"Baik, mari kita sambut secara meriah, ini dia tim 1. Yang terdiri dari si luar biasa nan tampan Aldric, si cantik Ralin dan si tampan Zafar!"
Kami bertiga membungkuk kepada penonton saat berada di tengah panggung. Aku terus melengkungkan bibir, tersenyum sempurna.
"Silakan duduk."
Kami bertiga pun duduk di sofa yang telah tersedia di atas panggung. Aku dan Zafar duduk bersebelahan, sedangkan Aldric duduk terpisah di sofa ukuran single, berhadapan dengan pembawa acara perempuan. Kali ini, hanya ada satu pembawa acara.
"Baiklah, kali ini kita mau berbincang santai dengan kalian sebelum pertandingan dimulai esok lusa. Saya ingin bertanya kepada kalian bertiga, boleh dijawab secara bergantian, ya. Apa reaksi kalian ketika pertama kali mengetahui bahwa kalian menjadi salah satu peserta HC Looking for Talents? Zafar dulu, mungkin."
"Reaksi saya tentu saja terkejut, karena kemungkinan untuk hal ini bisa terjadi itu kecil sekali."
"Kecil sekali karena?"
"Tentu saja karena murid di Cindrawana ini banyak. Bisa dibilang, kemungkinannya 1 banding 100," Zafar menanggapi.
Pembawa acara perempuan mengangguk mengerti. "Tetapi, kalau seperti itu bukankah setiap siswa mendapat kesempatan yang sama besarnya?"
"Nah, karena itu kemungkinannya sangat kecil."
Pembawa acara perempuan memberi sedikit jeda, mungkin sedang memproses maksud perkataan Zafar sebelum akhirnya tersenyum dan mengangguk. "Ah, iya juga. Lalu, bagaimana dengan Ralin?"
"Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan reaksi saya saat itu, tapi yang pasti saya sangat gugup dan tentu saja saya sangat merasa excited untuk ini."
"Berarti tak terjelaskan, ya, apa yang kamu rasakan secara pasti saat itu."
Aku mengangguk ramah. "Iya."
"Memang sih, mengetahui kalau kita menjadi salah satu siswa yang terpilih itu rasanya tidak bisa dijelaskan secara detail. Tetapi, apakah sebelumnya kamu telah menduga kalau kamu akan menjadi salah satu peserta HC Looking for Talents?"
Aku terdiam beberapa saat setelah mendengar pertanyaan dadakan itu. "Tentu tidak. Karena seperti yang Zafar katakan tadi, kemungkinannya sangat kecil. Seperti 1 banding 100."
"I see," pembawa acara tersebut menatap Aldric, "Bagaimana dengan kamu?"
"Menurut saya ini semacam dream come true sekali. Jadi tentu saja saya merasa sangat senang akan ini."
"Oke, oke. Pembicaraan sudah mulai merembet ke pertanyaan kedua, ya. Apakah kalian sangat menginginkan untuk mengikuti pertandingan ini? Silakan Ralin."
Aku tersenyum. "Jujur, awalnya saya sangat tidak tertarik dengan HC Looking for Talents, karena saya merasa tidak percaya diri untuk ini. Tetapi ada alasan lain yang dengan cepat membuat saya ingin berada di sini. Dan di sinilah saya berada, siap untuk bertanding lusa."
Suara tepuk tangan terdengar bergemuruh.
"Wah sangat menarik sekali. Sayang ya, kamu tidak menceritakan alasan lain itu. Tetapi apa pun itu, semoga kamu beruntung!"
"Terima kasih, kak."
"Oke, sekarang Zafar."
"Saya juga awalnya tidak begitu tertarik dengan pertandingan ini. Tetapi karena saya harus membantu dan menemani teman saya, maka dari situ timbul rasa ingin yang begitu besar."
Aku terdiam, senyum yang sedari tadi tak luput dari bibir kian menghilang. Apakah kata teman dalam kalimat Zafar itu adalah aku? Ada alasan yang mendukungnya. Tetapi aku tidak yakin. Namun, siapa lagi?

KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Tersembunyi
Teen FictionSejak keikutsertaan Ralin dalam pertandingan HC Looking for Talents yang terkenal dan berlokasi di sekolahnya, ia menjadi terjebak dalam sebuah Kelompok Pejuang Keadilan yang disingkat KPK. KPK memiliki tujuan untuk mengungkap enigma yang telah dima...