4

3.4K 181 5
                                    

Happy reading.
Jangan lupa vote.

***

"Lo, kenapa nerima perjodohan ini? Lo suka sama gue dari dulu ya? Secara gue kan ganteng." Kata Arsyad di kelas, beberapa hari lalu memang keluarga Arsyad sudah membahas perjodohan ini. Dan, acara pernikahan mereka berdua akan di gelar 3 minggu lagi, daebak

"Aku gamau jadi anak durhaka,"

Arsyad menaikan satu alisnya, "berarti tanpa cinta dong?" Katanya, apa ini? Berharap sekali Syazhana mencintainya. Apa jangan jangan ia yang mencintai Syazhana dari dulu, secara Syazhana cantik bukan?

Syazhana yang tadinya sibuk menulis kini menoleh ke arah lelaki yang akan menjadi suaminya,

"Kata kak Askha cinta datang karna terbiasa, kenapa nanya gitu? Syazhana janji bakal cintain Arsyad, Arsyad juga gitu kan?" Ucapnya meneliti inci wajah lelaki itu, Arsyad dibuat gelagapan oleh sikap gadisnya ini, belum gadisnya..

"Y-ya mungkin aja sih,"

"Jangan ngomongin hal ini di sekolah, kalo mereka denger gimana?" Kata Syazhana, padahal ia tak ingin sebangku dengan Arsyad lagi. Benar benar jodoh, ia dan Arsyad duduk bersama lagi.

Arsyad hanya diam tak mengindahkan ucapan yang terlontar dari mulut Syazhana lebih baik ia mengiyakan dan memang ada benarnya juga. Mereka sepakat untuk menyembunyikan pernikahan mereka alasan begitu bejibun dari pihak keduanya sementara kedua orangtua juga setuju saja asalkan mereka pikir itu yang terbaik untuk sepasang kekasih yang sebentar lagi akan halal.

Mengingat prosesi perjodohan beberapa hari lalu, Syazhana begitu terkejut tentunya. Ternyata yang akan menjadi suaminya adalah ketua geng Veraga yang begitu kejam, Syazhana sudah wanti wanti jika ia tidak di perlakukan layaknya manusia. Syazhana terkejut ketika Ummi Hana--Uminya Arsyad dan Humaira--Adik perempuan Arsyad memasuki rumahnya, dan di buntuti oleh kedua lelaki yang tak lain suami Ummi Hana dan tentunya, Arsyad Arizha Azhar.

Saat keluarga Azhar memasuki rumahnya dan sialnya Humaira teriak memanggil nama Syazhana, ia pikir Humaira dan keluarga nya hanya ingin bersilaturahmi karena Hana dan Azhar adalah sahabat Syabella dan Azzam. Jika begitu teka teki yang berada di otak Syazhana tentang Papa mau jodohin kamu sama anak 'sahabat Papa' sudah terjawab. Keluarga Azhar dan Azzam memang sangat dekat, Arsyad dan Syazhana juga bersahabat sejak kecil dulu itulah yang membuat Arsyad tidak terlalu irit bicara ketika dengan Syazhana.

Kini, Syazhana meminjam buku catatan Arsyad dan menyalin nya, sebenarnya ia juga tak mau meminjam buku Arsyad tapi mau bagaimana lagi, Nara pun kemarin tak menulis apa yang guru catat di papan putih besar. Ia lebih sibuk dengan gawai nya walaupun ada guru sekalipun, benar benar siswi yang baik. Syazhana mengapa tak menulis? Syazhana beberapa minggu ini akan di sibukan oleh eskul musik dan Osis nya mengingat akan dilakukan-nya classmeeting yang beberapa minggu lagi. Arsyad yang notabene nya siswa nakal tetapi catatan nya begitu lengkap walaupun banyak bolosnya.

"Alhamdulillah.. Nih, Makasih" Katanya menyodorkan buku catatan Arsyad pada manusia di pinggir nya yang sedari tadi mengamati pergerakan dirinya.

Arsyad tersenyum lalu mengambil alih buku miliknya. Syazhana melihat itu menyerengitkan keningnya berpikir, tingkah laku Arsyad hari ini agak aneh menurutnya.

"Nanti jam Istirahat ke ruang Osis, kita rapat, kata Abi ada perubahan classmeet." Katanya berbisik pada Syazhana.

"Hm."

"Lu, aneh dah gue, nanti kalo lo udah jadi istri gue baca novel gak boleh sering-sering! Inget, ada yang harus di perhatiin." Katanya. Memang, Syazhana sesudah menulis apa yang harus di catat, ia langsung mengambil novel religi nya.

Syazhana tidak terima! Enak saja! "Loh gakb bisa gitu dong? Yakaaali." Katanya mendelik menatap wajah teduh Arsyad.

"Kan gue bilang jangan sering-sering" Dijawabnya santai, padahal Syazhana sudah memerah emosi, rutinitasnya nya nanti berkurang jika sudah bersama lelaki itu. Belum lagi, takutnya Arsyad membuat rules lagi, ah! Jangan please..

***

Tidak tahu apakah ia sudah mencintai wanita itu atau belum, dekat Syazhana rasanya sangat nyaman. Mungkin mereka juga sudah berdua sejak dulu, little friend yang kemana mana harus berdua saja. Tak peduli ucapan orang yang mengira mereka berdua pacaran, tapi.. Orang bilang jika bersahabat dengan lawan jenis pasti di salah satunya ada yang mencintai katanya. Lalu, mereka berdua?

Umi mengetuk pintu kamar Arsyad, yang di dalam sedang bekutat dengan handphone miring nya. Tak mendengar suara teriakan Umi nya disana, ruangan ini di penuhi oleh suara tembakan senjata yang nyaring serta suara beberapa manusia yang berada di handphone nya itu. Lagi, sang Umi kini menggedor gedor pintu keras, dan meneriaki nama sang Putra disana. Kali ini kesabarannya sudah habis, ia membuka pintu itu terpaksa, padahal anaknya sudah melarang untuk tidak masuk jika tidak ada keperluan yang penting.

"Yaallah dari tadi Umi panggilin gak denger, budeg apa kamu?" Celoteh Umi berdecak pinggang di samping kasur king size milik Arsyad.

Dengan terpaksa pemuda itu menghentikan aktivitasnya. Mana gue main di rank lagi, batin Arsyad. Ia mengambil posisi dan tersenyum getir kala sang Umi menatap nya tajam.

"Ada apa Umi, hm?" Katanya memeluk Umi nya yang berdiri di samping nya. Lupakan sifat dingin dan datar nya, inilah Arsyad Arizha Ahmad yang sebenarnya yang selalu menghormati wanita.

"Dari tadi Umi panggilin lho bang, kamu gangguan pendengaran atau gimana sih?" Omel Umi yang meredam, Putra nya tahu sekali cara meredam emosi Umi nya. Jika sudah begini apa Umi nya tega memarahinya, oh cannot.

"Udah makan?" Tanya nya kini mengelus rambut Arsyad yang berada di pelukan nya.

Arsyad menggeleng, "Tuh kan, Jangan main gadget aja ah kamu. Umi sita mau?!"

"Jangan dong Umi cantik. Abang janji, beneran," Itu palsu, beneran. Wajahnya yang sedari tadi di sembunyikan di perut Uminya mengadah menatap Uminya yang memutar bola matanya.

"Ayo, Makan dulu!" Suruh Umi nya, melepas pelukan dan melengang pergi dari kamar sang Anak.

"Galak amat dah." Arsyad tersenyum dan menggeleng geleng kan kepalanya.

"ARSYAD UMI DENGER!"

"MAAP UMI, MAAP."

Arsyad buru-buru melangkahkan kakinya, kakut ia kena semprot uminya lagi.

Pasal perjodohan Arsyad juga sebernanya kaget, ia merasa orangtuanya sangat jahat. Tetapi disisi lain jika menolak rasanya sama seperti yang Syazhana fikirkan, seperti anak durhaka yang menolak keinginan orangtua nya untuk bahagia.

Dirinya berfikir ia sudah banyak dosa, terlebih ia selalu pulang malam dan balapan. Ia anak brandalan, padahal Abi nya sudah memberikan fasilitas mewah untuknya agar tidak keluar malam, namun ia tak menerimanya katanya itu yang di namakan anak manja.

***

Ig; @watanadiee_

Wattpad hanya selingan, Al-Qur'an yang utama —

SyazhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang