18

495 55 14
                                    

Mata kelabu itu terbuka. Ia meraih lengannya dan menyapukannya ke sisinya yang kosong. Terasa dingin. Dan beku. Ia menarik punggungnya untuk duduk dan melangkah turun dari ranjang. Berjalan keluar hanya untuk mengetahui bahwa ruangan lainnya pun kosong.

Gadis itu tidak kemari semalam.

Itu sesuatu yang baru ia temukan setelah berbulan-bulan yang mereka lalui. Kepalanya cukup berat dengan sisa-sisa efek anggur yang diminumnya terlalu banyak di pesta semalam. Dan ia mulai kembali ditarik dalam kesadaran. Ia mulai mengingat barisan kenangan dan tersentak ketika siluet menara astronomi membanjiri kepalanya. Ia merasakan darahnya mendidih dan mengalir deras dan itu membuatnya pusing.

Mereka cukup mabuk saat itu, dan ia dihujani perasaan takut kalau-kalau gadisnya akan menyesalinya. Itu adalah alasan logis untuk menamparnya saat ia menjarah tubuh gadisnya ketika mabuk, dan ia perlu malu karenanya.

Namun setiap kejadian terekam dengan baik, dan ia bahkan bisa mendengar dengan jelas tiap kata dari bibirnya yang lembut. Ia menyukai itu. Dan belum pernah lebih baik dari itu. Jadi kenangan itu memukul dirinya dengan beragam perasaan. Dan bukti bahwa gadis itu memilih tak menghabiskan malam di gubuk menjerit membuat dadanya sakit.

Scorpius menghela nafas sejenak ketika ia bangkit dan mengancingkan kemejanya. Berjalan keluar melalui celah setelah menidurkan dedalu perkasa. Pada menit berikutnya ia telah berada di koridor kosong di pagi buta. Menyisir helaian pirang platinanya dengan jemari dan membelah lantai batu. Pikirannya liar saling sahut. Sampai sebuah memori membentak di belakang kepalanya.

Ia mengingat raut terkejut milik Rose setelah bertemu dengan ibunya. Dan rasa tak nyaman memeluk dadanya dengan menyakitkan. Bertanya-tanya apakah ibunya telah mengatakan hal-hal buruk pada kekasihnya, atau mereka terlibat pertengkaran dingin sebelum ia muncul.

Satu jam setelahnya, Scorpius berbelok ke aula besar untuk sarapan. Ia menggelung lengan kemejanya karena pagi itu terasa cukup menyengat. Akhir Mei dimana peluh mulai menggenangi dahinya dan membasahi helaian pirang platinanya. Ia berjalan membelah barisan meja panjang dan berbelok ke bagian paling ujung untuk bergabung dengan Albus. Dari seberangnya, ia melirik sejenak Rose dari balik bulu matanya yang indah. Gadis itu menatapnya dalam diam diselingi obrolan dengan teman-teman Grtffindornya.

Scorpius duduk di sebelah Albus dan meraih sebutir apel hijau. Mengunyahnya perlahan setelah menuangkan susu ke dalam piala di depan.

"Kau terlihat agak berantakan," kata Albus, memecahkan lamunan Scorpius. Pemuda pirang itu menoleh sejenak.

"Aku agak kurang tidur." Ia mengakui.

"Kau minum terlalu banyak anggur semalam."

Scorpius menoleh lagi pada sahabatnya. "Kita tak punya banyak waktu bebas, bukan?" Ia terkekeh sejenak.

Mereka melalui waktu pagi dengan hanya saling menatap dari kejauhan. Kecuali dari kegelisahan yang tergurat di wajah Rose.

Ketika pelajaran transfigurasi selesai, Scorpius berusaha menghubunginya lewat koin. Tapi tak ada balasan, kemudian memutuskan bahwa gadis itu mungkin tengah sibuk. Mereka melanjutkan beberapa kelas lain yang berbeda.

Tepat setelah makan malam, Scorpius melihat gadis itu menghilang. Ia tak menemukannya di perpustakaan seperti kebiasaannya setiap malam. Dan berpikir bahwa gadis itu mungkin menghabiskan waktu di menara Gryffindor bersama teman-temannya. Setelah patroli malam terakhir, Scorpius menghambur pada gubuk menjerit dan menemukan itu masih kosong. Seperti ketika ia tinggalkan di waktu pagi.

Kepalanya mulai dilingkupi cemas karena hari itu, telah dua hari ia tidak berbicara atau bertemu dengan gadisnya dan merasa ada sesuatu yang salah. Ia mencoba menghubungi Rose dari koin, namun itu tidak berhasil.

MYSTIFIED (DRAMIONE & SCOROSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang