9

3K 192 0
                                    

“ Tunggu aku, sampai aku mencintaimu.”
—Arsyad Arizha Ahmad.

***

"Di makan, enak gak?" Tanya Syazhana setelah menyiapkan makan Arsyad. Hari ini ia memasak ayam fillet dengan bumbu saus tiram.

"Hm,"

"Enak gak?" Desak Syazhana.

"Enak." Senyum bahagia terpancar, giliran ia yang makan.

Ia memasukan sesendok makanan yang ia buat kedalam mulutnya. Arsyad tidak munafik, ini benar memang enak, hanya saja Syazhana membuatnya sedikit takutnya makanannya tidak enak dan dibuang begitu saja, mubazir.

Ia menuangkan air putih ke gelas, satu untuk dirinya dan yang satu untuk Suaminya.

Setelah sarapan ia membersihkan meja makan, mencuci piring dan berangkat ke sekolah. "Kak, Aku berangkat sendiri boleh?" Syazhana berbicara kepada Arsyad yang sedari tadi memperhatikan gerak geriknya.

Dalam circle pertemanan Iqbal, Arsyad dan Syazhana, Arsyad lah yang paling tua. Sementara Syazhana yang paling muda, walaupun berbeda beberapa bulan, tak jarang ia memanggil mereka dengan sebutan Kakak.

Arsyad menggeleng, "Bareng gue."

"Iya deh, aku siap siap dulu."

"Gue tunggu depan."

***

"POKOKNYA AKU MAU TURUN DI DEKAT SEKOLAH!" Teriak Syazhana karena motor yang ia kendarai melaju cepat, yang di pastikan tidak bisa mendengar sepatah katapun yang ia lontarkan.

"DEPAN SEKOLAH."

"GAMAUUUU!!"

"DOSA NOLAK SUAMI!"

Sudahlah, Syazhana pasrah jika dikaitkan dengan agama. Syazhana menjatuhkan dahinya di bahu Arsyad, terserah Arsyad saja.

Arsyad menghela napas, ia memberhentikan laju kendaraannya. "Iya lo turun disini." Katanya membuat Syazhana kepalanya mengadah.

"Enggak, terserah kamu kak."

"Udah, turun sana. Nanti telat." Katanya memutuskan.

Syazhana menatap tidak percaya, Arsyad mengangguk. "Gih cepet." Titahnya.

"Ngusir?!" Katanya. Sedetik itu ia turun dari motor gede suaminya.

"YaAllah gue salah lagi.."

Syazhana tak menggubris ucapan Arsyad, ia membuka kaitan helm nya dan memberikannya pada Arsyad. Ia mengarah ke kaca spion untuk membenarkan hijabnya yang miring akibat angin. Menurutnya sudah, ia menyodorkan tangannya, untuk bersalaman, bagaimanapun Arsyad lah suaminya.

"Duit? Bentar." Arsyad hendak merogoh saku celana nya.

"Bukan, uang ada. Mau salim" Katanya. Tangannya masih melayang di udara.

Darah Arsyad berdesir hangat, benar-benar istri yang baik bagi Arsyad. Dia sudah mengerjakan tugasnya sebagai istri, walaupun Arsyad duga itu susah bagi usia Syazhana.

Tak terasa sudut bibir Arsyad tertarik untuk tersenyum. Lalu, ia memberikan punggung tangannya. Syazhana menyalimi, mengecup punggung tangan Arsyad.

"Tangan mu wangi, kak." Celetuknya membuat Arsyad terkekeh kecil.

"Aku kelas dulu ya, hati-hati. Assalamu'alaikum". Buru-buru Syazhana berlari menuju SMA Adhytama school. Takutnya ada fans Arsyad yang melihat, ia bakal kena hujat satu sekolah bisa jadi.

SyazhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang