5. Suara

348 19 0
                                    

Bhiyan menapaki lantai keramik berwarna putih, koridor sekolahnya. Berjalan pelan sembari menjulurkan tongkatnya ke lantai, sebagai tuntunan langkahnya. Seperti biasanya, dirinya selalu ditemani gitar akustik di punggungnya serta Alissa yang begitu fokus menghafal lembaran kertas di tangan kanannya.

Wajah Bhiyan kelihatan tertekuk. Mungkin karena ulah Demian yang dengan sengaja membanting tubuhnya ala-ala pegulat WWE ke kasur, hanya untuk membangunkannya tidur.

Bhiyan mengumpat kesal, mengingat kejadian tadi pagi. Tapi dia cukup beruntung. Untung saja Demian membanting dirinya di atas kasur. Kalau saja di atas lantai, mau jadi apa dia sekarang?

"Geprek kali ya?" Gumam Bhiyan, yang ternyata tersampaikan ke telinga Alissa kelihatan sedari tadi sibuk mati-matian menghafal.

"Lo mau makan ayam geprek? Sama siapa? Gue ikutan ya!"

Bhiyan mendadak cengo mendengarnya. "Ha?"

"Stres banget jadi anak biologi! Banyak banget hafalannya!" Alissa berteriak dengan kencangnya, tanpa mempedulikan siswa-siswi lain yang berada sembari memperhatikan di dekatnya. Bhiyan hanya bisa menutup telinganya, sembari mendesah pelan.

"Kan gue udah pernah bilang, kalau biologi itu banyak banget hafalannya. Entah itu struktur anatomi lah, siklus-siklus lah, hukum-hukum lah. Belum lagi nama-nama latin hewan-tumbuhan," Bhiyan merinding sendiri. "Kalau gue sendiri lebih milih out."

Alissa tersenyum kecut mendengar ujaran sahabatnya yang sama sekali tidak memberikan sedikit wejangan ataupun motivasi pada dirinya.

"Lo enak, hebat soalan hitung-hitungan makanya lo ambil fisika. Enggak ada hafalan, enggak ada nama-nama latin pula," celetuk Alissa membuat Bhiyan sedikit sebal mendengarnya.

"Lo kira fisika enggak ada hafalan? Jadi bunyi hukum-hukum itu gimana? Rumus-rumus itu gimana? Terus Newton itu gimana? Volta gimana? Joule gimana? Limit gimana?"

Alissa kini mendesis. Mendengar ocehannya yang panjang kali lebar memilih dirinya menyumbat lubang telinganya. Kali ini ia tidak bisa berdebat dengan laki-laki ini sekarang. Ia begitu menyebalkan ketika menyinggung sesuatu hal yang berbeda perspektif darinya.

"Terserah lo deh Bhiyan," ucap Alissa dengan nada malasnya.

Jauh mata memandang, mata Alissa melihat Viona tengah duduk di bangku depan kelas Bhiyan, 11 Fisika A. Viona tampak menoleh ke kiri dan ke kanan seolah-olah sedang menunggu seseorang.

Alissa kemudian menyikut lengan Bhiyan. "Viona ngapain di depan kelas lo?"

Bhiyan diam sesaat, sembari memastikan bahwa Viona yang dimaksud Alissa adalah gadis yang ditolongnya kemarin.

Sejurus kemudian, ia menaikkan kedua bahunya. "Entah... mungkin ada perlu sama teman kelas gue."

Alissa mengangguk setuju dengan jawaban Bhiyan.

Langkah keduanya semakin mendekati Viona. Beberapa meter berselang Viona menolehkan kepalanya ke arah mereka. Pandangan keduanya bertemu. Seketika saja Viona berdiri dengan sebuah tablet di tangannya sembari tersenyum manis pada keduanya.

"Ah... kayaknya ada perlu sama kita," bisik Alissa di telinga Bhiyan. Sedetik kemudian ia membalas senyuman Viona.

A Miracle In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang