15. Titik terang

204 21 2
                                    

Pagi harinya seperti biasa Adelia harus kembali ke sekolah. Kali ini harus belajar lebih serius lagi karena banyak materi yang ia tinggalkan karena kesibukannya dengan kompetisi kemarin.

Pagi ini ia mendapatkan kabar kalau akan diadakannya perayaan dua Minggu lagi untuk merayakan kemenangan SMA Bharatayudha serta Bazar yang akan diselenggarakan pihak sekolah sendiri.

Saat bel istirahat, dirinya yang hendak berjalan menuju kantin Adelia melihat Bhiyan tengah bercakap berdua di depannya dengan Kak Mahesa si Ketua OSIS sekolah. Ia yang penasaran langsung mendatanginya kedua.

"Yah... gitulah, minimal tiga sampai empat orang dalam satu grup."

Mahesa menyadari Adelia mendekat. Laki-laki itu tersenyum simpul pada Adelia tanpa mengeluarkan sepatah kata. Kalau diperhatikan, Mahesa dan Bhiyan memiliki postur tinggi yang sama—Bhiyan sedikit lebih tinggi dari Mahesa. Tidak heran kalau anak-anak sekolah sering menyebut mereka 'Titannya Bharatayudha'. Adelia merengut, ia merasa cebol di sana.

Adelia mencoba mengintip kertas proposal yang dibawa Kak Mahesa karena penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Samar-samar ia melihat tulisan Bazar serta Band Akustik di sana. Membuatnya semakin penasaran akannya.

"Aduh... bukannya enggak mau nolak sih Kak. Tapi...."

"Ada bayarannya. Lo tenang aja," potong Kak Mahesa di telinga Bhiyan kemudian menyeringai.

"Oke gue mau." Jawab Bhiyan langsung tanpa sedikitpun nada keberatan seperti yang tadi. Ia langsung bersalaman pada Kak Mahesa sebagai tanda persetujuan. Adelia berdecak takzim pada Bhiyan.

Kemudian Kak Mahesa terlihat menulis sesuatu di kertas proposal itu. "Gue cabut dulu kalau gitu. Lo bisa tanya Alissa kalau mau detailnya."

Bhiyan mengangguk. Sang Ketua OSIS tersebut pergi meninggalkan Bhiyan dan Adelia.

"Kalau urusan duit aja lo cepat!" Cibir Adelia pada Bhiyan setelah perginya Kak Mahesa dari mereka.

"Uang itu segalanya di dunia ini Del. Percuma dong buang-buang tenaga kalau enggak ada penghargaan yang mereka kasih," jawab Bhiyan menunjukkan seringainya. "By the way lo mau ke mana?"

"Kantin," jawab Adelia pendek.

"Ayo barengan."

Keduanya lantas berjalan menuju kantin. Di perjalanan Adelia bertanya pada Bhiyan kenapa Mahesa menghampirinya serta uang apa yang mereka maksud.

"Dia nyuruh gue ngisi acara Band Akustik. Panitia hiburan gitu lah. Sebelumnya lo udah tahu kan, dua Minggu lagi bakalan ada bazar di sekolah?"

"Gue tau," jawab Adelia membuat laki-laki itu mengangguk. "Jadi... urusan Band Akustik itu gimana?" Tanya Adelia balik.

"Rencananya gue mau bikin grup empat orang. Gue pegang gitar, Daniel pegang drum, Ulrich pegang Bass. Sayangnya mereka berdua kasih tahu gue kalau mereka enggak bisa. Kelasnya butuh tenaga mereka buat di Bazar nanti. Yah... mau enggak mau, gue harus nyari vokalis sekalian bisa main gitar. Biar lengkap lead sama ritem-nya."

Adelia mengangguk mengerti. Bhiyan tinggal membutuhkan vokalis sekaligus gitaris di grupnya. Rencana itu begitu menarik untuk Adelia. Harus kah ia mencoba? Tapi ia ingat dirinya tidak bisa memainkan gitar.

A Miracle In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang