Permulaan Juni. Pertengahan musim panas mengerikan yang makin menyengat. Udara kering dibawa angin rapuh yang mengusik ranting-ranting patah. Merobek keheningan di atas jalan batu sepi yang mengular dan terhenti di bukit. Hazelnya melayang pada kapel abu-abu dan putih tulang di ujung jalan, dengan denting lonceng yang terdengar samar-samar dibawa angin, juga beberapa gelak tawa yang terbang ke langit. Beberapa anak kecil dengan baju malaikat dan sayap peri berlari-lari di atas karpet merah yang digelar. Beberapa meminta yang lainnya untuk duduk tenang seraya memeluk dengan baik keranjang serat kayu berisi kelopak mawar.
Itu adalah pemandangan pernikahan yang sempurna.
Dari kejauhan yang bisa mata hazel itu tangkap meskipun tanpa suara yang tiba di keheningan ruangan. Ia berada dalam batas kosong yang damai dan menikmati waktu sendu sampai satu lagi hari dilalui untuk digilas sepi.
Ia melalui penggalan waktu dengan mengubur diri di kesunyian rumah Oxfordshire. Ketika jemarinya bermain-main dengan uap napasnya di kaca jendela dan melukiskan simbol-simbol yang diingatnya sebagai permintaan. Ibunya mengajarinya menulis dan mengenal hurup lewat lukisan jemari di kaca jendela. Melayangkan uap napas diselingi gelak tawa lalu memuji ia yang telah begitu cerdas di usia yang masih dini.
Putriku sangat cerdas.
Ia menyukai menjadi cerdas. Ia menyukai menjadi nomor satu. Ia menyukai ketika ibunya menyematkan segala pujian itu untuknya. Dan kini, ia bahkan masih bisa tersipu ketika mengingatnya. Senyumannya. Garis-garis wajahnya yang ramah. Rasa nyaman dari pelukannya. Atau kata-katanya yang menguatkan. Ia telah dibentuk dari segala apa yang seorang Hermione Granger miliki. Ia yang mengira bahwa ibunya adalah malaikat sempurna yang Tuhan kirim untuknya, ia juga kini menyadari bahwa malaikat yang tersakiti itu terjun ke bumi meninggalkan surganya.
Kenangan itu membaur bagai noda yang mengotori kejernihan air. Kecantikan yang mematikan. Hermione Granger adalah mawar yang ditanamnya sendiri. Indah untuk melukai.
Tapi, bukankah itu yang menjadikannya manusia?
Yang tidak sempurna.
Rose memandangi biru cerah dari langit muram. Merasakan awan yang bergerak malas untuk menikmati garis kelabu menggerat membatasinya. Gumpalan awan kumulus yang akan berubah menjadi nimbus hitam. Sebuah anomali cuaca yang selalu turun beberapa pekan ini di langit Oxfordshire. Ketika ia mengehela napasnya untuk kesekian kali seraya memandangi sepi, kesunyiannya remuk setelah sentuhan itu memeluk punggungnya dengan kehangatan. Ia berbalik dan menoleh dari bahunya, menemukan sorot kelabu teduh yang menatapnya dalam diam.
Scorpius mengeratkan pelukannya. Mengubur kepalanya di bahu Rose dari belakang dan membiarkan surai keperakannya menggantung di pipi gadisnya. Sementara wajahnya masih sayu dan digenangi sisa-sisa kantuk yang baru saja lenyap. Sepuluh menit yang lalu pemuda itu masih terlelap di ranjang dengan wajah penuh kedamaian. Kini, ia menghirup dalam-dalam uap ceri yang menguar dari tubuh gadisnya.
"Kau bangun terlalu cepat," bisiknya di telinga Rose.
Rose berbalik dari jendela dan berhadapan dengan tubuh jangkung kekasihnya yang kini melepaskan pelukan dan berdiri menjulang dengan hanya mengenakan sebuah boxer ketat. Beberapa hal membuat ia menunduk untuk menutupinya tersipu. Gadis itu melarikan matanya pada barisan buku di rak di sisi dinding lainnya. Sementara Scorpius mengambil tempat kosong di samping Rose dan duduk di sana. Meraih jemari Rose dan meletakkannya di pangkuan.
"Aku dibangunkan oleh denting lonceng dari kapel di ujung jalan." Rose mengatakannya, melirik sejenak pada jendela dimana Scorpius melemparkan matanya. "Ada pernikahan."
"Kau tidak diundang?" tanya pemuda itu polos. Membuat tawa terselip di bibir Rose.
"Tidak. Selain itu mungkin upacara keluarga, aku tidak benar-benar pindah ke sini," gumam Rose. Menemukan iris kelabu Scorpius kembali padanya dengan kening berkerut. "Aku tidak merasa memiliki rumah ini. Ini, hanya terasa asing. Ini milik orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
MYSTIFIED (DRAMIONE & SCOROSE)
Fanfiction(Complete) Kematian Hermione Weasley menjadi awal bagi pembuka rahasia kelam di masa lalu. Dan Draco Malfoy menjadi yang paling bertanggung jawab karenanya. Seri multichapter dari Miserable Harry Potter © JK Rowling Cover: Googlesearch, canva, picsa...