BAB 43

5 0 0
                                    

Day 13 - Part 1

Aku berdiri di depan cermin. Masih dengan pikiran yang mengarah pada kejadian semalam. Ponselku dan yang lainnya pun masih mati sampai sekarang. Entah karena apa. Tadi malam saat suasana masih gelap, kami berdiskusi sangat panjang.

"Identitas HC? Maksudnya?" bingung Nala.

Zafar masih menggenggam tanganku erat.

Kak Daran menatap Zafar penuh selidik. "Waktu itu, Zafar sempat mengumpulkan kami dan mengajak untuk bergabung dalam kelompoknya. Di sana, ia mengatakan—"

"Kalau HC adalah mafia! Jadi itu benar?" sambung Kak Erik.

"Kalian pikir saat itu aku sedang bercanda?!" bingung Zafar.

"Tentu. Aku bahkan tak percaya dengan hal itu," balas Frey.

Zafar mengusap wajahnya tak habis pikir. "Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku. Apalagi ini tentang perusahaan ternama di Indonesia."

"Jadi, siapa saja yang ikut? Dan apa kalian berhasil?"

"Kami gagal," aku yang menjawab.

"Dan itu karena—"

"Strategi kami kurang matang," Zafar memotong perkataan Valerie.

Membuat aku, Feby dan Valerie menatapnya penuh pertanyaan.

"Dan mengapa mereka ingin membalas kepada kami semua? Aku bahkan tidak pernah menaruh curiga atau berniat mengungkap identitas HC ke permukaan."

"Yang paling penting, tidak semua dari kita ikut bergabung dalam KPK milik Zafar!"

"Aku tidak punya jawaban atas itu!" ungkap Zafar.

"Ini semua salah kamu, Zafar! Andai kamu tidak mengajak kita berkumpul dan mengatakan siapa HC sebenarnya, posisi kita tidak akan berada dalam bahaya seperti sekarang!" tuduh Frey.

"Benar sekali! Aku tidak peduli mau HC mafia, presiden, atau narapidana sekalipun aku tak pernah peduli! Selagi mereka tidak mengusik hidupku, aku tidak ingin mengusik mereka."

"Dan sekarang, HC mengusik hidupmu, Erik. Tanpa perlu kamu usik lebih dulu," Aldric yang membalas.

"Itu terjadi karena Zafar!" teriak Kak Erik.

Aku menatap Zafar, ekspresi wajahnya terlihat sangat kacau.

Terdengar isak tangis seorang perempuan. Dan itu ternyata Nala. Feby langsung merangkulnya. "Kamu kenapa, Nal?"

"Aku takut dengan ancaman mereka. Bagaimana jika mereka benar-benar melukai keluargaku? Apa yang harus aku lakukan?"

Feby merangkul Nala. "Mereka tidak akan melakukan itu, Nal."

"Iya. Mereka tidak akan melakukan itu jika kita bersatu untuk melawan!" tutur Zafar.

"Zafar, aku tidak paham mengenai jalan berpikir kamu. Mengapa kamu sangat berambisi menyatukan kita untuk melawan HC?!" geram Kak Daran.

"Oh, apa jangan-jangan kamu sengaja membocorkan identitas HC kepada kita supaya keluarga kita terancam bahaya? Karena kamu tahu mereka tidak akan membiarkan orang lain tahu mengenai siapa mereka yang sebenarnya?" tanya Frey menantang.

"Astaga, Frey! Aku tidak pernah berpikiran seperti itu sedikitpun! Aku bahkan tidak menyangka akhirnya akan menjadi seperti ini!"

Tiba-tiba saja Nala bergerak mendekati Zafar. Ia berdiri tepat di hadapannya. "Zafar, apa kamu yakin jika kita bersatu melawan, maka kita akan menang? Kita akan aman? HC akan mendapatkan balasan sebagaimana mestinya? Bagaimana jika yang terjadi justru sebaliknya? Kita gagal, HC melakukan pembalasan terhadap kita dan orang yang kita sayangi. Apa yang akan kamu lakukan? Mampukah kamu bertanggung jawab atas darah yang tumpah karena gerakan yang kamu pelopori?!"

Enigma TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang