Kabarin kalo ada typo.
Stela menatap kesal dirinya di pantulan kaca kamar. Sungguh dia sangat membenci sosok Jihan. Gadis itu sudah mengibarkan bendera perang dengannya saat ini.
"Ah tau deh?!" Stela berjalan kesal menuju kasurnya dan menghempaskan tubuh lelahnya di ranjang. Menatap lekat langit langit kamar yang di hiasi lukisan.
"Kak Angkasa tau gak sih, masa ada yang nantang aku, mau ambil kak Alfa dari aku lagi kan aku gak suka" cerewet Stela masih menatap pemandangan yang sama.
"Kak Angkasa tau kan aku gak suka sama orang yang mau ambil sesuatu punyaku tanpa izin, kaya waktu orang jahat ambil kak Angkasa" suara Stela perlahan parau. Setetes air mata berhasil lolos membasahi pipinya.
"Kak Angkasa tau gimana sedihnya aku waktu tau kak Angkasa tinggalin kita semua? Kak Angkasa jahat, kenapa kak Angkasa mau pergi sama Tuhan, kenapa gak disini dulu temenin Stela, Stela kangen sama Kakak"
"Stela kangen di peluk kak Angkasa, di nyanyiin, di usap rambutnya, di ajak main, Stela mau itu semua kembali kak.."
Tangis Stela pecah seketika. Dia merutuki dirinya sendiri yang tidak becus menjadi adik. Kesalahan terbesar Stela adalah tidak tau dalang di balik ketiadaan Angkasa. Yang Stela dengar dari dulu hanyalah kematian Angkasa yang tidak wajar. Tapi Stela sendiri tidak tau bagaimana jelasnya.
Perlahan mata Stela mulai terpejam, mulai memasuki alam mimpinya.
_____________________
Stela menatap sekeliling ruangan rumahnya. Tampak sepi bagai tak berpenghuni. Kakinya terayun menuju keluar rumah. Tidak ada sosok Alfa maupun Aska yang menjemputnya, jadi dia lebih mudah berangkat sendirian kali ini.
Stela berdiri di halte dekat rumahnya. Setelah melihat sebuah bus Stela segera melambaikan tangannya.
Perjalanan menuju sekolahnya cukup dekat. Stela menatap keluar kaca bis menikmati indahnya Jakarta pagi hari. Tidak lama setelah itu bis yang Stela naiki sudah berhenti di depan Starshine dengan segera dia berjalan keluar bis menuju sekolahnya.
"Tumben naik bis?" Langkah Stela terhenti ketika mendengar suara berat yang tidak asing lagi.
"Kenapa diem? Marah sama gue?" Stela masih diam tidak berniat menanggapi Alfa.
"Stel.."
"Gue ke kelas kak" Stela berjalan cepat meninggalkan Alfa. Dia tidak boleh sampai luluh pada cowok itu untuk kesekian kalinya. Tidak boleh.
"Belum juga ngomong udah di tinggal" gerutu Alfa lalu berjalan lunglai menuju kelasnya.
"Gimana rencana bujuk Stela? Berhasil?" Alfa seketika langsung menoleh 90° ke arah kanan. Rahangnya seketika mengeras dan tangannya terkepal kuat.
"Diem lo!!" Sentak Alfa yang sudah emosi duluan ketika melihat wajah Aska dan senyum tengilnya.
"Santai aja Al, gue cuma ingetin sama lo, kalo yang mau jadiin Stela pacar itu bukan lo doang, ada Yugo ada gue juga" tambah Aska dengan senyum manisnya yang terkesan menggelikan di mata Alfa.
"Jangan berharap lo bisa dapetin Stela dari gue" tekan Alfa lalu berjalan pergi meninggalkan Aska yang masih menatap punggung tegapnya.
Tidak, Aska pun juga tidak akan membiarkan Alfa ataupun Yugo mendapatkan Stela. Dia tahu hari ini Alfa berniat menembak Stela, dan Aska akan menggagalkannya. Dia tidak bodoh, membiarkan gadis impiannya di ambil oleh Alfa. Aska melenggang pergi menuju kelasnya.
Stela masih terus berjalan menuju kelasnya, dia bisa bisa tidak akan bisa melupakan Alfa.
Dugh
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFAREZ [END]
Genç Kurgu[𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼 𝘾𝙀𝙍𝙄𝙏𝘼 𝙎𝘼𝙔𝘼] ⚠️DONT COPY MY STORY⚠️ Ini hanya sebuah cerita tentang Alfarez Daniel Mahardika, Si tampan kembaran Malaikat pencabut nyawa. Ketua geng ALFAGAR yang terkenal akan julukan 'The King O...