Itu adalah waktu yang berat. Serpihan sesal melayang di udara. Menumbuk dan menusuk kulitnya dengan rasa sakit dan ia perlu bertahan setelah berdarah-darah. Kata-kata yang melayang sebelumnya adalah potongan kenyataan pahit yang mungkin akan lebih menyakitkan. Ia tidak pernah bisa bersiap dengan kemungkinan terburuk bahwa apapun yang terjadi di masa lalu, adalah sesuatu yang memang telah ditulis dengan sesuatu yang begitu gelap.
Jika aku adalah ibu, aku akan menggunakan apapun yang tersisa untuk menemukan Altair.
Kalimat itu membumbung tinggi. Hilang ditelan sunyi. Terbenam bersama deru tepuk tangan dan cahaya yang jatuh melambat berganti jingga kekuningan. Cahaya yang lebih terang mengubah redup sendu di lobi pesta. Ketika mereka menatap kubah langit-langit, potongan kaca raksasa itu telah kembali menjelma menjadi gurat kelam langit bersama taburan bintang
Sementara Draco Malfoy memilih melangkah pergi setelah memberikan anggukan terakhirnya, Rose masih bergeming di tempatnya berada. Pada bekas tatapan kelabu milik mantan guru ramuannya yang tertinggal di balik tubuhnya dan helaian napas entah siapa yang menggelitik kepala.
Rose mengingatnya sebagai aroma yang begitu ia rindukan, dan uap vanilla itu merasuk ke dalam hati sebagai tanda sebuah rasa hangat. Hatinya mendesir pada sisa-sisa masa lalu dan ia telah meninggalkannya beberapa bulan ini, meskipun tak ada satu malam pun ia lepas dari ingatannya.
Gadis itu menggigil ketika sebuah sentuhan mendarat di bahunya yang bebas. Dengan kebekuan yang menjalar di kulitnya yang dingin, ia menoleh dengan degupan jantung yang semakin melonjak. Menarik matanya dari apapun pada sesuatu yang membuat ia merona.
Sepasang mata abu-abu teduh yang menatapnya begitu dalam.
Hazelnya jatuh pada lengkung senyuman di garis wajah kekasihnya yang telah cukup lama pergi. Hitungannya telah hilang dan ia kesulitan mengingat kapan terakhir kali semua terasa begitu nyata.
"Kau kembali," bisik gadis itu lebih pada dirinya sendiri. Menautkan kedua matanya dalam tatapan merindu yang mereka sulit bahasakan.
Scorpius memberikannya anggukan dan untaian senyum lainnya. Menatap gadisnya dalam cahaya yang mengalun lembut menjadi temaram saat tembang-tembang pelan kembali dimainkan.
"Aku memegang janjiku untuk segera menemuimu," katanya, meraih pinggang gadisnya untuk menyatukan mereka dalam dansa lainnya.
Rose melihat sekeliling dengan gugup dan cukup tenang saat lantai dansa kembali dipadati pasangan yang memulai tarian lain mereka. Melangkah di atas lantai marmer dengan alunan lambat yang mendesir di hati. Ia kembali pada kelabu beku yang masih menatapnya dalam.
"Terima kasih," balas Rose, mengalungkan lengannya di leher Scorpius dengan canggung. Memangkas jarak di antara mereka berdua dan menikmati deru napasnya yang menenangkan di wajah. Ia menghirup dalam-alam aroma yang begitu ia rindukan. Terasa seperti masa lalu. Seperti serpihan salju yang tertinggal di The Burrow, atau aroma rerumputan basah yang menemani di halaman belakang gubuk menjerit, atau debu perpustakaan dan aroma buku tua yang selalu mengaitkan kebersamaan mereka.
Ia melangkah dengan irama menenangkan dan membenamkan dirinya pada tubuh kekasihnya. Meletakkan kepalanya di dada untuk menikmati tempo detak jantung. Sesuatu yang telah lama hilang dan waktu menarik mereka kembali dalam penyatuan setelah dahaga yang begitu panjang.
"Aku merindukanmu." Scorpius berbisik di telinganya. Merekahkan rona merah yang menyapu pipi gadisnya yang putih. Rona merah sewarna rambutnya yang membara.
Peluk itu semakin erat. Seolah tak lagi mempedulikan bagaimana mereka akan terlihat di antara kerumunan ini, tapi mereka cukup tersembunyi dan tak bisa menunggu untuk mengungkap rindu. Di antara cahaya teduh yang membasuh ruangan, tak ada yang lebih menenangkan luka selain keberadaan. Rose memeluknya sebagai balasan dari kehilangan juga rasa sakit. Ia masih tak bisa membuyarkan ingatan ketika memori itu menebas kebersamaannya dan keeratan peluk itu merenggang. Hatinya jatuh seperti lengannya. Tapi ia tak memiliki waktu untuk mengerti dengan segala asumsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MYSTIFIED (DRAMIONE & SCOROSE)
Fanfiction(Complete) Kematian Hermione Weasley menjadi awal bagi pembuka rahasia kelam di masa lalu. Dan Draco Malfoy menjadi yang paling bertanggung jawab karenanya. Seri multichapter dari Miserable Harry Potter © JK Rowling Cover: Googlesearch, canva, picsa...