BAB 6

27 11 6
                                    

01/06/24

Enjoy the story!

~~~

Di kertasku tertera logo HC yang di dalam logo tersebut terdapat angka 1. Ini berarti, aku akan menjadi peserta HC Looking for Talents tim 1. Jantungku masih berdetak kencang, tidak menyangka hal ini akan terjadi. Terbesit sebuah pertanyaan dalam benakku. Apakah peserta HC Looking for Talents benar-benar dipilih secara acak?

"Wah, selamat ya Lin, kertasmu ada angkanya!" ucap Keyla menyadarkanku.

"Eh, iya."

"Hwaiting, aku akan menjadi orang pertama yang mendukungmu, Lin!" ujarnya antusias.

Aku tersenyum. "Terima kasih, Key."

Tanpa aku sadari, kini lapangan sudah penuh kembali seperti sedia kala. Para siswa yang tadi ditempatkan di lapangan indoor Cindrawana sudah berkumpul kembali di lapangan utama.

"Baik, masing-masing dari kalian sudah mengambil kertas. Maka sebelum itu, kami mempersilahkan Bapak Ahmad Gunawan dan Bapak Theo Hammond untuk berdiri di tengah panggung. Demi menyambut peserta HC Looking for Talents yang akan kami panggil satu per satu," kata pembawa acara laki-laki dengan semangat.

Setelah yang dimaksud sudah berdiri di tengah panggung, pembawa acara perempuan kembali melanjutkan, "Setelah itu, kami akan memanggil satu persatu tim yang akan berkompetisi di HC Looking for Talents. Kepada siapa pun para siswa atau siswi yang mendapat kertas bertuliskan angka 1 di dalam logo, dipersilahkan naik ke atas panggung."

Aku melihat dua layar di sisi kanan kiri panggung menyorot ke arah penonton berdiri. Aku menarik napas dalam-dalam.

Keyla sempat tersenyum dan mengepalkan tangan ke arahku. Aku balas tersenyum dan mengangguk.

Setelah itu, aku berjalan menyibak kerumunan di depanku menuju panggung. Aku gugup sekali. Saat aku berjalan, aku melihat seorang laki-laki yang tampan sudah berdiri di sana. Sorakan terdengar bergemuruh. Laki-laki itu adalah seorang pianis yang tampil tadi. Bedanya, sekarang dia hanya memakai kemeja putih, tidak memakai jas yang membuat tampilannya lebih formal lagi.

Tempatku berdiri tadi cukup belakang, maka dari itu aku membutuhkan waktu lebih lama untuk berjalan ke panggung. Sorakan terdengar lagi. Aku melihat seorang laki-laki yang kukenali berdiri di sana. Masih dengan tatapan yang sama teduhnya. Dia adalah Zafar. Aku akan satu tim dengan Zafar? Fakta itu membuat diriku menjadi sedikit lebih tenang.

"Oke, satu orang lagi. Tolong, siapa pun berikan celah untuk dia jalan, ya! Supaya lebih cepat," ujar pembawa acara laki-laki.

Dan perkataan itu berhasil membuat orang-orang di sekitarku menyadari arah mana yang sedang aku tuju. Mereka mulai membuka celah untukku berjalan. Duh, kenapa aku sudah menjadi perhatian sebelum naik ke atas panggung? Aku tersenyum kaku.

Aku menatap ke layar panggung, dan terlihatlah aku yang sedang berjalan di layar sisi kirinya. Kini, jalan di depanku terbuka lebar. Tolong, aku gugup sekali!

Kini aku sudah sampai di depan panggung, lalu langsung berbelok ke kiri untuk berjalan menapaki tangga menuju atas panggung. Aku merekahkan senyum paling tulus yang aku punya.

"Yap, peserta tim 1 terdiri dari dua laki-laki dan perempuan yang sangat cantik. Silakan berdiri di antara keduanya," pembawa acara laki-laki berkata sembari menatapku dikalimat akhirnya.

Dua laki-laki yang berdiri berdampingan segera memberi jarak untukku berdiri di antara mereka. Aku tersenyum kaku. Kini, aku sudah berdiri sempurna di tengah panggung. Ada banyak kamera di depanku, juga lampu sorot yang bersinar menerangiku bersama dua orang laki-laki yang akan menjadi rekanku.

Enigma TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang