A Miracle In Your Eyes

40. Farewell

Malam harinya semua siswa—terkhususnya kelas tiga—SMA Bharatayudha datang dengan pakaian formal. Laki-laki tampak gagah menggunakan jasnya sementara itu lawan jenisnya terlihat menawan dengan gaun yang dikenakan. Tampan-tampan dan cantik-cantik. Masing-masing dari mereka berusaha ingin terlihat sesempurna mungkin, khususnya di malam ini.

Tidak jauh berbeda dengan mereka, Adelia juga melakukan hal yang sama. Jauh-jauh hari bahkan dirinya sampai melakukan perawatan tubuh demi menyambut acara ini.

Di salah satu ruangan belakang panggung, tepat di Ruangan Teater—tempat berlangsungnya acara—terlihat begitu sibuk. Masing-masing dari mereka begitu cekatan mengerjakan tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Berharap agar acara ini akan berlangsung sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.

Duduk di depan cermin rias, Adelia menyerahkan sepenuhnya tugas rias-merias kepada Luna. Walaupun luarnya terlihat tomboi, Luna sangat bisa diandalkan untuk urusan ini. Sahabatnya yang satu lagi ikut andil dalam hal ini. Caca bertugas khusus menangani outfit yang akan dikenakannya malam ini. Caca menyarankan dirinya memakai gaun berwarna biru tua. Gadis itu bahkan menyarankan dirinya untuk menyanggul rambutnya dan hasilnya... sangat memuaskan.

Beberapa menit sebelumnya, salah satu band yang ikut berpartisipasi dalam mengisi acara malam ini telah memulai penampilan mereka. Riuh tepuk tangan langsung terdengar sampai ke tempat Adelia berada sekarang.

Untuk mereka berdua, Adelia dan Bhiyan mendapatkan giliran saat selesainya dibacakan kata sambutan serta kesan-pesan dari adik kelas. Letaknya tepat di tengah-tengah acara. Jadi Adelia tidak perlu merasa tegang saat ini.

Setelah berlatih dengan waktu yang ada, telah diputuskan bahwa keduanya akan melakukan duet kali ini. Sudah bisa ditebak kalau Bhiyan akan mentah-mentah menolaknya. Namun pada akhirnya Adelia lah yang menang. Bhiyan menyetujui usulannya itu karena dirinya berhasil memainkan sebuah lagu dengan alat musik biola tanpa adanya kesalahan sedikitpun.

Selain itu, setelah keduanya berbicara matang-matang perihal penampilan mereka nantinya. Sudah diputuskan kalau mereka berdua akan membawakan tiga buah lagu malam ini—mengingat waktu yang diberikan kepada mereka cukup panjang. Selain itu pada penampilan kali ini Adelia hanya akan fokus bernyanyi dan Bhiyan akan menggiringnya dengan alat musik piano. Keputusan itu cukup menyebalkan bagi Adelia lantaran dirinya juga ingin bermain alat musik sama seperti Bhiyan. Namun keputusannya sudah final, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Bicara soal Bhiyan, sampai sekarang laki-laki itu masih belum menampakkan batang hidungnya. Apa Bhiyan ingin mempertipis jarak kedatangannya dengan waktu penampilan mereka? Mengingat batas waktu yang diberikan Dokter Hendi hanya satu jam saja. Entahlah... Adelia hanya berharap semoga Bhiyan bisa menghadiri acara malam ini.

"Bhiyan masih lama lagi datangnya ya Del?" Tanya Luna sembari fokus merias wajah Adelia. Padahal Adelia baru saja memikirkan laki-laki itu.

"Belum tahu. Lagi di jalan, mungkin." Jawab Adelia tidak yakin. Namun hal itu malah membuat Luna berdecak.

"Kalau dia enggak sampai datang, siap-siap aja. Bakalan gue hajar itu anak." Wajahnya yang terlihat serius tersebut, langsung membuat Adelia bergidik ngeri.

"Jangan buat Adel pesimis. Bhiyan bakal tepati janjinya. Dia pasti datang. Lo enggak perlu panik, Del." Caca yang duduk di sebelahnya menyambar. Gadis itu tersenyum di sana. "Selain itu gue senang lo bisa ceria lagi kayak biasanya."

"Memang selama ini gue kelihatannya gimana?"

"Zombie," jawab keduanya secara bersamaan. Lantas mereka termasuk Adelia tertawa saat itu juga. Jika melihat ke belakang, yang dikatakan mereka berdua adalah hal yang fakta. Adelia tidak menyangkal sama sekali pernyataan mereka.