PART 19

512 32 0
                                    

Masa ijin sakit Gadis berakhir, saatnya dia menjalankan rutinitas sekolah seperti biasa.

"Kamu beneran gapapa kan Dis?" Tanya Tala sambil berjalan di lorong sekolah

"Iyaa kak, bawel deh" Jawab Gadis kesal

"Barang-barang yang kakak kasih kemarin kamu bawa kan?"

"Nih liat" Gadis mengeluarkan penyemprot mata pedas, alat kejut strum dan garpu lipat kecil.

Gentala memberikan barang itu semua kepasa Gadis untuk berjaga-jaga. Semenjak kejadian kemarin Gentala semakin protektif kepada Gadis, dia pun ingin dengan adanya barang itu bisa membuat Gadis tenang akan traumanya.

"Good girl! Hp jangan sampai mati, power bank udah kamu cas dan kamu bawa kan?" Cerewet Gentala lagi.

"Iyaa, udah ah Gadis mau ke kelas" Gadis pergi meninggalkan Gentala

Saat sampai di depan ruang kelasnya ada Javier yang sedang menunggunya sambil bersender di tembok dengan tangan masuk ke saku celana.

Gadis yang melihat Javier mengalihkan pandangannya dan berpura-pura tidak kenal.

"Gadis" Javier menarik tangan Gadis

"Maaf ada apa ya kak?" Ucap Gadis dingin

Baru kali ini dia memanggil Javier dengan sebutan kakak.

"Kakak? Sejak kapan kamu jadi manggil aku kakak?"

"Lo kan kakak kelas gue" Gadis melepaskan cekalan Javier

"Gadis, ayolah mau sampai kapan kita kayak gini?" Tanya Javier frustasi

"Kita? Kita udah bukan siapa-siapa lagi kak. Gue adik kelas lo dan lo kakak kelas gue. Sorry kak selama ini gue kelewat batas sama lo" jawab Gadis sarkas

Triiiinngg bel sekolah berbunyi

"Aku gamau denger kamu ngomong ngelantur kayak gini lagi. Pulang sekolah aku tunggu di parkiran" ucap Javier tegas lalu pergi meninggalkan Gadis. Gadis hanya menarik nafas panjang.

Selama jam pelajaran di fikiran Gadis hanyalah Javier. Gadis tidak munafik dirinya masih sangat sayang terhadap cowok itu, tapi kekesalan dan rasa sakit Gadis masih mendominasi hati nya.

Jam pulang sekolah pun tiba, Gadis malas untuk keluar dari kelasnya karena ingat perkataan Javier yang akan menunggunya di parkiran nanti.

"Guys.. gue boleh minta tolong engga?" Ucap Gadis kepada ketiga temannya

"Kenapa? Ada apa? Lo sakit?" Tanya Bella khawatir. Nisya dan Dini menyimak.

"Javier tadi bilang mau nungguin gue di parkiran, gue gamau ketemu dia gue masih sakit hati. Ada cara lain ga buat pulang selain lewat depan?" Jawab Gadis dengan muka kusut

"Lo yakin? Sekarang lo bisa ngehindar Dis besok-besok kan pasti ketemu lagi. Masa mau ngehindar terus?" Tanya Dini

"Gimana besok deh itu mah, yang penting sekarang gimana caranya ga ketemu dia" Gadis menjatohkan kepalanya di meja

"Terus kak Tala gimana? Lo kan pulang sama dia Dis" tanya Nisya

"Gue ada rencana! Lo bisa pulang lonat lewat tembok kantin samping, nanti kak Tala lo suruh jemput lo di halte depan" jawab Bella

"Tapi gue masih takut sendirian, kalian temenin dong, please" Gadis memohon

"Okee gini aja, gue sama lo terus Dini dan Nisya lewat depan untuk ngecek situasi parkiran buat jaga-jaga aja gitu" jawab Bella

"Oke deal. Gue sms kak Tala dulu, makasih ya kalian love you!!!" Gadis merangkul ketiga temannya.

Kak Tala:
Kak, Gadis tunggu di halte ya ini mau nemenin Bella di jemput di halte
Sent

"Beres! Yuk cabut!" Gadis memasukkan hp nya kesaku dan berdiri dari bangkunya, disusul oleh ketiga temannya.

Suasana kantin sudah sepi jadi Gadis dan Bella dapat dengan mudah membawa meja kantin untuk jadi pijakan memanjat tembok itu.

Saat di atas tembok Gadis dan Bella kebingungan untuk turunnya karena lumayan tinggi dan curam. Jika loncat gatau apa yang akan terjadi tapi jika tidak loncat Gadis harus menghadapi Javier.

"Bel ini gimana turunnya? Gue takut keseleo" Gadis terus mencari cara atur posisi badan untuk turun

"Gue juga takut, bentar deh gue telfon Dini Nisya dulu" Bella mengeluarkan ponselnya dengan satu tangan. Satu tangannya lagi untuk pegangan

Tuuut...

"Halo Dini lo dimana?"

....

"Lo kesamping kantin sekarang juga bawa kursi atau meja atau apapun yang tinggi. Gue sama Gadis gabisa turun nih takut"

....

"Cepetan! GPL!" TUT Bella mematika telfonnya

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Dini dan Nisya datang dengan membawa beberapa cowok di belakangnya.

Gadis yang tau siapa mereka langsung mengumpat

"Sialan Dini! Kenapa Javier sama gengnya bisa ikut??! Ah sialan!" Ucap Gadis kesal

"Dis sorry.. sumpah gue gatau loh suer deh lo sendiri kan tadi denger gue ngomong apa di telfon" ucap Bella panik

"Gadis maaf gue sama Dini di ancem, jadi gue kasih tau kak Javier lo nyangkut di tembok sama Bella" ucap Nisya polos saat sampai di depan mereka

"Lo pergi ga? Atau gue gamau turun" ucap Gadis kepada Javier

"Gadis ayo turun bahaya, kamu gacape disitu?" Javier menaruh meja yang barusan di bopong Aldo, Bari, Dimas dan Putra.

"Engga. Pergi sana gue ga butuh bantuan lo" Jawab Gadis muak

"Bella, ayo turun manis kakak bantu" Aldo menjulurkan tangannya

"Modus lo" Putra menjitak Aldo

"Dis maaf aku turun ya? Cape nih gelayutan di atas mana pake rok ribet" mohon Bella

Gadis tak menjawabnya dia terus beradu tatap dengan Javier.

"Udah Bell turun aja, bahaya loh" ucap Dimas

Bella pun akhirnya turun di bopong oleh Aldo dari atas meja yang dia taiki.

"Gadis lo mau gue bantu turun juga engga?" Aldo merentangkan tangannya

"Berani lo sentuh gue tendang ya Do!" Javier menarik Aldo turun dari meja.

Dan bergantilah Javier yang ada di atas meja dan langsung membopong Gadis turun dari atas tembok.

"Aaaaaa" teriak Gadis yang tidak siap dengan aksi Javier

Javier merangkul badan Gadis di atas meja dan saling adu tatap

"Sejiji ini aku sampai kamu rela manjat tembok buat hindarin aku?" Tanya Javier dengan tatapan mengintimidasi

"E-ngga gitu" jawab Gadis terbata-bata

"Aku akan kasih kamu waktu sendiri seperti apa yang kamu pengen" Javier melepaskan rangkulannya dan berlalu pergi meninggalkan Gadis.

Mata Gadis memanas, ada rasa sedih dan tidak terima saat Javier mengatakan itu. Kenapa sekarang seolah-olah dirinya yang salah besar? Kenapa seolah-olah dirinya yang terlihat jahat? Kenapa sekarang malah Javier yang membalas menjauhinya?

"Dasar sialan! nyebelin!" Batin Gadis.

-

GADIS (Lengkap belum revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang