Day 14 | Part 1
Pesawat yang membawa kami ke Italia sudah mendarat di salah satu bandara yang ada di Kota Sisilia sejak setengah jam yang lalu. Sekarang pukul 5 pagi waktu setempat. Sinar mentari belum terlihat begitu jelas menyinari bumi.
Dari penjelasan Pak Jack, dalam tiga hari ke depan kami akan menginap di sebuah hotel bintang lima yang ada di Kota Sisilia. Iya, tiga hari ke depan. Entah aku harus bahagia atau risau akan fakta itu.
Mobil yang membawaku dan para peserta HC Looking for Talents lainnya perlahan melambatkan lajunya ketika hendak memasuki sebuah gedung besar yang sepertinya adalah hotel tujuan.
Di meja resepsionis, Pak Jack menerima sejumlah kunci dari seorang wanita yang bertugas di sana.
"Selama di Sisilia, kalian memiliki kamar sendiri-sendiri yang terpisah satu sama lain. Dengan jarak antar kamar yang tidak begitu jauh. Kamar kalian berada di lantai 12. Ini kuncinya," jelas Pak Jack lalu memberikan kunci kamar secara acak kepada kami satu per satu.
"Baik, terima kasih Pak Jack," ujar kami semua.
Aku melihat nomor yang tergantung bersama kunci. Aku mendapat kamar nomor 525. Aku mengecek kunci kamar milik Feby yang tertera angka 520 di sana. Berarti jarak antar kamarku dengannya cukup jauh.
"Oh iya, untuk posisi kamarnya jika di antara kalian ada yang ingin bertukar kamar, silakan. Kalian bebas untuk bertukar kunci dengan siapa pun. Untuk sarapan, makan siang dan makan malam kalian bisa turun secara bersama-sama ke lantai 10. Sarapan jam 7 pagi. Makan siang jam setengah 1 dan makan malam jam 7 malam. Harap datang tepat waktu.
Satu lagi, kalian tidak diizinkan untuk meninggalkan hotel untuk keliling kota setidaknya sampai pertandingan esok hari selesai. Hal ini dilakukan guna menjaga keselamatan kalian selama di negara orang dan meminimalisir kecelakaan-kecelakaan kecil atau besar yang bisa saja terjadi menjelang pertandingan final. Ingat, jam 7 pagi nanti kalian harus turun ke lantai 10 untuk sarapan. Jangan sampai telat! Ada pertanyaan?"
"Maaf, pak. Kalau keluar dari hotel ini saja, bagaimana? Misalnya berjalan-jalan di halaman depan hotel? Untuk mencari udara segar," tanya Feby.
"Boleh, asalkan tidak sampai keluar jauh dari hotel. Baik, sekarang kalian boleh ke kamar masing-masing."
"Siap, Pak!"
Aku mengecek jam di pergelangan tangan yang waktunya sudah diatur mengikuti waktu Negara Italia, sekarang sudah pukul lima lewat tiga puluh menit pagi. Sebaiknya aku tidak tidur lagi sesampainya di kamar nanti.
Aku kembali menyeret koper biruku yang berukuran sedang menuju lift terdekat.
"Kalau soal memberikan fasilitas, Hammond Company memang tidak pernah tanggung-tanggung," kata Kak Daran ketika kami sudah di dalam lift.
"Begitu juga dalam melakukan kejahatan," tambah Valerie datar.
Perkataan Valerie membuat keadaan mendadak hening dan senyap. Kata yang dilontarkan Valerie membuat aku teringat akan bahaya yang mengancam kami semua di sini.
Beberapa saat kemudian, pintu lift terbuka. Dan kami pun keluar satu per satu. Aku memutar pandangan, kamar yang aku lihat di sisi kanan lift bernomor 515.
"Di sini nih, kamarnya. Tuh, ini aja udah 530," kata Frey yang berdiri di sisi kanan lift. Aku pun bergerak ke sana dan langsung menemukan letak kamarku.
"Ini tidak ada yang ingin bertukar kamar?" tanya Nala.
"Memang kamu dapat kamar nomor berapa, Nal?" tanyaku.
"527."
"Oh, kamarku nomor 525."
"Duh, aku duluan ke kamar ya. Kalau mau bahas tukeran kamar nanti aja. Udah capek banget nih!" keluh Feby sambil berjalan ke kamar nomor 520.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Tersembunyi
Fiksi RemajaSejak keikutsertaan Ralin dalam pertandingan HC Looking for Talents yang terkenal dan berlokasi di sekolahnya, ia menjadi terjebak dalam sebuah Kelompok Pejuang Keadilan yang disingkat KPK. KPK memiliki tujuan untuk mengungkap enigma yang telah dima...