46. Hukuman yang kejam

5.8K 863 184
                                    

Hallo🤗

BACK YOUNG comeback nih, ada yang kangen gak😅

HAPPYREADING AJA YA💜

Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu, Feby masih setia bergulat dengan buku tugas nya, Feby sangat disiplin soal tugas-menugas bahkan pekerjaan rumah pun ia selalu selesaikan di sekolah.

Saat sedang asik mengisi formulir jawaban, tiba-tiba speaker pengumuman berbunyi dan hal itu membuat Feby menghentikan aktivitasnya.

"Panggilan untuk Feby kelas 12 IPA4 dan Jovanka kelas 12 IPA1." Ucap seseorang yang sudah Feby ketahui kalau itu adalah suara Pak Jaya, guru BK paling ditakuti.

Semua orang yang ada di sana langsung melihat Feby, sedangkan Feby? Ia menatap mereka bingung, perasaan ia tidak berbuat ulah sama Jovan, pikir Feby.

"Gue gak tahu kenapa pak Jaya manggil gue sama Jovan, Gue juga gak buat ulah sama si Jovan." Ucap Feby entah kepada siapa dia berbicara.

"Mungkin lo bakalan di hukum karena kejadian kemarin." Ucap Rifki.

"Kemarin kan libur?" Tanya Feby.

"Maksud gue mungkin lo di panggil karena kasus yang kemarin lo bertengkar sama si Jovan." Jawab Rifki.

"Oh, tapi kan gue udah di hukum?" Tanya Feby lagi.

"Gak tahu atuh, cepet ke ruang BK sekarang nanti pak Jaya marah." Jawab Rifki menyuruh agar Feby cepat-cepat pergi sebelum terlambat.

"Ahk! Pak Jaya apa-apan sih pake acara manggil-manggil segala?" Gerutu Feby berdiri dari kursinya, setelah itu ia pergi ke tempat yang di maksud Rifki.

•••

Sekarang Feby dan Jovan sudah berada di ruang BK. Feby duduk jauh di sebelah Jovan begitupun juga Jovan, sekarang Jovan merasa phobia kalau melihat wajah Feby, menurutnya wajah Feby adalah pemancing amarahnya.

Dari tadi Feby terus menatap Jovan sambil menyilangkan tangannya di dada, entah jurus master apa yang ada di dalam diri Feby sekarang, rasanya Feby tidak takut sedikitpun sama Jovan malahan sekarang ia sangat ingin mengganggu Jovan.

"Kalian tahu alasan kalian di panggil?" Tanya Jaya baru saja datang.

"Nggak pak," Jawab Feby cepat.

"Jovan kamu tahu?" Tanya Jaya kepada Jovan.

"Omongin aja intinya jangan banyak basa-basi gue sibuk." Ketus Jovan.

"Baiklah, pasang telinga kalian dengan seksama!" Ucap Jaya.

"Menurut ketentuan pemilik sekolah, karena kalian sudah terlibat kasus perkelahian sebanyak dua kali dan pihak sekolah masih berbaik hati membiarkan kalian sekolah tapi dengan satu syarat," Ucap jaya menggantung membuat Feby ataupun Jovan penasaran.

"Kalian harus mengerjakan ini secara berkelompok." Lanjut jaya seraya menyimpan sebuah buku yang lumayan tebal di atas meja. Tentu saja Feby dan Jovan shock melihat sebuah buku besar yang katanya harus di kerjakan secara berkelompok.

"Siksaan model apalagi ini?" Batin Feby sudah tidak bisa menahan kerasnya pak Jaya.

"Apa-apaan ini? Apa pak Samuel gila? Bagaimana bisa gue ngerjain tugas bareng si kerdil ini?" Tanya Jovan masih tercengang.

"Yang gila bukan pak Samuel tapi kamu." Ucap Jaya.

"Pak Samuel siapa sih?" Tanya Feby masih bingung.

"Pemilik sekolah ini." Jawab Jaya.

"Ayahnya Venus?" Tanya Feby memastikan.

"Iya." Jawab Jaya.

"Bisa nego gak pak hukumannya?" Tanya Feby mendadak pusing sendiri memikirkan kalau dirinya akan bekerja kelompok bareng Jovan.

"Ini udah keputusan yang tepat, bahkan pak Samuel sudah ketok palu." Jawab Jaya tidak tergoyahkan.

"Tapi ini keputusan yang gak manusiawi! Sulit di pikir oleh akal, apalagi aku harus ngerjain bareng si bujang lapuk? Ini kesannya kayak menyiksa batin secara virtual." Keluh Feby kepada Jaya.

"Bapak juga berpikir seperti kamu Feby, kalian kan saling benci? Nah kalau kalian bersama seperti ini apalagi mengerjakan tugas bersama bapak takut kalau kalian akan saling jatuh cinta." Ucap pak Jaya membuat Feby dan Jovan ribut.

"Pak jaya kalau ngomong jangan kelewatan! Gue bisa tuntut loh!" Ucap Jovan tajam.

"Lo jangan zalim sama guru! Guru itu di hormati bukan di lunjak!" Seru Feby sinis kepada Jovan.

"Lo pikir gue mau sama cowok kayak lo? Ngaca brother!" Ucap Feby bangkit dari duduknya, Jovan merasa tertantang dengan sikap Feby, ia pun berdiri dari duduknya dan menatap Feby tajam.

"Lo pikir gue mau sama cewek kerdil kayak lo? Jangan halu deh lo jadi cewek! Cantik juga kagak!" Sinis Jovan mendorong kasar bahu Feby.

"Sorry brother gue emang cantik gak kayak lo sadboy! Sok ke pd-an! Sok paling berkuasa! Sok kegantengan tapi boong!" Balas Feby seraya mendorong kasar bahu Jovan.

(kepentingan penerbit;)

BACK YOUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang