34

319 37 1
                                    

AN: Adegan catur sihir di chapter ini hanyalah karangan saya yang tidak memiliki sedikitpun pengetahuan tentang catur. Mohon maafkan saya untuk kesalahannya.

.

Rose bangun dari tidurnya. Membiarkan kelopak matanya yang berat terkulai. Ia menatap dari bulu mata kecoklatan nya dan menemukan sisi ranjangnya kosong. Ketika ia meratakan tangannya pada seprai, ia menemukan jejak hangat yang telah pergi. Uap vanila samar melayang ke hidungnya dan ia merindukan eksistensi. Ia menggeliat pelan di bawah selimut. Menyapukan matanya pada sekeliling kamar yang tidak terlalu besar. Sangat nyaman. Matahari pagi musim panas di balik tirai yang membentang di jendela, meskipun menghalangi namun tidak sepenuhnya cahaya lolos. Ia menemukan garis cahaya dan debu yang terbang sampai kulitnya. Saat ia mencoba bangun, tulang-tulang di tubuhnya berderak saling tubruk dan ia tidak tahu mengapa rasa berat menggantung di belakang kepala. Ia mencengkeramnya seraya bangkit berdiri meninggalkan ranjang. Meninggalkan selembar selimut yang sedari tadi menutupi tubuhnya.

Rose berdiri, hanya memandangi kekosongan. Menarik piyama yang tercecer di lantai untuk menutupi tubuhnya yang bebas. Ia mendapati suara gemericik air samar terdengar dari balik kamar mandi di sisi lain dinding. Ketika ia berjalan mendekat, suara itu terhenti dan Scorpius muncul dari balik pintu mahogani tua yang berayun.

"Kau bangun pagi sekali," gumam Rose, sekilas mengamati lilitan handuk di bagian bawah pemuda platinanya, kemudian bersemu merah dan memilih melarikan matanya pada mata abu-abu di depan. Mengabaikan betapa ia ingin menikmati pemandangan dadanya yang mengagumkan dengan sisa tetes air di kulitnya.

"Aku ada pertemuan beberapa jam lagi. Hanya sampai siang." Pemuda platina itu menjelaskan. Ia meraih belakang kepala Rose dan mendaratkan sebuah kecupan di dahinya.

"Di akhir minggu?" Alis Rose terangkat.

"Ya." Scorpius memberinya anggukan singkat. Melayang pada lemari besar miliknya dan memilih-milih setelah untuk hari ini. Mengenakan sebuah kemeja hitam dan mengancingkan nya. Ia menoleh pada Rose setelah mengingat sesuatu. "Kapan kau akan membawa barang-barangmu kemari?"

"Hari ini." Rose duduk di sisi ranjang. Merapikan rambutnya menjadi gulungan agar tidak terlalu kusut. Sementara Scorpius menoleh sekali lagi ke arahnya.

"Setelah aku pulan, aku akan membantumu," kata Scorpius yang segera dibalas gelengan Rose.

"Tidak, aku akan ke Oxfordshire pagi ini. Memilah-milah beberapa barang. Aku bisa menyelesaikannya sendiri. Tidak akan melelahkan." Rose bergumam, mengamati punggung Scorpius saat pemuda itu menjalin dasinya.

Jeda hening beberapa lama dari kalimat terakhir Rose. Ketika Scorpius telah selesai dengan dasinya, ia berbalik pada Rose. "Wendy!"

Bunyi tar pelan merobek sepi. Seorang peri rumah dengan badan kurus kecil, mata besar, hidung panjang, dan telinga yang lebar muncul dari udara kosong. Memeluk kain butut yang ia kenakan sebagai bajunya sendiri. Rose mengerutkan dahinya saat menoleh pada si peri rumah kemudian kembali pada Scorpius.

"Kau akan membantu Nona Weasley dengan pekerjaannya. Jangan pergi ke Manor sampai aku kembali." Scorpius memberi perintah dengan nada yang jarang didengar Rose ketika berbicara dengannya. Suaranya lebih dingin dan jauh. Sementara si peri rumah yang sepertinya perempuan hanya memberi anggukan.

"Baik Tuan," cicitnya.

Rose masih memperhatikan dengan kerutan di dahinya saat mata kelabu Scorpius kembali padanya.

"Aku bisa melakukannya sendiri." Ia berkeras. Tapi Scorpius kembali mengecup pipi gadisnya yang membuat Rose terkesiap dan segera melirik si peri rumah dengan matanya yang besar mengamati mereka sambil menunduk.

MYSTIFIED (DRAMIONE & SCOROSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang