11. Bad/Good News?

251 22 0
                                    

"Menurutmu, SMA Bharatayudha bisa memegang posisi juara umum kah, Syarif?"

Alissa dan Bhiyan berdiam diri, menyimak pembicaraan Bunda dan Pak Syarif sembari menyantap makan siang yang disediakan panitia.

"Bicara soal menang bisa dibilang cukup berat. Setiap kontingen SMA yang berlomba begitu ciamik dengan penampilannya. Sulit mengatakan kalau Bharatayudha bisa memegang juara umum." Ujar Pak Syarif.

"Benar. Begitu bagus. Contohnya dari orkestra saja. Setiap Tim Orkestra masing-masing sekolah tampil dengan begitu solid. Seolah-olah mereka telah mempersiapkannya jauh-jauh hari. Begitu matang. Sejauh memerhatikan, aku sama sekali belum mendengar adapun salah satu kesalahan walaupun satu not. Memang pantas dinobatkan sebagai 100 SMA terbaik di Indonesia." Balas Bunda dengan begitu antusias.

"That's right. Walaupun begitu tentunya kami berusaha semaksimal mungkin, memberikan penampilan yang terbaik, dan selalu berfikir optimis."

"Kau benar. Semangat Bharatayudha sejak dulu," Bunda dan Pak Syarif tertawa bersamaan.

Disela-sela reuni dua orang tua itu, Bhiyan mendecak. Mendekatkan kepalanya ke Alissa sembari berbisik.

"Reuni orang tua."

Alissa terkekeh pelan mendengarnya. Geleng-geleng kepala sembari melihat wajah tertekuk Bhiyan perlahan mundur.

Keduanya sudah selesai dengan santap siangnya. Bunda menoleh pada keduanya, memperhatikan sejenak lalu merasa ada sesuatu yang kurang.

"Adelia mana Bhiyan? Bunda belum ketemu sama sekali."

Bhiyan menghela nafas, menggeleng pelan. "Bhiyan enggak tau Adelia sekarang di mana Bun. Semenjak turun dari panggung, Adelia langsung menghilang gitu aja," jelas Bhiyan mengundang kerutan di wajah Bunda.

"Oh... kamu kenal sama Adelia, Hera?" Pak Syarif memotong pembicaraan.

"Yah... baru-baru ini saja. Itupun hanya sekedar dari telepon. Aku sama sekali belum pernah ngeliat wajah dia," jelas Bunda.

Pak Syarif tersenyum lebar, "Kamu bakalan suka sama dia. Bakat dia sama sepertimu. Bernyanyi. Suaranya begitu merdu dan halus," raut wajah Pak Syarif tiba-tiba berubah, sembari menghela nafas. "Yah... anaknya cukup 'trouble' juga di sekolah."

Bunda tertawa pelan. "Kau pikir aku dulu SMA gimana? Bolak-balik masuk kantor BK, panggilan orang tua, karena ngehajar siapa? Kau sama Gerard."

Pak Syarif tertawa sembari menggaruk belakang kepalanya, sementara Alissa terkejut bukan main mendengarnya.

"Seriously!?" Bisik Alissa dengan penuh penekanan di telinga Bhiyan.

Bhiyan tersenyum miring, "makanya itu semua laki-laki di rumah bakalan tunduk sama Bunda. Yang lo liat Bunda marahin gue dulu itu ibarat cuma remah-remah roti."

Alissa menelan salivanya dalam-dalam, melirik Bunda yang tengah tersenyum dengan begitu takut. Bhiyan tertawa pelan kemudian berdiri. Mengeluarkan tongkat, sekalian menggantungkan gitarnya di bahunya.

"Bhiyan mau nyari Adel dulu ya Bun."

"Iya. Hati-hati." Jawab Bunda dengan suara lembutnya.

A Miracle In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang