BAB 3

131 53 68
                                    

29/05/24

Sudah siap untuk menyelami kisah Ralin lebih dalam?


Enjoy the story!

~~~

Saat aku menggeledah tasku sendiri, aku menemukan sebuah benda yang sama seperti yang Zafar tunjukkan tadi. Penyadap suara. Aku segera mengambilnya dan berjalan keluar kamar. Tetapi sebelumnya, aku sempatkan untuk berkunjung ke kamar Feby yang berada di sebelah kamarku untuk memeriksa sesuatu.

Untung saja pintunya tidak dikunci. Aku masuk dengan cepat dan hening. Berusaha secepat mungkin mencari benda. Namun nihil. Tidak ada. Tanpa membuang waktu, aku segera menemui Zafar yang berada di taman belakang asrama.

Zafar sedang duduk di kursi panjang. Dia berdiri ketika melihatku. Dia menatapku dengan penuh pertanyaan. Aku langsung menunjukkan penyadap suara yang sama dengan miliknya. Dan Zafar langsung mengambilnya dan mengotak-atik sebentar. Setelahnya ia berbicara, "Kira-kira ini ada di tas Feby juga tidak, ya?"

Aku langsung menggeleng. "Nggak ada. Aku sempet periksa tadi sebelum ke sini. Eh, kamu udah mematikan alat itu, kan?"

"Udah. Dan apa yang kamu lakukan brilian sekali."

Sepertinya Zafar memuji sikapku yang tangkas dengan langsung memeriksa tas Feby. Aku menahan senyum. "Kenapa alat itu hanya ada di kita?"

Zafar mengecek jam di pergelangan tangannya. "Kita bahas besok. Sebentar lagi patroli malam akan dilakukan."

"Baiklah."

Dia menyerahkan alat penyadap suara itu kembali padaku.

"Nggak kamu aja yang simpan?"

"No. Kamu simpan saja, karena ini ada di dalam tas kamu."

Aku mengambilnya dan mengangguk. "Aku duluan." Lalu aku berbalik, melangkah menuju asrama putri.

Ini sungguh aneh. Siapa yang meletakkan alat penyadap suara di tasku? Mengapa dia melakukan itu? Sangat membingungkan.

***

Pagi harinya, Cindrawana High School ramai sekali. Karena hari ini, tim HC akan datang untuk perkenalan, sekaligus gladi resik kegiatan esok hari yang akan ditayangkan secara langsung dari salah satu stasiun televisi swasta. Dan tentu saja hari ini tidak akan ada pelajaran karena para guru sibuk menampilkan muka paling baik yang mereka punya di depan tim HC.

Ketika bel berbunyi, seluruh murid Cindrawana High School disuruh berbaris rapi di lapangan. Tangan kanan pemimpin HC sudah berdiri di samping kepala sekolah. Mereka berdua terlihat saling akrab, atau mungkin memaksakan diri untuk akrab, entahlah.

Sekarang hari Jumat, pemilihan sembilan orang akan dilaksanakan besok, yang berarti hari Sabtu. Dan acara inti akan dimulai hari Senin. Beserta garis waktu pelaksanaan pertandingan. Begitu yang tertulis dari edaran surat yang sebenarnya tidak terlalu penting menurutku.

Tangan kanan pemimpin HC bernama Jackson William, ia mempunyai brewok tipis di rahangnya yang tegas dengan tatapan mata setajam elang. Kalau dilihat dari penampilannya, mungkin ia berumur 25 tahun ke atas.

Enigma TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang