Detik terus berlalu tak dapat dihentikan. Tak pernah ada yang sama pada setiap gerakan jarum jam, meski hanya sebutir debu. Tanpa terasa, waktu yang terus bergulir telah lama menyaksikan kepedihan, juga pahit getirnya kehidupan sang planet yang ditinggali makhluk bernama manusia. Terlalu banyak pertumpahan darah dan air mata untuk disaksikan.
Kondisi bumi yang sudah sekarat mewarnai setiap pandangan. Ozon yang menipis, tingkat air laut yang terus merangkak naik, pulau-pulau yang semakin banyak tenggelam, dan tak lupa musim yang semakin tidak stabil tampak begitu menyayat hati. Namun sayangnya, manusia terlalu tuli -- lebih tepatnya tidak peduli -- untuk mendengar jeritan tangis Ibu Pertiwi.
Tidak cukup sampai di situ. Pada tahun 2060, perang dunia ketiga meletus dengan hebat. Jutaan, bahkan milyaran orang tak bersalah terkapar tidak berdaya berselimutkan debu dan darah yang tercampur menjadi satu. Menjadi saksi atas keegoisan dan kerakusan manusia tak berhati layaknya binatang buas, bahkan lebih keji dari mereka.
Setelah menyisakan tiga setengah milyar populasi, barulah mereka menghentikan semuanya. Bergerak maju dengan dada membusung. Membanggakan berbagai macam teknologi yang melejit usai perang, mewarnai setiap sudut kehidupan. Mereka tersenyum tanpa perasaan berdosa. Menutup mata atas lima milyar orang yang meregang nyawa demi kepuasan mereka.
Sejak kedua kubu yang berkonflik selama hampir lima tahun memutuskan untuk berdamai, tidak ada lagi batasan antarnegara. Mereka memutuskan untuk membuat dua puluh persen permukaan bumi yang masih berupa daratan menjadi satu kesatuan. Hanya ada satu pemerintahan yang sah di dunia. Yang dipimpin seorang presiden yang dibantu oleh sebuah kabinet untuk mengurus mereka yang masih bertahan dari situasi kritis.
Istilah negara sudah hampir tak terpakai, kecuali dalam pelajaran sejarah. Daratan yang masih berada di aras permukaan laut dikelompokkan menjadi delapan belas distrik yang disebut "Area". Setiap area dipimpin oleh seorang walikota. Area-area tersebut dikelompokkan berdasarkan tingkat kerusakan pasca perang.
Area 15 sampai dengan 18, adalah daerah dengan kerusakan paling ringan dan paling cepat pulih. Dimana Area 18 adalah distrik dengan teknologi paling mutakhir. Warga hidup dalam kedamaian, dan ketenangan. Tidak ada lagi krisis ataupun kekacauan. Dengan situasi seperti itu, para petinggi dunia memutuskan untuk menjadikan Area 18 sebagai pusat pemerintahan global.
Area 05 sampai Area 10 adalah distrik dengan tingkat kerusakan menengah. Sebagian dari daerah tersebut masih dalam pemulihan. Serta teknologinya mulai menyusul area-area dengan nomor besar. Area 02 hingga Area 04 adalah daerah dengan kerusakan cukup berat serta membutuhkan waktu cukup lama untuk pulih pasca perang.
Sementara itu, Area 01 adalah distrik dengan kerusakan paling parah. Limbah radioaktif dari hasil buangan senjata nuklir yang dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang tepat telah menjadikan ribuan kilometer persegi distrik itu menjadi kota mati. Ditambah lagi dengan sisa-sisa senjata biologis yang diduga masih ada turut mempercepat tumbangnya daerah tersebut.
Akan tetapi, berbagai rintangan itu tidak lantas membuat hati mereka ikut rapuh. Penduduk Area 01 yang masih bertahan dengan cepat bangkit. Menghidupkan kembali daerah-daerah yang masih bisa ditinggali. Membangun sistem perekonomian yang bahkan tidak kalah hebatnya dibandingkan dengan Area lain.
Mereka berhasil mengembangkan komoditas pertanian dan perkebunan bahkan sampai bisa mengekspor ke seluruh Area di dunia. Tentu saja hasil pertanian mereka jauh lebih baik karena ditanam langsung di atas tanah yang masih tergolong luas, tidak seperti Area lain yang mengandalkan hasil dari greenhouse ataupun dari sistem pertanian bawah laut.
Area 01 juga menjadi salah satu penghasil daging dan telur terbaik. Di saat Area lain menggunakan mesin untuk mengurus hewan di peternakan tanpa campur tangan manusia, distrik ini masih menggunakan tenaga manual. Meskipun kini beberapa alat mulai dikembangkan untuk mempermudah pekerjaan. Hasilnya tidak kalah dari Area lain, bahkan jauh lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] We Will See the Sunshine Tomorrow
Science Fiction"Kita akan melihat cahaya matahari, besok." Hanya itulah janji yang bisa diberikan kepada Celine oleh Cyril, lelaki yang seolah sudah menjadi cahaya matahari bagi gadis itu. Virus H5N1 menyebabkan pandemi pada abad ke dua puluh dua. Memaksa para pem...