2

3.6K 199 2
                                    

Happy reading millenial's.
Jangan lupa vote.
***

Syazhana point of view 📝📌

Syazhana point of view.

***

Aku, sangat tidak mengerti mereka. Mereka menikahkan aku terlebih dahulu, mengapa tidak Kakak ku saja sebenarnya? Toh, usia Askhara sudah bisa di bilang matang untuk menikah. Sementara aku, SMA saja belum tamat, benar benar tidak mengerti.

Aku menggdendong tas sekolah, dan tas gitarku sebelah. Aku melangkahkan kaki ku masuk ke arah mobil Papa, seperti janji nya yang kemarin bahwa ia akan mengantarkan ku ke sekolah.

Aku membuka bagasi belakang untuk menaruh gitarku di bagasi. Lalu setelahnya aku membuka pintu mobil depan dengan wajah yang sembab akibat menangis semalaman, tanpa di jelaskan alasannya pasti sudah tau.

"Kenapa tuh, sembab banget muka nya, dek?" Tanya nya kepadaku yang sedang memasang seatbelt.

Aku harus merasa baik baik saja di depan semua orang, memperlihatkan kesedihan itu bukan tipe ku. "Baca novel Pa, biasa.." Kata ku santai. Papa ku pasti tahu jika aku menangis, novel lah pastinya.

"Jangan sering sering baca novel dek."

"Iya Papakuu."

Papa melajukan mobilnya, "Dek, gimana?" Tanya nya yang aku sedikit tak mengerti.

Aku menyerengitkan alisku, "gimana apa?" Papa menghela nafas nya. "Udah ada jawaban?" Katanya lagi yang membuat aku tertohok.

Aku menghembuskan nafas gusar, "Belum."

"Kok belum sih?" Tanya nya lagi yang membuat aku mendengus.

"Lagian kenapa jodohin aku sih Pa? Kan kakak juga belum nikah, lho." Gerutu ku, mengerucutkan bibirku.

"Papa, Umma sudah tua. Askhara sibuk kerja, jadi mungkin kami tidak terlalu fokus menjaga kamu. Kan nanti kalau kamu sudah menikah, dia yang akan jaga kamu." Katanya menurutku jawabannya tidak memuaskan, aku berusaha menerima.

"Ya.. Gak di nikahin juga lah, aku kan bisa jaga diri. Emang siapa sih, sampe Papa percaya banget dia bisa jaga aku?." Aku terus bertanya.

"Hm.. Ya itusih rahasia. Makannya terima, kalau kamu mau tahu orangnya. Yang jelas, orangnya ada di sekitar kamu." jawabnya membuatku semakin kesal, tetapi yang diakhir kalimat yang membuat ku bertanya-tanya.

"Dah turun," Papa ku memberhentikan mobilnya, aku menatap gerbang sekolah yang sudah ramai. Tidak terasa jika sudah sampai.

Aku menyalimi mengecup tangan Papa ku, dan mencium kedua pipinya seperti biasa. "Jangan dulu jalan, aku mau buka bagasi." Kata ku membuka seatbelt.

Aku membuka bagasi belakang mobil untuk mengambil gitar ku, Papa ku membuka kaca mobil.

"Belajar yang bener, jangan terlalu di pikirin." Ucapnya yang tahu betul aku sedang memikirkan tentang perjodohan yang ia ajukan.

Aku tersenyum terpaksa dan mengangguk.

***

"Papa mau jodohin kamu sama anak sahabat Papa, kamu mau?"

SyazhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang