Tiga hari berlalu begitu saja. Bumi serasa berputar begitu cepat. selama itu pula Adelia lebih banyak menghabiskan waktu untuk berlatih gitar bersama Bhiyan. Tepat satu hari sebelumnya ia sudah benar-benar lancar bernyanyi sekaligus memetik gitar. Lagu-lagu pilihan yang akan mereka bawakan pula sudah benar-benar menempel secara permanen di otaknya. Sudah ada jaminan kalau dirinya benar-benar siap untuk hari tersebut.
Esok harinya merupakan hari yang istimewa terkhusus SMA Bharatayudha, salah satu SMA terbaik yang ada di Indonesia. Satu hari terkhusus hari ini, SMA Bharatayudha akan merayakan kemenangan mereka atas perlombaan dua minggu yang lalu dengan mengadakan acara Bazar serta Kompetisi Olahraga antar kelas.
Lingkungan sekolah ditata sedemikian rupa dengan pernak-pernik hiasan warna-warni, tenda-tenda Bazar disediakan untuk peserta, serta panggung pertunjukan telah berdiri dengan kokohnya. Sekolah mereka kelihatan begitu berbeda, kelihatan begitu berwarna.
Antusiasme para siswa dan siswi terlihat jelas dari masing wajah-wajah mereka. Begitu senang dan bersemangat. Jarang-jarang sekali sekolah mereka mengadakan event seperti ini. Kalau dipikir-pikir event ini merupakan event terbesar yang pernah mereka alami selama menginjakkan kaki di bangku SMA.
Terkhusus hari ini, semua siswa diwajibkan untuk mengenakan pakaian olahraga termasuk para anggota OSIS, guru-guru ataupun anggota pengisi acara seperti Adelia.
Lima belas menit sebelum acara dimulai, Adelia telah tiba di depan pintu gerbang sekolahnya. Dengan menenteng tas gitar di bahunya, ia membuka pintu mobil yang dikendarai Kirana, Mamanya. Sebelum mobil melaju, Adelia melambai padanya dengan tersenyum begitu hangat.
"Sukses ya sayang," ucap Kirana dari dalam mobil.
Kaca pintu mobil perlahan naik hingga tertutup dengan sempurnanya. Kirana kemudian melajukan mobilnya pergi, hingga akhirnya hilang dari pandangan Adelia. Tidak ingin berlama-lama di tempat ia berdiri, Adelia memilih memasuki sekolah. Berduyun-duyun bersama siswa-siswi lainnya yang baru saja tiba.
Ia tidak terlalu kaget dengan suasana sekolahnya yang berubah begitu drastis dengan hiasan-hiasan tersebut karena kemarin sore dirinya sudah melihatnya terlebih dahulu, tentunya ditemani oleh Bhiyan. Kerja keras para panitia benar-benar patut diapresiasi sebesar-besarnya.
Beberapa meter melangkah ia melihat sebuah panggung berdiri kokoh di halaman sekolah. Panggungnya lumayan besar. Ditata sedemikian rupa layaknya panggung konser mini. Sehari sebelumya ia dan Bhiyan melakukan geladi bersih di panggung itu. Membuat jantung berdebar-debar tentunya namun entah kenapa Adelia merasa ketagihan. Ia jadi tidak sabar naik untuk yang kedua kalinya. Tapi jangan terburu-buru terlebih dahulu. Ia masih memiliki tugas untuk menata barang-barang yang telah Adelia serta teman sekelasnya sepakati untuk mereka jual nantinya. Ia langsung bergegas menuju kelasnya.
Setibanya di kelas, teman-temannya sudah ramai berkumpul. Mondar-mandir sembari membawa barang-barang yang akan mereka jual nantinya menuju stand masing-masing kelas yang telah dibagikan sebelumnya. Cukup banyak barang-barang yang akan mereka jual, baik makanan dan minuman, souvernir—ragam gantungan kunci—maupun hasil lukis tangan.
Dua teman karibnya terlihat begitu sibuk, saling bahu-membahu serta memberikan semangat. Adelia mendatangi Caca.
"Jam segini udah datang, yang berdiri di samping gue beneran Caca?" Caca menyadari kedatangan Adelia, ia langsung menghela napas setelah mendengar perkataan Adelia barusan.
"Kalau aja gue bukan sekretaris yang harus ngatur ini-itu, enggak bakalan mau gue datang di jam sekarang."
Adelia terkekeh mendengar perkataan lesu gadis itu. Ia mengalihkan pandangannya pada Luna yang saat ini sedang mengoper-oper beberapa kotak kepada temannya yang lain. Adelia tidak berniat untuk mengganggunya. Satu sisi ia mengenal Luna sebagai cewek yang keras kepala dan tempramen, sisi lainnya ia mengenal sosok Luna dengan solidaritasnya yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Miracle In Your Eyes
Teen Fiction(16+) Adelia Maudy Dinata, gadis cantik dengan suara teramat merdu ketika bernyanyi. Ia dicap sebagai trouble maker di sekolahnya, SMA Bharatayudha. Sikap usilnya terhadap siswa-siswi difabel benar-benar meresahkan. Sebuah insiden mempertemukan Adel...