Day 2
Saat matahari belum memperlihatkan wujudnya, aku dan teman sekamarku sedang berada di kamar Feby. Ia tengah menangis, suasana hatinya terlihat buruk sekali.
"Feb, kamu mau izin sekolah?" tanya Keyla lembut.
Feby yang sudah memakai seragam menggeleng lemah.
Aku berusaha membujuk Feby. "Kamu berhenti nangis, dong. Kita ada di sini untuk kamu. Jadi, kamu bisa cerita kapan pun kamu siap dan kita akan mendengarkan kamu."
"Iya, Feb. Kamu tidak perlu memusingkan perkataan Kak Valerie. Kita semua tahu kamu mampu," ucap Nala.
"Tetapi apa yang Kak Valerie bilang itu adalah kenyataannya. Aku adalah perusak rencana tim. Aku tidak berguna sama sekali."
Aku prihatin sekali dengan apa yang Feby rasakan. Menurutku, ini terjadi karena Feby dan Kak Valerie belum saling berbaikan dengan benar-benar tulus. Yang kemarin pun hanya formalitas, sebagai tim. Jadilah jika tim mereka kalah, pasti ada salah satu yang akan menjadi sasaran empuk untuk disalahkan. Dalam kondisi tim Feby, jelas ia yang menjadi tumbal. Karena Kak Daran dan Kak Valerie lebih senior dari Feby. Dan Feby pun tak bisa melawan atau memberi pembelaan. Aku belum tahu masalah tim 2 secara pasti, ini hanya berdasarkan kesimpulanku saja.
Sepertinya nanti aku harus berbicara dengan Kak Daran. Aku rasa, Kak Daran adalah pihak netral di tim tersebut. Kalau misalnya Kak Daran sampai turut menyalahkan Feby juga, aku tidak tahu harus bagaimana.
"Kamu tidak salah, Feb. Kekalahan atau kemenangan dalam suatu pertandingan yang dimainkan bersama tim, itu harus ditanggung bersama."
"Aku ingin mengundurkan diri!" kata Feby yakin sekali, wajahnya sendu.
Aku menggeleng tidak mengerti. "Feb! Ini keinginan kamu, kan? Kamu mau melepasnya begitu saja?"
"Aku merasa tersiksa di tim 2, Lin! Aku ada, tetapi selalu dianggap tidak ada. Pendapatku tidak pernah dihargai oleh mereka. Jadi, untuk apa aku bertahan?"
"Ini baru hari pertama loh, Feb! Kamu yakin mau menyerah?" ucap Mita.
"Saran dariku, lebih baik kamu tetap di sana. Tunjukkan bahwa pendapatmu layak di dengar. Buktikan itu kepada Kak Valerie, Feb!" saran Cheryl yang kusetujui.
"Setuju banget dan aku yakin kamu pasti bisa, Feb!" tambah Keyla.
Aku tersenyum. "Karena Feby yang aku kenal tidak pantang menyerah."
"Juga tidak cengeng seperti ini!" Nala berucap.
Feby langsung menghapus air matanya. "Terima kasih banyak, kalian mau menemani dan meyakinkanku."
Kami semua saling tersenyum.
Ada satu hal yang mengganjal pikiranku. "Feb, Kak Daran tidak mendukung siapa-siapa, kan? Maksudku, dia pihak netral, kan?"
Feby mengangguk. "Iya, tapi Kak Valerie selalu berusaha memaksa Kak Daran untuk berada dipihaknya."
Berarti aku masih bisa mengusahakan perdamaian di tim 2 melalui Kak Daran. "Oh, gitu."
"Kamu punya rencana, Lin?" tanya Cheryl tepat sasaran.
"Ada, sih. Tapi masih dirancang. Mau bantu?"
"Mau, dong," balas Keyla.
"Oke, aku mau mematangkan ide dulu. Di sekolah, saat istirahat pertama kita kumpul di kantin."
"Siap!" jawab mereka serempak.
Sesampainya di sekolah, aku langsung menuju kelas. Para peserta HC Looking for Talents tetap belajar setengah hari, seperti kemarin. Dan, aku sudah mendapatkan ide tentang bagaimana cara mendamaikan Kak Valerie dan Feby. Aku harap ini berhasil.
![](https://img.wattpad.com/cover/225821802-288-k164389.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Tersembunyi
Teen FictionSejak keikutsertaan Ralin dalam pertandingan HC Looking for Talents yang terkenal dan berlokasi di sekolahnya, ia menjadi terjebak dalam sebuah Kelompok Pejuang Keadilan yang disingkat KPK. KPK memiliki tujuan untuk mengungkap enigma yang telah dima...