37

412 36 3
                                    

Ia meneguk kopi dalam gelas karton miliknya yang masih mengepul. Rasa hangat itu menjalar di tenggorokan, menghalau beberapa butir kebekuan yang telah tiba di tanah itu. Helaian angin memainkan anak rambut merahnya yang keluar dari ikat kepang di kepala. Ia membiarkan udara menepuk kulitnya dengan gigitan dingin menyengat. Jemarinya masih membuka-buka halaman Daily Prophet yang ia dapatkan dari toko tua milik penyihir di pinggir desa. Tidak ada berita yang terlalu berarti. Hanya ada kolom-kolom Quidditch yang penuh komentar, atau beberapa baris berita dari Kementerian. Selebihnya bisa disebut damai.

Ia meletakkan gelas karton hangat yang selama tadi ia peluk dengan jemari, menyimpannya di atas meja besi bundar di depannya dan membiarkan gigitan terakhir roti isi di piring tak tersentuh. Jemarinya masih sibuk dengan lembaran koran dan mata hazelnya menyusuri tiap kolom berita. 

Seperti kebiasaannya satu bulan ini. Terasing. Dalam pelariannya yang terburu-buru ia terdampar di sudut Glasglow yang tenang. Sebuah pemukiman muggle yang jarang penduduk. Tinggal di salah satu motel sederhana untuk melepaskan curiga, atau kadang ia perlu memberi confundus ketika beberapa orang dirasa terlalu berminat dengan latar belakangnya. 

Rose memburu bagian lain dari halaman Daily Prophet. Tersisa kolom terakhir yang akhirnya ia abaikan. Ia meletakkan koran itu dan melipatnya di atas meja. Memeluk tubuhnya sendiri dengan silangan tangan di dada. Melarikan matanya pada perkebunan dimana musim gugur mulai tiba di dataran itu. Ia mengeluh lagi dalam helaian napasnya yang beku. Membisikkan senandung ringan di antara kata-kata yang hanya bisa ia jeritkan di dalam kepala. Itu adalah hari-hari penuh keheningan yang membentang setelah ia pergi. Ia telah menyiapkan pelarian itu saat ia kembali di Eton di Hungaria. 

Saat ia berbicara banyak hal dengan Thedeus Pavlor dan merasa bahwa ia perlu memantapkan hatinya. Ia menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa. Menyimpannya dengan rapi dalam tas lipat yang telah diberi mantra perluasan. Ia telah menulis surat pengunduran diri dan menyerahkannya pada Anthony Goldstein ketika ia tiba di Inggris, beberapa hari sebelum Draco Malfoy mengajaknya ke South burn. Ia telah memindahkan uang dalam brangkasnya di Gringgots agar ia tidak perlu berurusan dengan siapapun yang berada di sana. Dan ia telah memikirkan rute perjalanannya, atau apa yang akan ia lakukan setelahnya. 

Ia adalah pemikir yang terampil. Mungkin ia akan menghabiskan waktu untuk belajar pada Thedeus Pavlor tentang penyembuhan dan ramuan seperti yang healer itu pernah janjikan. Terkadang ia memikirkan untuk menghabiskan hari di Eton, memandangi hutan pinus dan merawat pasien gangguan mental. Mengubah karirnya menjadi seorang healer. Ia tidak pernah benar-benar memikirkan karirnya sebelumnya, dan ia berpikir bisa berdamai dengan itu. Ilmu penyembuhan dan ramuan terbukti memiliki banyak kegunaan, ia mulai mencari bagaimana ia akan membuat ramuan pengisi darah yang ia harap tidak pernah ia gunakan.

Ia telah memikirkan dan menyiapkan banyak hal dengan sempurna untuk pelariannya. Sempurna. Hampir sempurna mungkin saat ia menyadari bahwa kelemahannya yang membuat pelarian itu tidak juga terjadi.

Rose membiarkan kelopak matanya terkulai. Menatap pada kegelapan saat ia menutup mata dan kenangan itu merobek gambarannya. Ia menghela napas yang begitu berat dan membiarkan tubuhnya merosot. Bersandar pada kursi yang telah satu jam ini ia duduki. Ia memikirkannya. Selalu memikirkannya. Tak pernah satu hari pun berlalu tanpa pikiran tentangnya. Tentang bagaimana ia meninggalkannya di lantai kayu Oxfordshire. Tentang bagaimana ia menatap air mata meluncur dari kelopaknya. Air mata yang sungguh langka dan hari itu Scorpius menangisinya. Tentang bagaimana ia mengecup dahinya dan menatap mata abu-abu yang tak akan bisa ia lupakan seumur hidup. Ia mencintainya. Sangat mencintainya. Ia mengatakannya sesaat sebelum ia pergi meninggalkan kekasihnya yang begitu terlarang. Ia telah diberi peringatan selama ini, dan ia terlalu bodoh untuk mengalah pada hasrat.

MYSTIFIED (DRAMIONE & SCOROSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang