4

920 89 7
                                    

#Flashback

"Mereka makhluk yang cantik. Bukan begitu, Hermione?"

Luna melempar potongan ketiga pada Thestral kecil yang mendekat ke arahnya. Ia menyelipkan beberapa potong daging mentah di dalam tas rajut miliknya seraya bercerita tentang kekagumannya pada makhluk itu.

Sementara Hermione hanya terdiam menatap mereka sebagai sebuah kenyataan akan kematian yang disaksikannya beberapa waktu yang lalu. Makhluk itu adalah bukti bahwa dirinya telah cukup dekat dengan maut yang menjemput, ketika hanya butuh satu jiwa saja yang dikecup kematian untuk disaksikannya.

Ia pernah dan telah melewati hari-hari berat itu. Dalam pelarian panjang untuk mengakhiri kegelapan yang dibuat Voldemort di tahun lalu. Walau sudah berakhir dan dunia sihir memulihkan diri, tapi rasa sakit yang muncul setelah perang usai itu nyatanya akan menetap selamanya.

Ia menarik napas panjang kemudian memecah daun-daun ek kering di dekat kakinya dengan tongkat. Menguarnya hingga ke potongan terkecil. Ia sejujurnya tak begitu nyaman dengan memandangi kuda hitam dengan tulang yang dibalut kulit seadanya itu. Ia selalu menganggap bahwa kemampuannya melihat Thestral adalah kutukan yang ia dapat setelah melihat terenggutnya nyawa orang lain.

"Tapi mereka memang indah," bisik Hermione perlahan.

Luna tersenyum dan melemparkan potongan lain pada salah satu Thestral dewasa lain.

"Mereka memang pengingat bahwa kita pernah menyaksikan kematian. Tapi mereka juga pengingat bahwa kita masih memiliki kehidupan untuk disyukuri," balas Luna yang kini menatap Hermione. Ravenclaw itu tahu bahwa Hermione tak nyaman dengan keberadaan mereka disana. Meskipun begitu, Ia tahu bahwa Hermione memilih mengasingkan diri sejenak. Dan disana adalah satu dari sekian tempat untuk mengasingkan diri.

"Kau terlihat kurang baik akhir-akhir ini, Mione?" tanya Luna tanpa melepas pandang dari empat ekor Thestral. Sementara Hermione hanya menatap sekilas kemudian beralih kembali pada pecahan daun kering yang dihancurkannya.

"Aku hanya kurang tidur," jawabnya.

"Kau sebaiknya minum ramuan tidur tanpa mimpi, Mione," balas Luna yang masih melemparkan potongan daging kecil ke arah Thestral. Ia terhenti sejenak sebelum melanjutkan kembali kalimatnya. "Atau kau merasa kesepian di kamar ketua muridmu? Mengingat kau sendirian disana."

Hermione menyembunyikan wajahnya dari balik uraian rambut. Ia tak bisa membiarkan iris saphire Luna menemukan kebenaran dari soror hazel miliknya.

Ravenclaw itu salah.

Ia tak lagi tidur di kamar ketua muridnya untuk beberapa waktu. Dan ia tak sendirian.

Perasaan yang entah bagaimana selalu menggelitik dadanya dan itu tak nyaman. Ketika ia harus mengingat bagaimana ia menghabiskan malam tepat setelah patroli akhir selesai. Ia akan berjalan dalam gulita dan membiarkan langkah kaki menuntunnya menapaki tangga batu menara astronomi untuk menemukan pemuda itu disana. Menunggunya dalam cahaya temaram dan sayu. Satu-satunya penerangan hanyalah cahaya yang dipantulkan lilin-lilin yang jauh dari tempat mereka berada, juga pantulan purnama yang membuat pemuda itu harus sembunyi dari sinarnya.

Dan pemuda itu akan membimbingnya menuju hal tabu yang telah biasa mereka lakukan untuk membunuh sepi. Untuk melewatkan malam. Dalam keheningan ketika semua telah usai. Ketika peluh membanjiri tubuh dan lelah menarik untuk terjatuh. Gadis itu akan diliputi kantuk, dan si pemuda membiarkan lengan menjadi bantalnya.

Ketika Hermione tertidur disana kemudian terbangun kembali, pemuda itu masih disana. Masih menautkan jemari pada miliknya seraya menatap langit dengan taburan bintang. Gadis itu hanya bertanya-tanya dalam hati apakah si pemuda tak tertidur sedetikpun. Namun lingkar hitam juga kantung mata sepertinya cukup memberi jawaban jelas.

MYSTIFIED (DRAMIONE & SCOROSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang