15

3.2K 179 1
                                    

Alhamdulillah, terima kasih untuk 4k viewers nya..

Happy reading.

***

"Hari ini, lo berangkat sama gue." Ujar Arsyad merapikan kerahnya terfokus pada cermin dihadapannya.

"Tapi pake mobil lo," Sambungnya masih dengan aktivitas yang sama.

Syazhana yang sedang merapikan isi tasnya diatas ranjang menoleh pada pria itu, "Boleh."

"Hari ini jadi kan, kerumah Umma?" Tanya Syazhana, menghentikan aktivitas nya sejenak.

"He em," Syazhana berseru kecil, yang masih bisa di dengar oleh Arsyad. Arsyad mengerti apa yang Syazhana rasakan, gadis itu rindu orang tua nya.

Sesudah merapikan kerahnya, Arsyad terduduk di samping Syazhana memakai kaus kaki putih miliknya. Syazhana merasa ada pergerakan di sampingnya mengadah, sudah ada Arsyad yang duduk di samping dirinya. Membuat jantungnya berpacu cepat.

Tidak ingin jantung nya tak sehat, ia menghindar dengan alih-alih mengambil kacamata yang berada di meja belajar. Sejenak, ia melangkahkan kakinya mengambil tas yang berada di samping Arsyad. Ia menggendong tas itu sebelah.

"Aku tunggu dibawah," Beringsut keluar dari apartemen.

"KUNCI MOBIL DIMANA????" Tanya Arsyad berteriak pada Syazhana yang main keluar saja. Baru hendak membuka pintu kamar.

Tidak jauh, Syazhana memundurkan langkahnya dengan wajah malas. Arsyad menggeleng pelan melihat tingkah laku istrinya.

Syazhana berlajan mundur sampai meja belajar, mengambil kunci mobil kesayangannya dan berjalan maju lagi menyodorkan kunci itu di hadapan Arsyad.

"Hehe, lupa," Syazhana tertawa hambar. Arsyad mengambil kuci itu dengan acuh, membuat Syazhana meringis.

Mereka berdua berjalan meninggalkan apartemen, dan berangkat sekolah.

***

Sesuai dengan apa yang dikatakan Faruq, anak kelas sebelah-presiden Rohis. Faruq mengakatan itu lewat pesan WhatsApp untuk mengembalikan buku catatan IPA milik Syazhana.

Dan disinilah, masuk kedalam kelas MIPA 1 dan menghampiri Syazhana, Arsyad yang tak jauh berada di belakang gadis itu menatap interaksi mereka dengan ekspresi ketidaksukaan nya.

"Assalamualaikum. Afwan ukhty, saya mau mengembalikan ini," Faruq menyodorkan buku Syazhana yang disampul batik dilapisi sampul plastik lagi.

"Waalaikumsalam." Memicingkan matanya sedikit, untuk melihat jelas orang yang berada di hadapannya ini. Ia sedang tidak memakai kacamatanya.

"Faruq," Faruq menyebutkan namanya pada Syazhana yang kesusahan melihat dirinya. Padahal, minus Syazhana tidak separah itu.

Bug sejenak, Syazhana mengangguk, "Ah, iya.." Mengambil bukunya ditangan Faruq.

Faruq tersenyum, "Syukron, Assalamu'alaikum" Terimakasih nya lalu pergi dari kelas Syazhana.

"Na'am, Waalaikumsalam."

Arsyad masih memandang Syazhana dengan tidak suka, merotasi bola matanya. Entah apa yang tengah Arsyad lakukan, sensi sekali jika gadisnya berinteraksi dengan pria lain. Entah juga dirinya sudah mencintai Syazhana atau belum, rasanya ia tidak ada benci ataupun jijik menikah dengan Syazhana. Hanya saja semua ini Arsyad tidak menyangka.

Mereka masih labil, saling mencintai sebenarnya. Tetapi berusaha menyangkal, tidak mengerti apa yang mereka rasakan.

Bel masuk masih lama untuk di bunyikan, biasanya Arsyad melenggang dari kelas pergi ke rooftop atau ruangan yang dibuat khusus untuk dirinya. Alias, tempat bolos.

SyazhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang