Day 5 - Part 3
Begitu aku dan Zafar sampai di belakang panggung, kami langsung disuguhkan pemandangan Aldric yang sedang berbincang sengit dengan kru HC yang tadi menegur kami. "Nah, itu mereka, Pak!" ujar Aldric antusias ketika baru saja melihat kedatangan kami.
"Saya minta maaf karena sudah telat, Pak," kata Zafar penuh sesal.
Kru HC menatapku dan Zafar dengan sengit. "Lain kali kejadian ini jangan sampai terulang. Kalau berbicara dengan pendamping, itu bisa ditunda sampai pertandingan selesai. Paham?"
Aku dan Zafar mengangguk patuh.
"Tiga menit lagi kalian naik ke atas panggung. Silakan rapikan penampilan kalian sampai terlihat sesopan mungkin!" perintah kru HC kepada ketiga tim.
Mendengar itu, otomatis aku langsung mengecek pakaian dan segala macam yang aku pakai. Menurutku ini sudah cukup rapi dan sopan.
"Maksud saya, bagi perempuan yang mengikat rambut, kali ini biarkan tergerai saja. Karena pertandingan hari ini kalian cukup duduk di kursi dan kamera akan menyorot kalian. Atau setidaknya, jangan mengikat rambut macam dia!" ucapnya sambil menunjukku di akhir kalimat, lalu dia berjalan pergi meninggalkan kami begitu saja.
"Memangnya mengikat cepol rambut itu tidak sopan?" gerutuku.
"Masalahnya, ikat rambutmu sekarang sudah tidak serapi tadi, Lin," bisik Zafar.
Aku melotot dan segera memeriksa ikat rambutku yang memang sudah berantakan. "Kenapa kamu tidak menegurku dari tadi, Zafar!"
Zafar dan Aldric hanya terkekeh pelan.
Aku segera melepas ikat rambutku yang berantakan dan hendak menggantinya dengan model kuncir kuda. Tetapi sebelum aku melakukan itu, Zafar memberikanku jepit rambut pemberiannya yang tadi sempat aku pakai dan aku tinggalkan di atas meja. "Pakai ini saja."
Aku menerimanya dengan senang hati. "Eh, ini tadi ketinggalan, ya? Terima kasih, Zaf."
Setelahnya aku memakai jepit rambut itu dan memasukkan ikat rambut yang tadi aku pakai ke dalam saku.
"Nah, ini baru Ralin dengan pesona rambut panjangnya yang memukau," Zafar mengucapkan itu sambil berbisik tepat di telingaku. Pelan sekali. Sampai aku yakin hanya aku yang bisa mendengarnya. Namun aku hanya diam, lagi-lagi bingung harus menanggapi bagaimana.
Sepersekian detik setelahnya, kami disuruh naik ke atas panggung untuk memulai pertandingan HC. Begitu sampai di atas panggung, euforianya masih terasa sama. Berbagai lampu sorot mengarah kepada kami, begitupun juga dengan kamera yang ada di depan panggung. Semua mata tertuju kepada kami.
Di belakangku terdapat tiga meja yang tersusun di ketiga sisi panggung. Di atas meja itu terdapat kotak hitam berukuran sedang.
"Selamat datang kembali untuk ketiga tim peserta HC Looking for Talents!" kata pembawa acara perempuan dengan semangat.
Tepuk tangan terdengar menggema.
"Ini adalah hari kelima sejak HC Looking for Talents dimulai, sekaligus ketiga kalinya kalian bertanding. Pasti kita semua sudah tidak sabar untuk mengetahui apa pertandingan yang akan diselenggarakan hari ini dan siapa pemenang dari tantangan tersebut, bukan? Baiklah, tanpa membuang waktu lagi, mari kita undang naik ke atas panggung, Pak Jackson, selaku ketua tim pelaksana pertandingan HC Looking for Talents!"
Pak Jack berjalan menaiki panggung dari tangga samping. Dia sempat berjabat tangan dengan kedua pembawa acara sebelum akhirnya mengambil alih acara. "Selamat sore semuanya! Seperti biasa, saya berdiri di sini untuk menjelaskan pertandingan apa yang akan dilalui peserta, bagaimana peraturannya, serta kapan tim bisa dianggap sebagai pemenang dalam pertandingan hari ini. Sebelumnya, saya ingin mempersilakan perwakilan dari masing-masing tim untuk membuka kotak yang ada di atas meja di belakang kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Tersembunyi
Fiksi RemajaSejak keikutsertaan Ralin dalam pertandingan HC Looking for Talents yang terkenal dan berlokasi di sekolahnya, ia menjadi terjebak dalam sebuah Kelompok Pejuang Keadilan yang disingkat KPK. KPK memiliki tujuan untuk mengungkap enigma yang telah dima...