31. Mimpi

10.8K 701 15
                                    

Kabarin kalo ada typo.

"Mungkin tidurku akan menjadi awal baru untukmu dan pilihanmu".
-Auristela Diana Legarist.

Hujan di malam hari ini semakin membuat tubuh Alfa gemetar ketakutan. Petir seolah menjadi pertanda awal hukuman baginya. Kejadian beberapa waktu tadi terus berputar di otaknya seperti kaset usang yang terus memutar lagu tanpa henti. Darah yang berada di baju dan tubuhnya kian mengering dan sulit di hapus. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah dia akan kembali menyapa Alfa seperti sedia kala? Atau apa mungkin gadis itu akan kembali dengan ingatan yang utuh?. Sungguh Alfa tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa gadis kecil itu.

"ALFA!!" Panggil Galaksi dan beberapa temannya dari lorong yang menuju ke ruangan operasi.

"Gimana dia?!" Tanya Liam langsung sebelum sempat menginjakkan kakinya di depan Alfa.

"Dia gimana Al?!" Kini gantian Laksamana yang bertanya. Bibir Alfa terasa kelu untuk sekedar bergumam. Wajahnya memucat dengan tangan yang bergetar.

"Udah jangan di tanya dulu, sekarang waktunya kita berdoa buat kesadaran dia, semoga dia gak kenapa kenapa" ucap Samuel menenangkan sahabatnya agar tidak terus bertanya pada Alfa.

Di kursi panjang itu Alfa hanya diam kalut dengan pikirannya sendiri. Rasa bersalah terus menghantuinya. Senyum gadis itu, tawanya, caranya membuat Alfa bahagia, bahkan bagaimana manjanya Alfa sangat ingat. Tapi semuanya sekarang seperti sebuah kenangan usang yang terus berputar di kepalanya. Alfa sangat berharap pada Tuhan agar gadis kecilnya bisa kembali kepadanya. Selama menunggu dokter keluar mereka hanya diam sembari mondar-mandir tidak karuan. Sementara para gadis hanya diam berdoa dengan segenap hati agar sahabat mereka bisa selamat.

Sudah lebih dari 5 jam mereka menunggu tapi para Dokter dan suster tidak kunjung keluar. Mereka masih sabar menunggu dan menunggu sampai Dokter menyatakan jika gadis cantik itu akan selamat.

Suara decitan pintu membuat mereka sontak berdiri dengan raut wajah penuh khawatir yang kentara. Alfa langsung berjalan mendekati Dokter itu dengan raut wajah sudah hampir putus asa.

"Gimana Dok keadaannya?" Tanya Alfa sudah tidak sabaran.

"Karena luka yang di akibatkan oleh benturan yang keras dan juga guncangan saat mobil korban terbalik, membuat tengkorak kepala korban nyaris retak" Dokter menjeda ucapannya sebentar menarik nafas kecil untuk bersiap melanjutkan kalimatnya. "Tekanan pada setir mobil pada dada korban juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah di jantung dan mengakibatkan darah yang mengalir keluar menjadi menggumpal".

Mendengar penjelasan dokter barusan semakin membuat Alfa melemas di tempatnya. Kepalanya mendadak kosong.

"Ja-jadi gi-gimana keadaan sahabat saya Dok?" Tanya Stefanny yang sedari tadi sudah menangis.

"Melihat parahnya kecelakaan yang terjadi dan luka akibat kecelakaan itu kemungkinan kecil korban bisa selamat" Tubuh Alfa merosot kelantai dingin. Kakinya sudah tidak kuat menahan berat badannya. Apa mungkin Tuhan sudah meminta kekasihnya untuk pulang sekarang juga? Apa Alfa tidak diizinkan dulu memeluknya untuk terakhir kali? Apa Alfa sudah tidak boleh melihat senyum indah gadis itu lagi?.

"Dok, saya minta tolong, sangat meminta tolong kepada Dokter untuk menyelamatkan sahabat saya" pinta Kayla ikut menangis namun tidak seheboh dan sehisteris Stefanny dan Sheerin.

ALFAREZ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang