3. Pertemuan

603 28 2
                                    

Boleh vote kalau suka. Kalau enggak... ya enggak apa-apa juga :")

***

"Akkhhh!!"

Adelia menjerit kesakitan, memegang lengan tangan kanannya yang terkena sabetan tongkat putih milik Bhiyan. Sontak Caca dan Luna membulatkan matanya dengan sempurna. Keduanya lantas mendekati Adelia yang terkapar kesakitan di lantai.

Bhiyan lantas membantu Viona berdiri kembali. "Lo gak apa-apa?" Tanyanya dengan nafas sedikit tersengal, sembari memegang kedua bahu Viona.

Gadis itu menggeleng, tanpa mengeluarkan kata sedikitpun.

"LO SIAPA!? APA MAKSUD LO NYERANG ADELIA!?"

Keduanya dibuat terkejut dengan suara Luna yang begitu lantang. Ia berdiri di depan Adelia, sembari menyorot tajam pada keduanya. Kepalan tangannya terlihat begitu erat, menyembulkan urat-urat tangannya.

Bhiyan seketika menarik Viona untuk bersembunyi di belakangnya. Gadis itu menurut, menyembunyikan wajahnya dari balik punggung Bhiyan.

"GUE TANYA SEKALI LAGI, LO ITU SIAPA!? APA MAKSUD LO NYERANG ADELIA!?" Luna begitu murka. Belum pernah rasanya selama berteman dengannya, Adelia melihat Luna seperti ini.

Bhiyan akhirnya buka suara. "Boleh gue tanya balik?" Bhiyan diam sejenak seraya menunggu jawaban dari Luna, namun tidak ada. "Apa maksud kalian nyerang cewek ini?"

Caca yang sedari tadi diam, akhirnya bangkit berdiri di samping Luna. Ekspresinya tidak kalah seramnya dari Luna.

"KARENA DIA UDAH BUAT MASALAH SAMA KITA!" Ketus Caca. "MENDINGAN LO GAK USAH IKUT CAMPUR!"

Bhiyan tersenyum sinis mendengarnya.

"Jadi apa maksud lo nyerang Adelia? Lo ada masalah sama dia?" Ujar Luna tak kalah sinis dari senyum Bhiyan.

"Ada. Masalah gue ke dia karena teman lo itu udah berusaha nyerang teman gue. Paham?"

Luna dan Caca tersulut emosinya, mendengar perkataan cowok jangkung di hadapan keduanya. Mereka lantas berlari menyerang Bhiyan, meninggalkan Adelia di belakang melihat aksi perkelahian ketiganya.

Bhiyan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Viona yang terlihat syok dengan perkelahian di hadapannya. Bhiyan dengan cekatan, menghalau serangan yang datang dari Caca dan Luna dengan tongkat putihnya. Beberapa kali ia menunjukkan gerakan menusukkan tongkatnya tepat mengenai keduanya, hingga pada akhirnya keduanya mengeram kesakitan dan jatuh terkapar di lantai.

Sama sekali bukan tandingan bagi Bhiyan, sekalipun dirinya yang seorang tunanetra.

Adelia dibuat terkejut dengannya. Seorang Luna dan Caca yang merupakan Taekwondoin pemegang sabuk berwarna biru sama sepertinya, bisa dikalahkan dengan beberapa serangan saja. Terlebih lagi sesaat melihat pertarungan mereka, Adelia dibuat takjub pada laki-laki ini saat menyerang dengan tongkatnya. Gerakan yang tidak biasa, namun memiliki daya serang yang luar biasa sampai-sampai berhasil menumbangkan keduanya sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

Sebelum sempat ia bangkit ingin menghampiri keduanya, tongkat putih Bhiyan terlebih dahulu menghunus tenggorokannya. Membuatnya kesulitan saat bernapas.

A Miracle In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang