BAB 38

7 0 0
                                        

Day 12 - Part 1

Aku turun dari Bus Cindrawana paling akhir bersama Feby. Berjalan dengan santai melewati panggung yang entah kenapa sudah mulai dibongkar.

"Lin, kok panggungnya seperti ingin dibongkar?" bingung Feby.

Aku mengangkat bahu. "Mungkin dua pertandingan terakhir sudah tidak membutuhkan panggung itu."

"Masa, sih?"

"Aku juga tidak tahu, Feb."

Bukannya melanjutkan jalan menuju kelas, Feby malah menghampiri salah satu tim yang tengah sibuk dengan pekerjaannya membongkar panggung. "Permisi, Pak. Ini panggungnya ingin dibongkar, kah?"

Tim HC itu menoleh. "Iya."

"Kenapa?"

"Kamu Feby dari tim 2, kan? Nanti juga kamu akan tahu alasannya. Saya mau lanjut lagi, permisi."

"Eh, iya, Pak. Terima kasih sebelumnya," ujarku sambil menarik paksa lengan Feby.

"Feb, kamu kalau penasaran jangan sampai ganggu kerjaan orang seperti tadi, dong!"

"Ih, aku tidak mengganggu tahu, Lin. Kan aku hanya bertanya, itu pun kurang dari lima menit."

Aku menatapnya heran. "Kamu memang selalu bisa menjawab!"

"Pasti dong, kan aku punya mulut."

"Terserah kamu saja lah!" ucapku sambil berlalu meninggalkan Feby.

"Ralin! Jangan marah!" teriak Feby.

Begitu sampai di kelas, aku mengeluarkan buku tugas dan menoleh ke Feby yang sudah duduk di sampingku. "Feb, aku boleh lihat tugas biologi milikmu?"

"Untuk apa? Kamu belum mengerjakan tugas?"

Aku menggeleng. "Baru setengah. Aku ketiduran ketika sedang mengerjakan. Tubuhku pegal-pegal banget saat itu."

Feby mengeluarkan buku tugas miliknya. "Kalau begitu, kita sama!"

"Hah?"

"Justru aku belum mengerjakan semuanya. Sama sepertimu, kelelahan sekali sampai tidak sanggup membuka buku."

"Kalau begitu kamu lebay sekali, Feb!"

"Ya, mau bagaimana lagi? Daripada aku paksakan terus sakit?"

Aku tersenyum miring. "Oke, jadi kita mau lihat tugas punya siapa?"

Feby memutar pandangan ke seluruh kelas. "Zafar sudah kali, ya?"

"Mungkin."

Tanpa menunggu waktu lagi, Feby segera menghampiri Zafar dan berbicara langsung pada poinnya. "Zafar, lihat tugas biologi milikmu, dong! Kamu sudah selesai, kan?"

"Enak saja! Aku yang mengerjakan susah payah kamu main nyontek begitu saja!"

"Dih, kok pelit, sih?" gerutu Feby.

"Kayak kamu tidak saja."

"Ralin juga belum, Zafar. Kasihan dia, kelelahan karena pertandingan kemarin. Please, izinin kami berdua lihat tugasmu, ya?!"

Aku melotot tak terima. Kok dia membawa-bawa namaku, sih? Walau aku memang butuh, tetapi kan bisa pakai cara lain.

Dan sekarang Zafar melirik ke arahku. "Ya sudah. Tapi hanya sampai bel masuk berbunyi. Setelah itu, selesai tidak selesai aku akan mengambil paksa buku tugasku."

Enigma TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang