19

409 45 14
                                    

Darah telah menyebabkan banyak perselisihan sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Anggapan itu menjalar di kepalanya seperti bunyi desing peluru. Keras dan merobek pendengaran. Berputar kemudian menembus meninggalkan sebuah lubang mengerikan. Anggapan tentang kasta atau kemurnian darah merupakan hal tabu yang terus dipertahankan dan akhirnya harus runtuh beberapa tahun terakhir. Itu adalah masa dimana darah tidak lagi menimbulkan perpecahan karena baik mereka yang masih keras kepala dengan segala omong kosong tentang kemurnian, keadaan akan memaksa yang lain untuk semakin membaur. Pada akhirnya membiaskan sesuatu yang terlahir dari kasta.

Dari darah.

Darah adalah pengingat bahwa ada batasan dan jalur yang tidak bisa dilanggar dengan pertalian. Seperti hubungan yang akan menarik konsekuensi besar. Muggle mengetahuinya sebagai permulaan dari kemunculan penyakit-penyakit genetik. Dan penyihir mengetahui sebagai salah satu penyumbang squib terbanyak. Sebuah konsekuensi mahal dari darah.

Tapi semesta menghadirkan banyak hal yang bahkan tidak bisa dikendalikan. Seperti udara yang bebas. Atau angin yang tidak dapat diraih. Atau bunga-bunga yang akhirnya harus mati dengan putaran musim. Juga gagasan tentang perasaan sebagai makhluk abstrak yang ekspresinya sulit dikendalikan.

Itu membekas dalam kepalanya. Ketika Rose mengatakan omong kosong berulang-ulang, semakin ia memikirkan tentang darah, semakin ia dekat dengan kengerian akan kehilangan. Ia menatap pensieve dan kumpulan botol memori milik ibunya seolah itu adalah uap racun yang mematikan. Entah apa yang akan ia temukan disana. Atau bagaimana kehidupan membawanya setelah ia mengetahui rahasia lainnya.

Ia telah melupakan memori itu hampir dua minggu lamanya dan dilanda rasa takut ketika mendengar bunyi denting dari kaca yang mengingatkannya pada botol vial. Itu hampir sama dengan waktu yang ia habiskan dengan berbagi sentuhan yang entah mengapa terasa begitu terlarang baginya. Ketika malam tiba atau ia terlempar pada jam kosong, Scorpius akan menemuinya dan mereka membunuh waktu dengan peluh dan rintihan.

Rose tak bisa menghentikan rasa panas yang membakar di matanya ketika beberapa butir air mata berguling di wajahnya. Luruh dengan seberkas pikiran menakutkan yang dipalu di belakang kepala. Ia terus memimpikan bahwa kekasih pirangnya akan meninggalkannya dengan sebuah rahasia yang akhirnya terungkap. Tapi ketika hazelnya terbuka dan malam kembali menarik kesadarannya, ia hanya akan menemukan kelabu teduh yang mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. Kemudian membenamkan isak tangis karena tak bisa menceritakan masalah yang ditanggung pundaknya sendiri.

Ia tak bisa kehilangannya.

.

.

.

Pagi itu beberapa awan kumulus menggumpal memenuhi langit. Menghalau cahaya untuk menyiram rumput dengan rasa hangat. Dua jubah; satu Gryffindor dan satu Slytherin, terbang bagai kelelawar membelah koridor penuh siswa dalam langkah mereka yang buru-buru. Berlari kecil dengan ransel besar di punggung dan kedua lengan memeluk buku lainnya. Si pemuda dengan wajah kelelahan namun penuh tawa. Gurat di kemejanya belum berhasil ditutupi, bahkan mereka hanya membersihkan diri dengan sihir. Sementara si gadis menggelung rambut merah panjang asal sehingga beberapa anak rambut mencuat. Kemejanya keluar sepinggang dan ia kesulitan merapikannya. Melirik dengan gelisah arloji di lengannya dan mereka telah terlambat sekitar sepuluh menit. Berbeda dengan wajah pemudanya, si gadis hanya menggigit bibir dengan guratan rasa takut yang kentara di wajah. Ia berkali-kali mengeluh dalam bisikan.

Salahkan Scorpius yang menariknya kembali setelah pagi mereka. Dan salahkan Rose yang tidak bisa menolak sehingga membuang waktu dan berakhir pada keterlambatan.

Jantung gadis itu berdegup cepat. Beberapa butir keringat bersarang di dahinya dan ia mengusapnya kasar. Mereka berbelok di tikungan setelah menuruni tangga batu untuk pergi ke ruang bawah tanah. Ruang ramuan.

MYSTIFIED (DRAMIONE & SCOROSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang