13. Mengulang Sore

202 19 0
                                    

Part ini agak panjaaaaaaaaang.

Mudah-mudahan enggak bosen
( ꈍᴗꈍ)

***

Sudah satu jam berlalu. Pertunjukan mereka telah usai. Adelia bahagia sekali saat ini. Perlahan dirinya sudah bisa melawan rasa takutnya. Benar-benar hal yang patut dibanggakan.

Ketiganya ditambah Bang Be sedang duduk di meja yang semula. Mereka bertiga disuguhi minuman botol oleh Bang Be yang diberikan percuma.

"Dapat banyak kalian?" Tanya Bang Be memperhatikan uang-uang dengan berbagai warna terkumpul di dalam hardcase gitar Bhiyan.

"Mungkin," jawab Bhiyan dengan tersenyum. "Del... bantu ngitungin."

Adelia mengangguk mengerti. Adelia mengumpulkan satu persatu uang sembari menghitungnya dengan cermat. Bang Be dan Demian pun ikut andil membantu dirinya.

Adelia baru menyadari satu hal tadi. Ternyata selama pertunjukan tadi, banyak penonton yang memasukkan uangnya ke dalam hardcase-nya Bhiyan seperti yang pernah ia lakukan dulu. Lihatlah, begitu banyak uang-uang yang mereka kumpulkan.

Kalau diingat-ingat kembali, banyak sekali yang menonton pertunjukan mereka tadi. Diselingi nyanyiannya, Demian dan Bhiyan melakukan beberapa show dengan keterampilan mereka dalam bermusik. Tentunya uang sebanyak ini bisa terkumpul karena mereka berdua. Mata Adelia sampai berbinar melihat banyaknya uang di depannya itu. Ratusan ribu? Sejuta? Dua juta? Ia tidak tahu pasti berapa banyaknya.

Beberapa menit menyusun dan menghitung, akhirnya mereka semua bisa mengetahui jumlah uang yang mereka dapat.

"Dua juta empat ratus lima puluh empat ribu," ucap Demian yang telah selesai menghitung pendapatan mereka kali ini.

Hampir dua setengah juta, nominal yang cukup besar hanya sekedar mengamen selama satu jam. Sungguh membuat Adelia tidak percaya.

"Puji Tuhan. Banyak lah itu." Ucap syukur Bang Be, tertawa.

"Iya Bang. Alhamdulillah," balas Bhiyan sembari mengangguk. "Biasa kan Bang?"

Bang Be kembali tertawa, mengangguk, "Iya. Lima belas persen."

Bhiyan mengangguk. Dirinya tinggal menggerakkan alisnya pada Demian. Laki-laki itu mendesis. Demian memberikan beberapa lembar uang berwarna merah dan biru kepada Bang Be. Tentunya pembahasan mereka membuat Adelia bingung, cuma bisa menyimak.

"Makasih lah Ya Lae. Kalau ada waktu datang ke sini. Ajak Abang kau sekalian," ucap Bang Be sembari memasukkan lembaran uang itu ke dalam saku bajunya.

"Iya Bang," jawabnya kemudian mengangguk.

Beberapa saat kemudian Bang Be beranjak dari kursinya, ia menatap Demian. "Enggak mau kau ikut aku Yan? Nyari-nyari kita," ajaknya.

Demian langsung mengangguk. Sebelum pergi ia meletakkan uang hasil mengamen mereka di atas meja.

"Gue pergi dulu," ujarnya pada keduanya.

"Lo enggak ngambil nih uang?" Tanya Bhiyan balik yang tahu Demian tidak mengambil sepeserpun uang dari mengamen mereka.

"Ambil aja. Buat jajan lo berdua," Bhiyan mengangguk mengerti. Demian perlahan pergi menyusul Bang Be yang telah jauh dari mereka.

A Miracle In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang