7. Karma

316 22 1
                                        

5 hari kemudian....

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Tampak seorang gadis dengan rambut panjang kuncir kuda tengah tergesa-gesa berlari. Wajahnya tampak begitu panik. Bahkan ia tidak menyadari bahwa tasnya belum terkunci sempurna.

Beberapa kali Alissa menabrak siswa-siswi di koridor. Ia meringis kesakitan, tidak meminta maaf langsung berlari begitu saja.

Hari ini ia mendapatkan kabar baik. Bhiyan baru saja siuman tadi pagi sekitaran jam delapan. Sebelumnya ia sempat ingin meminta izin pergi kepada guru piket yang berjaga, namun ia tidak mendapatkan izin tersebut. Terpaksa ia harus menunggu sampai bel pulang berbunyi.

Teringat kembali dimana ia menemukan Bhiyan tengah terkapar bersimbah darah dalam keadaan pingsan. Buru-buru dirinya menelepon ambulans, sembari meminta pertolongan dari warga kompleks sekitaran lokasi kejadian.

Sesampainya di depan gerbang, buru-buru Alissa melompat ke motor ojek online yang sebelumnya ia pesan. Bahkan Abang ojek yang sedang melamun memainkan ponselnya di atas motor terkejut setengah mati karena ulah Alissa.

"BURUAN BANG!!"

"Kaget Abang Neng!"

Selang beberapa saat, ojek online yang dikendarai Alissa bergerak menembus jalanan padat tanpa terkendala kemacetan.

Sepuluh menit dengan kecepatan diatas rata-rata, akhirnya Alissa sampai di depan rumah sakit. Alissa turun dari motor begitu saja, membuat Abang ojek online sontak kembali memanggilnya.

"NENG! HELM-NYA!"

Alissa tersadar mendesis. Ia kemudian melangkah menyerahkan helm hijau tersebut pada Abang ojek.

Selepasnya, Alissa kembali berlari ke dalam namun sialnya Abang ojek kembali memanggilnya membuatnya mendesis.

"Ada Apa Bang!? Saya Buru-buru Ini!?"

"Ongkosnya!"

"Aish!!" Alissa kembali setengah berlari. Menyerahkan selembaran uang lima puluh ribuan.

"Kembaliannya ambil aja!" Ketus Alissa sedikit membuat Abang ojek tersentak kaget. Namun sedetik kemudian Abang ojek itu tersenyum sembari mencium uang yang diserahkan Alissa.

"Makasih neng. Rezeki nomplok."

"Yaudah kalau enggak ada lagi saya pergi!" Alissa kembali berlari masuk menuju teras rumah sakit. Namun sialnya, Abang ojek kembali meneriakinya. Membuat berputus asa sembari menghentakkan keras kedua kakinya. Ingin menangis.

"APA LAGI BANG!!!"

"Bintang lima Neng. Jangan lupa!"

Alissa mendesis kesal. Kesabarannya sudah habis. "GAK TAU!! BINTANG SATU SAYA KASIH!!"

Alissa kembali menghentakkan kakinya, berjalan masuk dengan kepala panas meninggalkan Abang ojek yang terlihat keheranan.

"PMS kali yak?" Abang ojek geleng-geleng kepala. Ia kemudian meninggalkan parkiran rumah sakit tersebut.

Alissa berlari menuju meja resepsionis. Beberapa saat sebelumnya ia sempat diperingatkan perawat yang berjaga untuk tidak berlari. Namun Alissa tidak mengindahkannya.

"Mbak ... Ruangan atas nama Bhiyan Adiaksa di mana?" Tanya Alissa dengan nafas tersengal. Tangannya bergerak menyapu keringat di dahinya.

Perawat yang berjaga di meja resepsionis menelan ludah. Buru-buru ia mencari ruangan yang dimaksud gadis SMA di hadapannya.

"Matahari 3-C Kak. Nanti Kakak lurus—" Belum sempat petugas itu menjelaskan, Alissa sudah terlebih dahulu berlari meninggalkan meja resepsionis.

A Miracle In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang