PART 43

548 30 1
                                    

Dengan langkah pasti Gadis melangkah menghampiri Gentala yang tengah asik ngobrol dengan teman-teman kelasnya.

"Gue mau ngomong" Gadis menarik lengan Gentala tiba-tiba

"Apaan sih?" Tanya Gentala bingung

Gadis membawa Gentala ke sisi kolam renang hotel yang sepi.

BUGH! Gadis menonjok Gentala hingga keluar darah dari hidungnya.

"APAAN-APAAN LO?!" Gentala hendak menonjok Gadis balik namun ia tahan. Ia hampir saja kelepasan.

"AYO PUKUL! PUKUL GUE SEKARANG KAK! LO BRENGSEK! LO GILA!" Bentak Gadis sambil mendorong-dorong dada Gentala

"MAKSUD LO APA TIBA-TIBA MUKUL GUE, HAH?!"

"Gue udah tau semuanya, Javier engga seperti yang kita kira selama ini. Dia di jebak sama Casandra dan lo salah dapet informasi"

"Apa yang udah dia coba bilang ke lo, hah?!"

Akhirnya mengalirlah cerita Gadis soal percakapannya tadi dengan Javier.

"Ahahahaha lo percaya? Lo bego ya! Bisa aja dia ngarang cerita, mana buktinya kalau omongan dia bener?" Raut wajah Gentala berubah seperti mengejek Gadis

"Lo anjing ya kak! Otak lo dimana sih kak? Lo kenal Casandra baru sebentar kak bisa aja dia yang ngarang cerita ke lo" Gadis menatap tajam Gentala

"Selama belum ada bukti yang gue liat gue masih menganggap Javier yang salah dan engga pantes buat lo" Gentala menunjuk wajah Gadis

"Atas dasar apa lo bilang dia engga pantes buat gue? Lo sadar engga sih lo sendiri juga belum pantes jadi kakak gue? Lo selalu ngacauin kehidupan gue"

"Sekali dia pernah main tangan ke cewek selamanya dia akan gitu Gadis. Apa lo bisa menjamin suatu saat dia engga akan ngelakuin hal itu lagi? Kekerasan itu bisa jadi habbit buat orang itu sendiri Gadis, lo ngerti kan maksud gue?"

"Lo aneh! Lo kenapa sih kak? Buang pikiran jelek lo itu. Semakin lo keras dengan pandangan berlebihan lo itu semakin bikin gue jauh dari hidup lo"

"GUE SAYANG SAMA LO! GUE ENGGA MAU LO KENAPA-KENAPA, NGERTI ENGGA?!" Bentak Gentala frustasi

Gadis terkejut kaget mendengar bentakkan Gentala. Matanya mendadak panas seperti akan menangis.

"Itu bukan sayang kak. Lo egois" ucap Gadis dengan raut wajah kecewa.

"Di dunia ini lo menuntut semua harus sempurna sedangkan lo sendiri jauh dari kata sempurna kak. Gue engga pernah nyalahin lo kalau gue terjadi apa-apa, semua rasa bersalah dan ketakutan lo itu hanya karena lo ngerasa jadi anak pertama yang punya tanggung jawab jagain keluarganya. Lo engga tulus buat jagain gue dan keluarga kita. Lo anggap ini semua hanya sebagai beban lo aja bukan sebagai peran keluarga yang sebenarnya" Gadis menitikkan air matanya.

"Engg-" ucapan Gentala terpotong

"Gue udah berakhir kak sama Javier dia bakal pergi dari hidup gue selamanya. Gue malu untuk ketemu dia kak, gue malu atas semua tuduhan gue ke dia, semua perlakuan lo dan gue ke dia. Gue hancur kak, gue udah ngecewain perasaan orang yang gue sayang. Gue bodoh banget kak"

"Lo engga bodoh Gadis. Lo harus percaya sama gue" Gentala mengambil tangan Gadis lalu menggenggamnya

Gadis terdiam sejenak lalu menatap mata Gentala mendalam sambil melepaskan genggamannya.

"Maaf kak gue terlanjur kecewa dan cape sama lo. Gue butuh waktu sendiri. Pilihan gue sekarang jauh dari lo, kalau lo engga mau pergi dari hidup gue berarti gue yang harus pergi dari lo" Gadis melangkah pergi meninggalkan Gentala sendiri dengan wajah frustasi dan gusar.

GADIS (Lengkap belum revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang