PART 39

432 19 3
                                    

Tok.. tok.. Gentala mengetuk pintu kamar Gadis.

"Udah mau ketemu gue?" Tanya Gentala

Gadis hanya meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar hp nya.

Gentala duduk di sebelah Gadis "Lo diem tandanya iya"

"Gue mau minta maaf kalau selama ini gue ada salah" ucap Gentala

"Banyak" jawab Gadis dingin

"Gue serius. Gue bener-bener mau minta maaf sama lo" raut wajah Gentala berubah serius

"Gue juga serius. Gue belum bisa maafin lo" ucap Gadis sambil menatap kedua mata Gentala yakin

"Dis.. gue sayang banget sama lo. Gue takut banget lo kenapa-napa" Gentala meraih tangan Gadis

"And congrats semuanya udah kewujud. Gue ada apa-apa nya. Seneng kan lo?" Gadis melepas genggaman tangan Gentala

"Kok lo jadi nyolot gini sih? Lo gue ajak ngomong baik-baik engga bisa dengerin dulu?" Ucap Gentala tersulut emosi dengan tingkah Gadis

"Lo mau ngomong apa lagi sih? Lo mau bilang Javier brengsek? Kasar? Bangsat?" Jawab Gadis dengan sedikit nada meninggi

"Lo harus putus sama Javier"

"Apa hak lo ngatur gue? Lo kesini niat mau minta maaf atau nyari ribut sama gue sih?" Bentak Gadis sambil berdiri dari duduknya

Gentala ikut berdiri "Lo nunggu di gampar dulu sama Javier baru lo sadar dia cowok kasar, hah?!"

"Denger ya kak! Hubungan gue sama Javier bukan urusan lo. Dan gue udah cukup kecewa sama lo ngusik terus kehidupan gue. Gue tersinggung lo cari informasi tentang pacar gue di belakang gue tanpa sepengetahuan gue. Dan asal lo tau selama ini Javier engga pernah main tangan sama gue" ucap Gadis tegas

Gentala menunjuk tepat di wajah Gadis "Gue kakak lo! Gue berhak jagain adek gue. Oke dia mungkin belum main tangan sama lo, tapi lo harus inget selama ini di hati dia engga ada lo yang ada hanya Casandra. Lo cuman jadi mainannya dia doang"

Nafas Gadis memburu mendengar perkataan Gentala barusan. Seketika dia teringat akan foto-foto Casandra di apartemen Javier kemarin. Hatinya sakit mendengar dan mengingat nama cewek itu. Rasanya ia ingin menangis saat ini juga. Apa benar dia hanya mainan Javier? Ucapnya dalam hati.

Gadis menatap tajam Gentala "Lo tau? Saat ini gue pengen banget pergi dari hidup lo biar lo belajar arti menghargai orang. Gue bener-bener benci lo kak. Gue muak. Pergi lo!" Gadis mendorong Gentala keluar dari kamarnya.

Gadis membanting pintu kamar nya keras lalu menguncinya. Ia membenamkan wajahnya di atas bantal sambil menangis kencang. Diluapkannya semua emosi dan kesedihan yang tertahan sedari tadi.

Diluar pintu Gentala yang mendengar tangisan Gadis ikut merasakan pilu di hatinya. Ia merasa bersalah telah bicara kasar kepada Gadis. Ia benar-benar egois tidak bisa memposisikan perasaan Gadis saat ini, ucapnya dalam hati.

Gentala tidak bisa melihat adik tersayangnya terluka dan membenci dirinya seperti ini. Di ambilnya jaket kulit dan kunci motor di atas meja kamar nya. Di kendarai motornya dengan kecepatan penuh menuju markas HANK. Dia harus bertemu Javier.

"What's up bro? Long time no see" sapa Dimas polos saat melihat Gentala datang berbarengan dengan dirinya.

Gentala membuka helm nya "Mana Javier?"

"Wo.. wo.. santai bro gue juga baru dateng. Ada apa? Kayaknya panas banget" jawab Dimas curiga saat melihat raut wajah Gentala penuh amarah

Gentala menatap tajam Dimas "bukan urusan lo. Minggir" Gentala mendorong Dimas ke pinggir

GADIS (Lengkap belum revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang