BAB 30

10 4 0
                                    

Day 9 - Part 1

Pagi ini, aku memilih untuk sarapan di kantin asrama bersama yang lain. Alasan utama aku tidak memesan khusus menu sandwich lagi adalah karena masalahku dengan Valerie sudah selesai. Ya, walau aku tahu, cepat atau lambat masalah lain akan datang menghampiriku. Masalah lain itu dimulai dari pembicaraan kemarin pada jam sepuluh malam.

"Terima kasih banyak untuk kalian, teman-temanku yang sudah menyempatkan waktu untuk datang ke sini. Dan, maaf bila aku telah mengambil waktu istirahat kalian selama beberapa menit ke depan. Karena sungguh, apa yang akan kita bahas kali ini sangat penting. Dan aku membutuhkan bantuan kalian untuk hal ini, tentu saja jika kalian berkenan."

Aku yang datang ke tempat yang Zafar maksud dibuat terkejut ketika mengetahui seluruh peserta HC Looking for Talents berada di sini. Yang paling membuatku terkejut tak menyangka adalah kehadiran Kak Sabrina. Entah bagaimana ia bisa masuk ke asrama kami.

Ditinjau dari perkataan Zafar barusan, bisa diterka bahwa ia memang membutuhkan bantuan kami yang entah untuk apa.

Frey, anggota tim 3 bertanya, "Tapi, bagaimana bisa Kak Sabrina pendamping timmu berada di sini? Bukankah dia tidak memilih akses untuk masuk ke asrama Cindrawana?"

"Singkatnya, dia bisa masuk ke sini menggunakan cara ilegal. Tapi aku memang membutuhkan dia untuk membantu menjelaskan maksudku mengajak kalian bertemu di sini. Karena, dia adalah orang yang pernah menjadi korban dalam masalah yang ingin aku bahas di sini."

Kak Sabrina mengangguk dengan anggun.

Penjelasan Zafar justru membuatku bingung setengah mati. Aku jadi penasaran, sebenarnya apa yang ingin Zafar dan Kak Sabrina jelaskan kepada kami semua? Sepenting itu, kah?

"Lin," Feby yang duduk di sampingku tiba-tiba menyenggol lenganku.

"Kenapa?"

"Apa kamu akan berubah pikiran untuk menyetujui tawaran Zafar kemarin malam?" bisik Feby.

Aku menghela napas. "Tidak."

"Jadi, apa yang Zafar jelaskan kemarin tentang masalahmu dan Kak Valerie itu benar, ya? Kalau begitu, sepertinya aku memang harus masuk ke kelompok yang sudah Zafar rencanakan dengan matang!"

"Terlalu beresiko, Feb!" sergahku.

"Justru akan menjadi hambar kalau tidak ada resikonya, Lin," jawab Feby santai.

Aku meletakkan sendok di atas mangkuk milikku. Menatap Feby penuh intimidasi. "Kamu tidak tahu akan berhadapan dengan siapa jika bergabung bersama Zafar. Mereka itu iblis berkedok malaikat! Sangat berbahaya. Tolong, selagi mereka tidak menganggu dirimu, jangan menyulut api."

"Astaga, Lin! Kalau bukan kita yang mulai untuk menghentikan mereka, siapa lagi? Bisa saja suatu saat nanti jika kita tidak bertindak hari ini, mereka akan menyerang keluarga kita? Kalau kita bisa mencegah terjatuhnya korban lain, mengapa tidak?"

Aku terdiam mendengar perkataan Feby yang ada benarnya. Aku sudah menjadi korban permainan Hammond
Company, dan rasanya cukup menyiksa. Tentu saja aku tidak ingin ada orang lain merasakan hal yang sama.

Kak Sabrina berdeham. "Jadi, kami berdua ingin mengajak kalian untuk memerangi kejahatan yang sudah mengambil nyawa saudaraku," Kak Sabrina melirik Valerie, "juga nyaris merenggut nyawa orang yang paling disayangi oleh salah satu di antara kalian," kini Kak Sabrina menatapku, "bahkan sampai menyebabkan kesalahpahaman yang hampir saja menyebabkan pertumpahan darah."

Sepertinya aku sudah mulai bisa menebak akan dibawa ke mana arah pembicaraan kami saat ini.

Kak Daran mengintrupsi. "Bisa jangan berbelit-belit? Aku ingin istirahat secepat mungkin."

Enigma TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang