Day 3 - Part 3
Pertandingan babak dua sudah dimulai dari beberapa detik yang lalu. Ketiga tim semakin ganas menyerang satu sama lain. Aku sampai berkali-kali merunduk, menghindari serangan. Karena ini babak kedua, berarti tidak ada peraturan untuk menembak tepat di posisi. Kami diperbolehkan berlarian kemana pun.
Dari tadi aku sudah bergerak cukup banyak. Mataku tetap mengawasi Zafar, aku tidak boleh membiarkan ia tertembak atau timku akan langsung kalah. Aku yang sedang merunduk kembali memunculkan diri dan melepas peluru ke arah Kak Frey. Tetapi sebelum aku menekan pelatuk, aku dikejutkan dengan sebuah peluru yang sudah mengenaiku. Aku melihat sekeliling, sepertinya peluru itu berasal dari Feby.
"Yap, tim 1 terkena peluru dari tim 2. Itu berarti 100 poin untuk tim 1 dan 130 poin untuk tim 2. Wah, ternyata tim 2 mampu membalik keadaan dengan memimpin 2 tim lainnya!"
Aku mengeluh kecewa. Dengan ini berarti nyawaku hanya tersisa satu untuk terus bertahan. Oke, tetap tenang, Ralin! Kamu hanya cukup menjalani saja. Soal hasil akhir? Waktu pasti punya jawaban terbaiknya. Aku berdiri, menatap sekeliling terlebih dahulu. Semua sedang sibuk dengan target masing-masing. Aku segera memfokuskan diri ke Kak Frey, targetku yang tadi. Aku menekan pelatuk, dan meleset. Aku segera merunduk.
"Saya ingin mengingatkan nyawa masing-masing bodyguard pertim. Dari tim 1, kedua bodyguard hanya tersisa 1 nyawa. Sedangkan tim 2, kedua bodyguard masih tersisa 2 nyawa. Dan untuk tim 3, Nala 2 nyawa dan Frey 1 nyawa. Untuk para The King, mereka semua masih aman dan mampu menjaga diri."
Napasku terengah sejak tadi. Posisiku bersembunyi sekarang jauh dari posisi Zafar dan Aldric. Tetapi aku masih bisa melihat mereka yang terus melempar peluru, menghindar dan bersembunyi.
"Ya, sayang sekali! Frey terkena tembakan Valerie. Itu berarti, nyawamu telah habis, Frey! Tetapi sebelumya, kami ingin memberi penawaran untuk tim 3, apakah kalian ingin menukar poin demi 2 nyawa tambahan untuk Frey?"
Dari sini, aku dapat melihat ketiga anggota tim 3 bergerak mendekat, berembuk untuk mencari kata mufakat.
"Bagaimana?"
"Kami memutuskan untuk menukar poin."
"Pilihan bagus. Berarti, Frey masih bisa tetap di lapangan dan poin tim 3 tersisa 50 lagi. Sepertinya di tim mereka terbesit keyakinan bahwa mereka bisa menang telak karena berhasil membunuh The King tim lawan. Hebat!"
Aku tersenyum, merasa lebih baik. Aku melupakan tawaran itu, dan sepertinya tim 1 harus melakukan persis seperti yang dilakukan tim 3 barusan. Aku langsung berdiri tegak dan tanpa disangka, peluru meluncur dengan cepat dan tepat ke arahku. Astaga, kenapa cepat sekali? Dan peluru itu lagi-lagi dari Feby. Aku menatapnya tidak percaya. Tetapi aku harus tetap sportif, ini pertandingan, yang mana jika di lapangan kita harus beraksi dengan tidak memedulikan siapa yang kita lawan.
"Yah! Sayang sekali! Kejadian kehabisan nyawa kembali terulang! Jadi, bagaimana tim 1? Apakah kalian ingin menukar poin?"
Aku langsung bergerak ke arah Zafar, begitupun Aldric. Namun sebelum aku sampai, Zafar berujar penuh keyakinan, "Tidak. Kami tidak ingin menukar poin."
Penonton yang ada di lapangan indoor terkejut. Begitupun aku. Kenapa? Bahkan kami belum sempat bermusyawarah. Aku terdiam di tempat. Tapi tidak dengan Aldric, ia berlari, meminta penjelasan kepada Zafar. Namun dari sini, aku melihat Zafar hanya terdiam bisu. Dia bahkan membuang muka dariku.
"Zafar, apakah kamu yakin? Kalian tidak ingin bermusyawarah terlebih dahulu?"
"Saya yakin."
"Hmm, oke. Berarti Ralin, silakan meninggalkan lapangan. Dan poin untuk tim 2 menjadi 150. Selamat! Kalian memimpin. Juga untuk tim 1, kalian hanya tinggal memiliki satu bodyguard yang nyawanya pun di ujung tanduk."
![](https://img.wattpad.com/cover/225821802-288-k164389.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma Tersembunyi
Novela JuvenilSejak keikutsertaan Ralin dalam pertandingan HC Looking for Talents yang terkenal dan berlokasi di sekolahnya, ia menjadi terjebak dalam sebuah Kelompok Pejuang Keadilan yang disingkat KPK. KPK memiliki tujuan untuk mengungkap enigma yang telah dima...