan beberapa patah kata untuk membuka acara. Sampai-sampai Leon yang berada di kursi sebelah kanannya terpaksa memasang sebuah bulatan metal kecil yang berfungsi sebagai airpod.

"Baiklah. Tanpa perlu berlama-lama lagi, mari kita sambut walikota kita yang tercinta, Tuan Stuart Hayden!" seru si pembawa acara sembari mempersilakan seorang pria naik ke atas panggung. Gemuruh tepuk tangan memenuhi ballroom. Kamera-kamera kecil seukuran capung beterbangan mengambil gambar dari berbagai sudut pandang.

"Selamat sore, hadirin sekalian. Saya sangat senang bisa berkumpul dengan semuanya di tempat ini. Termasuk kalian para siswa akademi," walikota memulai sambutannya. Gemuruh tepuk tangan kembali terdengar dari seluruh penjuru ballroom.

"Mari kita ucapkan yel-yel kebanggaan seluruh siswa di distrik ini agar semuanya semangat," ajak si pembawa acara melihat reaksi anak-anak muda yang hadir saat mendengar sapaan walikota. "Area 18 ...."

".... We are united! We are unbreakable. Think twice to beat us!" sambung para pemuda dan pemudi sambil mengangkat kepalan tangan tinggi-tinggi. Dan tentu saja yang paling semangat di antara mereka berempat adalah gadis bermanik kemerahan itu, Sharon. Dia memaksa sampai batas kemampuan tenggorokan sampai dia terbatuk-batuk setelahnya.

Tidak usah tanya soal Leon. Lelaki itu hanya melipat kedua lengan seraya melempar tatapan menyeramkan dari manik abu-abu miliknya. Dia mungkin akan menjadi satu-satunya partisipan yang tidak bersuara sedikit pun sejak acara dimulai. Ralat, dia pernah mengeluarkan suara meski itu hanya decihan yang mewakili kalimat sarkas yang terpendam dalam hati.

Berbeda dengan Cyril yang duduk di sebelah kiri sahabat kecilnya. Ia tampak sibuk dengan layar tipis tablet. Membaca artikel yang entah apa isinya. Namun raut wajah serius sudah bisa merepresentasikan apa yang dibaca. "Mungkin itu jurnal penelitian ilmiah yang biasa dia baca saat senggang," pikir Celine ketika lelaki itu bahkan tidak menyempatkan untuk mengangkat wajah sedetik pun, apalagi menyerukan yel-yel seperti yang lain.

"Hari ini, kita tidak hanya kedatangan Pak Walikota. Tapi juga seseorang yang tidak kalah spesial," ucap pembawa acara muda itu ketika suasana riuh mulai mereda. Masing-masing pendengar berusaha menebak siapa undangan spesial yang dimaksud oleh sang pembawa acara.

"Marilah kita sambut ...." Pembawa acara tidak langsung menyebutkan nama. Dia sengaja membuat suasana menegangkan dengan membiarkan semua orang, bahkan walikota sendiri terus bertanya-tanya dalam hati. Laki-laki itu menoleh ke arah seorang pria yang menaiki panggung, namun belum terlihat sepenuhnya oleh penonton kemudian melanjutkan ucapannya."... presiden kita yang terhormat, Tuan James Howarth!"

Sharon yang sudah lama sekali menunggu dengan jantung berdebar tertegun mendengar nama itu. Dia ikut berteriak dengan suara sedikit serak meramaikan sorakan orang-orang walaupun tenggorokannya belum pulih. Sampai-sampai benda yang bertengger di telinga Leon seolah kehilangan fungsinya karena seruan gadis bersurai hitam itu.

Pria yang dikenal seluruh dunia sebagai pemimpin global tertinggi melambaikan tangan kepada para hadirin yang bertepuk tangan riuh. Senyuman di wajah karismatik itu menambah wibawa yang terpancar dari orang yang selama bertahun-tahun bertahan di kursi pemerintahan karena suara dari sembilan puluh sembilan persen pemilih dari berbagai distrik yang menyukai caranya.

"Wow, baru pertama kali ini aku melihat presiden secara langsung," ungkap Celine kagum.

Sharon mengangguk setuju. "Aku juga. Kalau saja aku tahu, pasti aku akan mengambil posisi duduk di depan? Kalau begini, hasil fotonya tidak akan bagus," imbuhnya dengan suara yang berubah jauh dari versi aslinya.

"Cih, apa bagusnya? Politikus seperti dia hanya bisa tersenyum seperti itu di hadapan kita, padahal di belakang mereka saling menjatuhkan satu sama lain. Lagipula, dia hanya beruntung karena koalisinya sudah menguasai seluruh permukaan bumi," cibir Leon sinis. Lelaki itu bahkan tampak tidak berminat menatap panggung.

Sharon mendelik, mengepalkan jari-jari tangan yang terasa gatal dan ingin memukul. "Jaga bicaramu, Leon. Kau tidak bisa sembarangan menilai. Lagipula, Tuan Howarth selama ini sudah menjadi pemimpin yang baik," protes gadis itu.

Perdebatan di antara keduanya pun tak terelakkan. Cyril diam-diam memasangkan airpod di telinga kiri teman kecilnya agar tidak perlu mendengar adu argumen mereka. Celine yang terkejut dengan keberadaan benda dingin di telinganya menoleh heran.

"Dunia politik itu terlalu kejam. Aku tidak ingin kau hancur karena mengetahuinya terlalu jauh," ucap laki-laki itu samar. Celine terdiam beberapa saat, mencoba untuk mencerna. Meski pada akhirnya dia hanya mengangguk karena Cyril adalah orang yang selalu berusaha melindunginya. Jadi wajar saja jika ia dengan begitu mudah percaya.

Ketika semua pasang mata berbinar kagum pada sosok presiden, satu orang yang seolah dianggap tidak ada memandang pria itu dengan tatapan tak terbaca. Ia mengucapkan beberapa kata yang pada akhirnya tenggelam dalam riuhnya sorak dari para hadirin.

"James, masih ingatkah kau pada hari itu?"

*

22 September 2020, 16:20 WITA.

Fyi, yel-yel mereka sebenernya adalah yel-yel andalan sekolahku 😂. Aku enggak berbakat bikin, jadi aku comot aja, dengan beberapa perubahan pastinya 😄.

Jangan lupa vote dan comment ya 😁.

Jangan lupa vote dan comment ya 😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[END] We Will See the Sunshine TomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang