72. Mengetahui rahasia terbesar

3.4K 637 128
                                    

Hallo 🤗

Happy reading 💜


Jovan menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi, pikirannya terus tertuju kepada Feby. Entahlah ia tidak mengetahui kenapa sekarang dirinya sangat mengkhawatirkan Feby.

Di perjalanan Jovan juga merasa bingung harus kemana, ia tidak tahu dimana Lauda berada ia juga tidak tahu apa yang Lauda lakuin sama Feby. Karena itu Jovan memutuskan untuk berkeliling sekitaran gang, siapa tahu ia belum terlambat dan Feby masih baik-baik saja.

Sudah hampir setengah jam Jovan berkeliling gang tapi Feby masih belum di temukan, matanya menangkap satu gang yang belum Jovan lewati yaitu gang yang sudah tidak terpakai atau buntu.

"Aish! Kalau gue ketemu lo Lauda! Gue bakal bantai lo!" Gerutu Jovan turun dari motornya, lalu ia berlari menuju yang gang buntu itu.

"Si Feby mana lagi? Telpon gak di angkat." Gerutunya sambil berlari.

Belum lama Jovan memasuki jalan buntu itu ia sudah melihat Feby yang sedang berjalan sempoyongan dengan wajah yang penuh luka dan lebam.

Feby langsung melirik Jovan yang berada di depannya, rasa kesalnya kian bertambah saat melihat muka Jovan.

"Kenapa lo baru kesini?" Tanya Feby kesal, tetapi belum ada jawaban dari Jovan.

"Gue dari tadi berharap lo atau orang lain bantu gue gitu! Secara gue kan di keroyok sepuluh preman minus satu si manusia presto itu gak mukul gue." Ucap Feby kepada Jovan.

"Apa? Se.. sepuluh?" Tanya Jovan gelalalapan saking terkejutnya.

Jovan tahu kalau Feby kuat dan tidak mudah di kalahkan tapi kalau di keroyok sepuluh preman itu lain ceritanya, bahkan ia bakal lebih memilih kabur daripada melawan.

"KENAPA LO GAK LARI AJA? GUE TAHU LO KUAT TAPI LO GAK BAKALAN BISA NGALAHIN COWOK! APALAGI SEPULUH PREMAN, LO MAU JADI SOK JAGOAN HAH? APA LO MAU DI SEBUT KEREN?" Bentak Jovan mencoba menahan amarahnya, bahkan tangannya sudah mengepal kuat.

"Kenapa lo malah bentak gue? Gue juga gak tahu, mereka semua langsung ngepung gue! Kalau bisa lari udah dari tadi gue bakalan lari, kagak mungkin nyerahin diri sama mereka!" Balik bentak Feby.

Jovan memalingkan wajahnya kesisi, rasa kesalnya sama Lauda semakin bertambah, ingin rasanya Jovan mencekik Lauda saat itu juga.

"Lo bisa bantu gue? Perut gue sakit tadi gue muntah darah." Ucap Feby semakin melemah.

Dengan langkah yang cepat, Jovan segera menghampiri Feby yang sedang bersender di dinding jalan.

"Lo mau gue gendo.." Ucapan Jovan terpotong karena Feby langsung terjatuh di depannya. Melihat itu Jovan langsung panik apalagi saat Feby hendak menutup matanya.

"Feby! Lo jangan tutup mata! Feb! Jangan tutup mata lo!" Ucap Jovan sambil menepuk-nepuk pipi Feby cukup keras.

"Pipi gue udah sakit! Jangan tepuk pipi gue, nanti bakal tambah sakit!" Sewot Feby.

"Jancuk lo!" Maki Jovan.

"Bangsat lo!" Jawab Feby masih sewot.

"Lo lebih bangsat!" Gerutu Jovan lagi.

"Lo lebih jancuk!" Jawab Feby gak mau kalah, meskipun suaranya sudah mulai melemah tapi jiwa julidnya masih kuat.

Jovan tidak habis pikir kenapa Feby bisa terlihat menyebalkan di saat genting seperti ini. "Makanya lo jangan tutup mata! Sekarang gue bakal bawa lo kerumah sakit, awas aja kalo matanya di tutup!" Ucap Jovan hendak mengangkat Feby tapi lagi-lagi aksinya terhenti karena Feby menutup matanya lagi.

BACK YOUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang