3

3.5K 197 4
                                    

Happy reading millenial's!

Jangan lupa vote.

***

"Kamu yakin dek?" Tanya Askhara meyakinkan adiknya.

Syazhana mengangguk mantap, ia yakin ini lah yang terbaik untuknya. Ia ingin membahagiakan orang tua nya meski tidak harus dengan cara ini, pikirnya. Namun, ia berpikir kembali, ucapan Azzam membuatnta terhenyak ketika Azzam mengucapkan, “ Kalau kamu tolongin, pasti Papa dan Umma seneeeng banget.” Syazhana melihat Azzam antusias dengan tawarannya. Sehingga menolak pun rasanya ia menjadi anak durhaka.

"Aku udah pikir panjang, Aku percaya pilihan mereka yang terbaik kak." Ucapnya menunduk lesu.

Askhara mengelus puncak kepala adiknya, is tersenyum dengan pikiran dewasa adiknya ini. Ia harap, kehidupan Syazhana nantinya terus diberi kesenangan, ia tidak ingin adik kesayangan di sakiti. Walaupun mereka sering bertengkar, tetapi siapa yang tidak tinggal diam jika adiknya di sakiti? Askhara tak segan-segan memberi pelajaran.

"Bissmillah sayang. Kakak yakin, kamu mengambil langkah yang tepat." Katanya terus menatap lekat adiknya yang masih menunduk.

Syazhana mendongak tersenyum, ia bersyukur mempunyai Kakak yang selalu mengerti keadaannya. Ia memeluk erat tubuh gagah Askha.

"Udah deh ya, Sana bilang sama Papa. Papa udah pulang noh." Katanya mengelus pundak Syazhana, agar adiknya melepas pelukan erat ini yang membuat Askha susah bernafas.

Syazhana masih enggan melepaskan pelukannya, ia semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang Askha. Askha memutar bola matanya jengah.

"Ck, mau bunuh gue lo?" Tanya Aska membuat Syazhana mengadah menatapnya tajam.

Seketika pelukannya Syazhana lepas, Askha bernafas lega. "Sana, Papa udah pulang."

Syazhana melengos pergi menemui Papanya. Ia berjalan menuruni anak tangga dengan langkah gontai. Ia kembali gugup, keringat mengalir di pelipisnya, tangannya yang dingin ia kepalkan. Sungguh ia tremor.

Sepanjang jalan ia melantunkan sholawat dengan volume suara yang kecil untuk menghilangkan rasa gugup ini. Ia kembali bergetar bagaimana caranya berbicara tentang hal ini.

Dilihatnya Azzam tengah menonton televisi di ruang keluarga, Syazhana menghembuskan nafas senang ketika disana hanya terlihat Papa nya saja. Syazhana menoleh ke arah tangga, disana ada Askhara yang mengacungkan jempolnya menyemangati Syazhana.

Syazhana mengambil langkah untuk duduk di samping Papa nya. Ia kembali menatap Kakaknya di sana yang memberi kata semangat namun tanpa suara, Syazhana menganggukan kepala nya. Ia berdeham pelan menghilangkan rasa gugup, ia menarik nafas nya dalam.

"Assalamu'alaikum Papa,"

"Waalaikumsalam."

Azzam mengalihkan pandangannya, lalu ia menatap Syazhana dengan tatapan penuh tanya.

"Aku mau ngomong." Syazhana yang lumayan santai.

"Mm.. Papa tau nih," Azzam mencair suasana, ia sudah memprediksi bahwa putrinya akan membicarakan perihal perjodohan.

SyazhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang