BAB 35

7 2 0
                                    

Day 10 - Part 3

"Laporan diterima." Sepertinya itu suara Kak Sabrina.

"Apa yang akan kamu lakukan, Zaf?" tanyaku cemas.

"Kak Sabrina akan datang membantu," jawabnya datar.

"Apa sebelumnya kamu tidak tahu ada penjaga di ruang Pak Hammond?" bisikku.

Zafar menggeleng. "Bahkan pintu ruangannya pun berbeda."

"Lalu, apa jenis pengamanan ruang yang mereka pakai akan berubah juga?"

"Tidak. Karena Aldric berhasil mengaksesnya."

"Syukurlah."

Terdengar suara dari handy talky yang dipegang Zafar. "Ajudan 1 akan beraksi beberapa detik lagi."

"Laporan diterima," balas Zafar.

"Bagaimana cara Kak Sabrina membantu kita?"

Zafar tersenyum licik menatapku. "Kamu akan mengetahuinya sebentar lagi."

Beberapa saat kemudian, terdengar alarm tanda kebakaran. Seluruh orang yang berada di dalam ruangan ini segera berhamburan keluar. Aku yang sudah panik menjadi tambah panik otomatis mengikuti yang lain. Zafar mengikutiku dari belakang. Namun saat kami sudah berada di depan pintu keluar ruang karyawan, Zafar menahan lenganku dan berkata pelan, "Ini rencananya, Lin."

Mendengar itu, aku berhenti seketika. Otakku mulai memproses semuanya dari awal. Dan akhirnya aku mendapat jawaban atas kebingunganku tadi. Dari depan pintu ruang karyawan yang sudah sepi, aku dan Zafar memerhatikan ruang pribadi Pak Hammond yang sudah kosong—dua penjaga yang tadi bersiaga di sana sudah pergi meninggalkan tempat.

Aku dan Zafar pun segera melangkah cepat menuju pintu ruang pribadi Pak Hammond. Bunyi bising alarm masih memenuhi telinga, menambah ketegangan dalam diriku. Aku yang sibuk memerhatikan sekitar, langsung ditarik masuk oleh Zafar. Dia telah berhasil mengakses ruang pribadi Pak Hammond dengan bantuan Aldric.

Saat baru saja kami memasuki ruangan, terlihatlah seorang pria tengah duduk di kursi kerja yang terletak di tengah ruangan tepat di depan pintu masuk. Pria itu berucap, "Are you looking for me?" ia menunjukkan flash disk di tangan kanannya, "Or looking for this?"

Keberadaan sosok itu membuatku dan Zafar terkejut bukan main. Itu adalah Pak Theo Hammond. Apakah dia sudah mengetahui rencana kami? Bagaimana bisa?

Pak Theo bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Zafar. "Halo, Mike. Lama tidak berjumpa. Saya kira, pilihan ayah saya adalah tepat, tetapi keliru. Dia bilang, anak laki-laki yang bernama Mike adalah yang terbaik. Dia salah besar akan itu. Karena kamu begitu bodoh, Mike!"

Zafar menatap Pak Theo yang sudah berdiri di hadapannya dengan garang. "Apa maksud Anda?"

"Mengapa kamu yakin sekali kalau di dalam flash disk ini terdapat rencana jahat Hammond Company? Kalau itu memang benar, apakah ketentuan itu masih berlaku sampai sekarang?"

Zafar terdiam, wajahnya seakan menyiratkan sebuah kesimpulan yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. "Dulu Pak Alex Hammond bilang kalau rencana kalian dalam beberapa tahun ke depan tertulis jelas di dalam flash disk itu! Dan itu sudah menjadi tradisi pemimpin HC."

Pak Theo menggeleng sambil terkekeh menyebalkan. "Lalu, ketika saya yang menjadi pemimpin HC, ada jaminan kalau ketentuan itu tidak akan saya perbarui?"

Kulihat Zafar mengerutkan alisnya.

"Kamu salah, Zafar! Apa yang ayah saya katakan tentang flash disk ini hanyalah jebakan belaka."

Enigma TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang