Day 14 | Part 3
Aku tidak bisa mengajak mereka semua. Terutama Aldric. Bahkan untuk saat ini tidak ada yang bisa aku percaya. Di antara mereka bertujuh, siapa yang tidak pernah berurusan dengan HC?
Feby? Dia pernah menjadi orang yang paling semangat untuk beraksi di KPK. No.
Valerie? Ayahnya pernah tersangkut masalah dengan HC. No.
Nala? Dia memang yang paling takut berurusan dengan HC. Apakah dia bisa diajak kerja sama? No.
Aldric? Jelas, big no for him.Aku memang harus terus berpikir buruk tentang kemungkinan-kemungkinan ini supaya tidak salah jalan dan terjebak dalam lubang yang sama. Zafar saja orang yang paling terlihat seperti malaikat di mataku nyatanya ia adalah iblis. Musang berbulu domba. Bagaimana yang lain?
Lift terus turun, aku memencet lift mengubah arah tujuan menjadi lantai paling dasar. Yang paling penting sekarang adalah aku harus pergi meninggalkan hotel ini secepatnya.
Ketika sampai di lantai dasar, di depan pintu lift yang terbuka terlihat dua orang pria dengan perawakan mengerikan. Mereka memasuki lift begitu saja sebelum aku keluar. Dan salah satunya menahan lenganku dan menutup mulutku. "Silent, or die?!" ucapnya sambil mengacungkan pistol ke arahku.
Air mataku menetes untuk kesekian kalinya. Aku tahu aku sudah tidak memiliki waktu untuk melarikan diri.
Ternyata mereka berdua membawaku ke rooftop hotel yang katanya sudah dibooking oleh seseorang. Dan ternyata rooftopnya memang telah dipersiapkan untuk kami.
Aku terkejut begitu melihat apa yang ada di sini. Keenam temanku—kecuali Aldric dan Zafar terduduk bisu di atas kursi dengan mata terpejam. Wajah mereka lebam-lebam seperti habis dipukuli. Pemandangan itu sungguh membuatku sesak. Aku menjatuhkan diri, membiarkan tubuhku berlutut.
Aku tahu, ada Zafar dan Aldric yang memperhatikanku dari belakang—tanpa mendekat.
"Jadi, bagaimana Ralin? Apakah kamu mau menuruti keinginan papa kandungmu? Satu hal yang perlu kamu tahu, kami tidak membutuhkan anggota lemah dan tidak berguna seperti mereka berenam. Papa tahu kamu bisa mengerti maksud kalimat tersebut."
Aku bergidik ketika Pak Theo memanggil dirinya 'Papa' kepadaku.
"Itu benar, Lin. Mereka berenam sama sekali tidak terlibat dengan kami," ujar Aldric.
"Sekarang kamu memiliki dua pilihan. Pertama, bergabung dengan Hammond Company, maka keenam temanmu akan selamat. Atau tetap melawan kami dan keenam temanmu akan mati tepat di depan matamu. Dan ... Zafar, kamu lanjutkan."
Aku menoleh, menatap Zafar yang menunduk. "Dan HC akan memanipulasi berita kalau mereka berenam mati di tanganmu. Itu sangat mudah dilakukan bagi HC."
"Tepat sekali!"
Aku benar-benar frustasi saat ini. Pilihan yang paling memungkinkan memang yang pertama. Tetapi, apa aku mampu bergabung bersama mereka? Rasanya aku seperti berdiri di antara dua jurang yang sama-sama mengarah pada neraka kehidupan. Tidak ada yang paling baik.
Pria yang tadi menodongku dengan pistol bergerak mendekati Feby. Bersiap untuk membunuh Feby dengan aba-aba Pak Theo. Satu pria lainnya mendekati Valerie.
"Sebutkan keputusanmu sekarang, Ralin!" perintah Pak Theo.
Satu laki-laki yang tadi aku temui di lift bersama nenek tua sibuk dengan pistolnya. Ia menembakkan satu peluru ke udara untuk memberi peringatan kepadaku.
"Oke, aku pilih bergabung dengan HC! Sekarang tolong lepaskan mereka. Jangan sakiti mereka. Jika kalian bisa memegang janji kalian, maka aku akan memegang ucapanku," aku memutuskan dengan berat hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Tersembunyi
Fiksi RemajaSejak keikutsertaan Ralin dalam pertandingan HC Looking for Talents yang terkenal dan berlokasi di sekolahnya, ia menjadi terjebak dalam sebuah Kelompok Pejuang Keadilan yang disingkat KPK. KPK memiliki tujuan untuk mengungkap enigma yang telah dima...