6

636 80 13
                                    

#Flashback

"Aku menunggu di luar," gumam Luna dengan nada datar.

Hermione meliriknya sekilas, meneguk kopi paginya di atas meja panjang Gryffindor di aula besar. Ada Luna dan Ginny di sebelahnya. Mengisi perut mereka dengan sarapan sebelum mengawali hari dengan rentetan kelas dan lusinan tugas.

Terkadang ia ikut dalam pembicaraan, terkadang ia membenamkan kepala ke dalam buku tebal lainnya yang ia pinjam dari perpustakaan. Sesekali melirik pada Luna dengan celotehan polosnya, atau Ginny yang antusias bercerita.

"Dan sampai kapan kau menunggu di luar?" balas Ginny di sela mengunyah roti lapis isi tuna di genggamannya.

"Sampai ada yang bisa menjawabnya," balas Luna, mengingat.

"Aku rasa akan cukup merepotkan jika kita terburu-buru." Hermione ambil bagian, merendahkan bukunya untuk melirik Ginny dan Luna bergantian yang disambut anggukan si gadis Weasley.

"Tapi itu bagian menariknya, Mione. Kita tidak akan berkembang jika tidak diberi tekanan." Luna beralibi, mengedikkan bahu dan menatap Hermione. "Kita akan terus berada di luar pintu Ravenclaw sampai ada seseorang yang bisa menjawab teka-teki."

"Terdengar seperti sebuah hukuman.

"Memang," gumam Luna masih dengan nada datar yang membosankan. "Dan aku memaksa kepalaku untuk memikirkan jawabannya sambil menunggu."

"Sepertinya akan lebih menyenangkan jika ditambah tantangan seperti pintu akan terblokir lima jam ketika ada yang salah menjawab sampai tiga kali." Ginny terkekeh, disambut Hermione yang memutar matanya. Tak bisa menyembunyikan tawa.

"Aku rasa ide yang bagus."

Luna membuat yang lainnya makin keheranan. Menggelengkan kepala dan merasa mereka begitu berbeda. Mereka menyemburkan tawa di sela kegiatan sarapan. Hermione menyesap kembali kopi di cangkir yang ia genggam, kemudian beralih pada Luna.

"Beri aku satu teka-teki yang pernah membuatmu kesulitan." Ia menantang, terkekeh. Luna mengingat dan melayangkan matanya untuk beberapa detik lamanya. Sampai akhirnya kembali setelah menemukan satu yang ia rasa bagus.

"Baiklah." Ia mendapatkannya. "Salah satunya berbunyi, 'cemerlang, dan tak pernah tenggelam' aku pikir sesuatu tentang kapal atau laut. Aku menjawab mercusuar dan baru menyadari betapa itu terdengar bodoh." Luna tertawa kecil, memiringkan kepalanya sejenak. "Aku berdiri hampir lima belas menit." Iris saphire miliknya melebar.

Luna menyelesaikannya. Menanti dengan tatapan polos jawaban dari teka-teki yang ia lontarkan. Melirik pada Ginny yang kesulitan mencari, kemudian beralih pada Hermione yang menautkan alisnya. Mata hazelnya berbinar kosong dan ia menyembunyikan semburat merah muda di pipinya yang putih. Ia menatap manik saphire Luna kemudian.

"Draco?" bisiknya bertanya, segera menyembunyikan wajahnya dengan menunduk, hampir teredam keriuhan aula besar. Dan Luna mengembangkan senyum lebar di wajahnya.

"Kau menjawabnya dengan baik, kau tahu."

Ginny menggambarkan cemberut di wajahnya dengan indikasi tak suka. Mendecah kemudian memutar matanya begitu mendengar nama Slytherin memuakkan itu di telinganya.

"Benar-benar di luar dugaan," gumamnya mencibir. "Itu memiliki arti yang bagus. Tapi tidak dengan orangnya. Ular itu. Merlin punya cara sendiri untuk menghukum orang seperti dia. Seperti sekarang, dia masih berani menginjakkan kaki di Hogwarts di tahun tujuhnya. Setelah semua kejahatan yang dia lakukan, dan akhirnya dia menerima hukuman sosial dari seisi kastil. Tak ada yang menerimanya." Ginny menutupnya.

Tak menyadari panas di dada Hermione begitu mendengarnya didera gelisah dan ia tak bisa melakukan apapun untuk membela kekasih gelapnya. Ia tak bisa membuka celah bagi siapapun untuk mencium gelagat absurdnya dan menemukan rahasia kotor mereka. Cukup dengan Goldstein yang memilih melupakan masalah menara astronomi. Cukup hanya satu pasang mata yang mengetahui.

MYSTIFIED (DRAMIONE & SCOROSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang