BAB 13

17 10 3
                                    

Day 1 - Part 2

Sebelum naik ke atas panggung, kami para peserta disuruh untuk mengumpulkan ponsel pintar ke dalam sebuah tas kecil yang akan disimpan oleh tim HC. Ponsel kami disimpan supaya tidak mengganggu jalannya pertandingan.

Dan sekarang, aku sedang berada di atas panggung dengan perasaan yang tegang sekali. Benar-benar takut timku tidak mampu menjawab dengan benar satu pun soal sandi pramuka itu.

Saat di atas panggung, timku yang lebih dulu mendapat bagian untuk memecahkan sandi pramuka. Kami mendapat sandi semaphore. Berarti ini bagiannya Aldric. Aku dan Zafar menatap Aldric yang terkejut, kami berdua tersenyum simpul dan mengangguk, berusaha meyakinkan kalau ia mampu.

Kedua tim yang lain diharuskan menghadap belakang dan memakai penutup mata supaya tidak melihat. Seorang laki-laki berseragam pramuka sambil membawa bendera khas semaphore memasuki panggung. Ternyata ia adalah salah satu siswa Cindrawana yang mengikuti ekstrakulikuler pramuka, bahkan ia merupakan ketuanya.

Masing-masing dari kami diberikan kertas dan pulpen untuk mencatat huruf demi huruf, yang aku yakin kertasku akan tetap kosong sampai laki-laki itu selesai menggerakkan bendera.

"Silakan mulai!"

Laki-laki itu mulai menggerakkan bendera ke arah kanan, kiri, atas. Aku sama sekali tidak mengerti. Aku melihat kertas Aldric yang baru terisi satu huruf yakni 'P' padahal laki-laki itu sudah menggerakkan bendera untuk kesekian kali. Duh, bagaimana ini?

Saat aku melirik kertas Zafar, alangkah terkejutnya aku ketika melihat di kertas Zafar sudah tertulis satu ruangan, yakni 'Lab Sains' aku menatapnya bingung. Namun yang ditatap hanya menunjukkan ekspresi kalau ia tidak ingin diganggu.

Aku pun menyenggol lengan Aldric, menyuruhnya secara tersirat memerhatikan kertas Zafar. Begitu melihatnya, Aldric langsung berpindah tempat ke samping Zafar. Membuat posisi Zafar berada di tengah-tengah kami.

Ruang kedua sudah ditemukan oleh Zafar, terlihat sangat mudah baginya untuk memecahkan itu. Ruangannya adalah 'Perpustakaan'. Dan tiga menit kemudian, ruang ketiga sudah berhasil Zafar dapatkan, yakni 'Ruang Musik'.

Setelah selesai, kedua tim yang tadinya ditutup matanya oleh kain, dibuka kembali. Kami bersembilan kembali berdiri rapi di atas panggung.

"Tadi saya baru mendapat informasi dari Pak Jack, bahwa setiap tim dapat kesempatan untuk mengulang kembali dalam menjawab sandi pramuka itu. Dan jika kalian menjawab tanpa pengulangan dan jawaban kalian tepat semua, kalian akan mendapat poin tambahan yang akan diakumulasikan di akhir segmen. Jadi, apakah tim 1 ingin mengulang?"

Aku dan Aldric otomatis memerhatikan Zafar, ia terlihat tengah berpikir keras.

"Apa pun keputusan kamu, aku setuju, Zaf," kataku.

"Iya, aku serahkan semuanya kepadamu," timpah Aldric.

Zafar membuang napas. "Tidak. Kami tidak ingin mengulang."

Jawaban Zafar membuat penonton bersorak ricuh. Juga terlihat raut keterkejutan di tim lawan. Bagaimanapun, aku harus percaya dengan Zafar. Sepertinya saat berdiskusi ia sengaja menyembunyikan kemampuannya, entah dengan alasan apa. Terkadang, sikap Zafar terlalu misterius bagiku. Aneh, namun berhasil membuatku penasaran, ingin mengenalnya lebih jauh lagi.

"Jawaban yang terlihat sangat meyakinkan. Kalau begitu, kamu bisa memberikan kertas yang terdapat jawaban kepada Pak Jack untuk diperiksa."

Zafar segera berjalan ke bawah panggung dimana di sana terdapat sebuah sofa yang diduduki oleh kepala sekolah dan wakilnya serta pemimpin HC dengan Pak Jack.

Ketika membaca kertas itu, Pak Jack tidak menunjukkan ekspresi apa pun selain datar-datar saja. Kalau begini, bagaimana kami bisa tahu jawaban Zafar benar atau tidak? Setelah itu ia memberikan kertas itu kembali kepada Zafar. Mengambil buku kecil di saku jasnya beserta pulpen lalu mencatat sesuatu di sana. Sementara itu, Zafar melangkah naik ke atas panggung lagi.

Enigma TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang