15

522 52 23
                                    

Seberkas cahaya matahari pagi jatuh di wajah. Ia merentangkan jemari untuk menghalaunya. Meradakan sisa kebekuan menggigit di kulit, juga rasa panas bekas air mata yang lengket.

Jemarinya menyusuri sisi ranjangnya dan itu terasa dingin. Ia membuka matanya, menatap kekosongan udara di kamar tempatnya terbangun. Gubuk menjerit yang sama seperti semalam, sunyi, kemudian berasumsi bahwa kedatangan pemuda itu hanyalah mimpi lain yang hinggap di kepalanya.

Ia berbalik pada sisi lain. Mencoba bangkit dengan bertumpu pada kedua sikunya, menahan bobot tubuh. Sekali hentakan yang membuat kepalanya limbung. Bercak kehitaman muncul di pandangannya. Sisa dari rutinitas buruk yang ia lalui, dan tubuhnya telah jauh dari kata baik-baik saja.

Ia melirik sekilas ke arah tongkatnya di atas nakas, dan itu masih berada di sana. Setelah memastikan ia cukup baik, ia bangkit berdiri. Menapaki lantai kayu pondok, melangkah membelah ruangan dan keluar dari ambang pintu kamar.

Jemarinya mencengkeram bingkai kayu untuk mencegahnya tersandung karena limbung. Tapi langkahnya terhenti begitu menyadari pintu utama pondok terbuka. Memberikan udara yang lebih baik untuk mengisi ruangan pengap itu. Ia bisa melihat langit yang telah cerah, juga barisan pepohonan ek besar. Masih menghijau.

Ia melangkah mendekatinya dengan keyakinan seseorang lain telah membiarkan pintu itu terbuka. Kemudian terhenti dari langkah ketika sepasang hazelnya menemukan surai pirang platina yang begitu ia kenali. Duduk di teras kayu menghadap pada padang rumput dan kedai-kedai Hogsmeads yang jauh dari pandangan. Bermain-main dengan tongkatnya dan melambungkan lamunan. Belum menyadari keberadaannya.

"Kau kemari?" Rose merobek sepi di pagi miliknya.

Scorpius menoleh, menatapnya teduh dari balik bahu. Menautkan sepasang manik kelabu canggung yang bertemu dengan iris coklat madu milik gadisnya. Ia kembali memalingkan wajahnya dan menatap pada rerumputan.

"Aku kemari semalam."

Kalimatnya menyadarkan gadis itu. Mengetahui bahwa gambaran samar yang diingatnya semalam bukanlah rekayasa menyedihkan yang dibuat kepalanya. Itu adalah nyata. Dan ia telah kemari untuk membantunya melalui penggalan malam yang mengerikan.

Ia melangkah mendekat dan duduk di sampingnya. Membiarkan telapak kaki telanjangnya menyusuri butir embun basah. Menyengat dan sejuk.

"Aku pikir itu mimpi." Ia bergumam pelan.

"Bagaimana keadaanmu pagi ini?" Scorpius menunduk. Tak berani menatapnya.

"Sama seperti pagi lainnya," gumam Rose. "Hanya sedikit terkejut mengetahui kau kemari." Ia menoleh pada Scorpius dengan canggung.

"Aku kemari setelah patroli akhir. Hanya, mungkin kau membutuhkan aku lagi seperti malam sebelumnya."

Rose tertawa pelan. Mengingat. "Ya. Aku memanggilmu dengan koin malam itu. Dan menemukanmu tidur di sofa pagi harinya." Ia terhenti dari kalimatnya. sebuah ingatan menubruk kepalanya. Menghentak keras yang membuat hazelnya melebar. Merasakan lonjakan degupan jantung di dadanya yang berubah begitu berisi. Ia melirik gambaran pemuda pirang platina itu di sudut matanya dengan hati-hati. "Kau menemaniku semalam? Di kamar?" tanyanya.

Ia bisa mendengar napasnya berubah.

"Kau memintaku untuk tinggal. Aku minta maaf sebelumnya, tapi-" Scorpius merasakan tenggorokannya begitu tercekat. "-aku tidak melakukan sesuatu apapun padamu." Ia mengatakannya dengan hati-hati. Takut untuk menangkap reaksi gadis di sampingnya dan memilih membuang wajahnya.

"Sesuatu?"

"Ya, jika kau mungkin berpikir kita telah.. maksudku.. kita tidak melakukan apa-apa. Aku hanya berada di sana. Hanya itu. Kau hanya memelukku."

MYSTIFIED (DRAMIONE & SCOROSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang