"Hai Del."
Adelia langsung terpana, sesaat setelah Bhiyan membalikkan badannya. Laki-laki di hadapannya, tampak berbeda sekali dengan pertemuan mereka yang sebelumnya. Memandangi dari ujung rambut hingga ujung kaki, walaupun spesifik hanya rambutnya saja yang berubah.
"Jadi maksudnya lo yang waktu itu, ini?" Adelia membuka mulut, sadar dari lamunannya.
"Kelihatan aneh?"
"Badas Gilak!! Mirip Ed Sheeran tahu enggak! Rambutnya doang tapi."
Bhiyan yang sempat merasa minder akan respon Adelia, perlahan mengembangkan senyumnya.
"Jadi, lo suka ngelihat rambut gue yang sekarang?"
"Sedikit."
Adelia tertawa pelan. Bhiyan bersyukur, Adelia menyukai warna rambutnya yang baru, walaupun ucapannya masih jauh dari apa yang dia harapkan.
"Enggak sabar rasanya ngelihat rambut lo dibotakin sama Pak Farid." Adelia menyeringai lebar sementara itu Bhiyan hanya bisa menyunggingkan senyumnya.
"Guru-guru di sekolah kita, udah pada tahu perihal warna rambut gue. Enggak ada acara botak-botak club."
Adelia sedikit merenggut kecewa.
Ia menatap Bhiyan cukup lama. "Syukurlah, cuma rambut lo doang yang berubah. Khawatir gue tahu enggak, semenjak lo ngomong bakalan berubah." Ucap Adelia, menyampaikannya dengan raut sebal.
"Khawatir gimana?"
"Setelah pembicaraan kita berakhir, gue langsung nanya sama Alissa. 'Sa, kata Bhiyan penampilannya nanti bakalan berubah waktu masuk sekolah. Maksudnya apa sih?' tanya gue."
"Disitu Alissa mendadak panik. 'Mampus! Bakalan jadi berandalan sekolah dia! kayak zaman SMP!' kata dia tanpa basa-basi. Wajar aja langsung bikin gue ikutan panik."
"Gue telepon lo balik, enggak lo angkat. Ngapain Lo?"
Bhiyan langsung nyengir, "baterai HP gue low. Maaf ya."
"Bitiri hipi gii liw. Alasan!"
Bhiyan tertawa renyah. Ia kemudian bertanya balik.
"Sebelumnya, lo percaya sama ucapan Alissa? Sebut gue bakalan berubah jadi berandalan kayak zaman SMP dulu?"
"Y-ya sedikit. Tapi, gue percaya sama lo. Lo enggak akan begitu lagi."
Bhiyan mengangguk, sembari tersenyum hangat. Detik berikutnya ia menyodorkan telapak tangannya yang terbuka. Ia menyeringai.
"Oleh-oleh gue mana?"
Adelia menahan napasnya. Ia hampir melupakannya. Tidak perlu khawatir karena barang tersebut ada di dalam tasnya.
"Mau sekarang?" Ucapnya seraya hendak membuka resleting tasnya.
"Nanti aja," tolak Bhiyan cepat. "Pulang sekolah nanti, lo sibuk enggak?"
Adelia diam sejenak, kemudian menggeleng. "Enggak. Mau ngapain?"
"Kafe depan sekolah. Gue mau ngobrol banyak sama lo."
Detik berikutnya jantung Adelia langsung berdegup cepat. Itu ajakan kencan!
Adelia langsung mengangguk mantap mengiyakan permintaannya.
Setelahnya, bel sekolah berbunyi. Pertanda sebentar lagi kegiatan belajar-mengajar akan segera dimulai.
Keduanya berpisah, beranjak pergi menuju kelasnya masing-masing.
![](https://img.wattpad.com/cover/201311402-288-k733935.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Miracle In Your Eyes
Novela Juvenil(16+) Adelia Maudy Dinata, gadis cantik dengan suara teramat merdu ketika bernyanyi. Ia dicap sebagai trouble maker di sekolahnya, SMA Bharatayudha. Sikap usilnya terhadap siswa-siswi difabel benar-benar meresahkan. Sebuah insiden mempertemukan Adel...