Bagian 24 : Dua Bocah Bermasalah

604 87 3
                                    

"Hei, baru datang?"

Jimin tersenyum lalu mengangguk singkat. Langkah ringannya beradu dengan keramik putih itu, berjalan menghampiri Jihoon yang sudah siap di belakang counter dan tengah menunggunya dengan senyum lebar. Dia sepertinya senang sekali setelah bertemu dengan Jihyun. Jimin dengar anak itu akhirnya dibawa ke Seoul dan tidak menolak sama sekali. Syukurlah, jadi Jimin tidak perlu ikut uring-uringan jika nanti Jihoon murung karena tidak berhasil mendekati adiknya sendiri.

"Wah, Jungkookie datang juga?" Pemuda dengan senyum lebar itu kembali bersuara setelah menangkap presensi makhluk kurcaci mengekor di belakang Jimin. Berjalan cepat mengikuti langkah pemuda itu sembari memegang ujung kemeja yang Jimin kenakan. Menggemaskan.

"Dia tidak mau pulang setelah konseling." jawab Jimin jujur. Dia tidak bisa meninggalkan Jungkook dalam keadaan merajuk di rumah. Jadi dari pada mengambil risiko, lebih baik menurut saja. Lagi pula Jungkook akan menjadi anak baik dengan duduk manis selama Jimin bekerja.

"Oh, jadi ini alasan kenapa Jimin hyung tidak pulang juga? Sudah punya adik baru, eoh?"

Oh, jadi Jihyun juga ada di sini, pikir Jimin. Mulut pedasnya itu sudah bisa terdeteksi bahkan sebelum dia berhasil melihat bocah kurcaci itu. Dan benar saja, setelah Jimin bergabung dengan Jihoon, dia dapat melihat presensi si bocah sedang berdiri di sebelah kakaknya dengan nampan kecil berisi cupcake yang baru selesai dipanggang.

Sementara Jungkook yang masih berdiri di belakang Jimin merengut tak suka, Jihyun bahkan tak mau buang-buang waktu dengan menatapnya. Kedua pemuda yang memperhatikan itu hanya bisa menghela nafas panjang. Sepertinya Jungkook dan Jihyun tidak cocok jika digabungkan.

"Jihyun-ah, tidak boleh begitu." Jihoon berusaha menengahi dan mengusak rambut adiknya. Menatapnya dengan tatapan lembut dan tegas di saat bersamaan. "Tidak boleh bersikap seperti itu kepada orang lain, mengerti?"

Kendati nampak ogah-ogahan, Jihyun tetap mengangguk. Bocah itu nampak memalingkan wajah, menggumam maaf tanpa diperintah. Diam-diam Jihoon banyak bersyukur karena adiknya mendapat pendidikan yang benar selama tidak bersamanya. Anak itu tumbuh dengan baik.

"Ayo berkenalan dulu. Jangan bersikap seperti akan terjadi perang dunia ketiga begitu." Jimin berujar ceria. Perlahan menarik Jungkook agar tidak bersembunyi di belakangnya lagi dan membuat anak itu berdiri menghadap Jihoon. Tapi baru saja saling menatap, Jungkook sudah berbalik dan merengut lagi karena hell Jihoon bahkan terlihat seperti preman cilik yang berusaha membully anak-anak lainnya.

Mau kasihan, tapi menggemaskan.

"Jihyun-ah, masa begitu caranya berkenalan? Mana senyumnya?" Jihoon bisa melihat adiknya berdecak setelah kalimat itu ia suarakan. Tapi kendati demikiran, Jihyun tetap tersenyum meski bagi Jungkook lebih terlihat seperti seringaian setan. "Ayo, katakan apa?"

Bocah itu mendongak, menatap kakaknya yang nampak sekali sedang berharap dia akan menurut meskipun sebenarnya ia sudah gatal ingin mengatakan 'hantu suka anak manja begitu loh' kepada Jungkook. Tapi mengenyahkan rencana itu, Jihyun akhirnya kembali memandang anak di hadapannya lalu berusaha tersenyum dan mengulurkan tangan. "Park Jihyun." ujarnya setengah hati.

Jungkook tak langsung menyambut. Dia lebih dahulu memandang Jimin yang kemudian tersenyum dan mengisyaratkan jika anak itu harus bersikap baik dengan orang yang ingin mengajaknya berteman. Meskipun sebenarnya Jungkook sedang berpikir Jihyun sudah merencanakan hal keji seperti menarik lalu memasukannya ke minyak panas yang sedang digunakan untuk menggoreng donat, sih. Tapi karena melihat Jimin tetap mendorongnya—lalu tatapan setan Jihyun yang seolah mengatakan 'cepat atau aku akan mencincang tubuhmu lalu kulempar ke laut supaya menjadi makan siang hiu'—Jungkook akhirnya ikut mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Jihyun sembari mencicit, "Jungkookie."

Sementara Jihyun yang sudah kesal setengah mati dan Jungkook yang hampir benar-benar mati karena tatapan mengintimidasi dari anak di hadapannya, kedua pemuda yang memperhatikan malah tersenyum senang. "Nah karena sudah berkenalan, sekarang berteman ya." ucapan Jihoon juga hanya menambah seringai setan di wajah sang adik.

Jungkook ingin menangis saja rasanya.

"Karena sudah jadi anak baik, hyung akan memberi hadiah untuk kalian." Jihoon bersuara lagi. Kali ini sembari memperlihatkan dua buah cupcake dan dua mangkuk es krim kepada anak-anak itu. "Nah, boys. Ikuti hyung sekarang." lanjutnya sembari berjalan ke meja di pojok ruangan. Diikuti oleh Jihyun yang nampak kesal dan Jungkook yang bahkan harus digandeng oleh Jimin agar menurut. Anak-anak ini benar-benar tidak bisa disatukan, pikirnya.

"Baik-baik selama hyung bekerja."

Lalu kedua anak itu ditinggalkan di sana setelah Jimin dan Jihoon kembali ke counter. Jihoon terkikik geli, cukup terhibur dengan interaksi dua bocah itu meskipun Jimin nampak tak habis pikir. Nanti juga berbaikan.

"Tahu tidak, Namjoon hyung tidak datang pagi ini. Padahal biasanya selalu datang untuk mendapat kopi gratis." ucapan Jihoon berhasil menarik perhatian Jimin dari dua kurcaci yang masih asyik saling mendiamkan di pojok sana. "Hoseok hyung datang sendirian."

Tiba-tiba saja Jimin mengingat kejadian di rumah sakit tadi. Itu jelas menjadi alasan kenapa Namjoon tidak datang pagi ini. Katanya Suga sakit. Jimin sudah sempat melihatnya, tapi laki-laki itu belum bangun saat Jimin memutuskan untuk segera pergi. Tiba-tiba dia khawatir. Itu tidak parah, kan?

Seharusnya kemarin dia tidak percaya begitu saja saat Suga mengatakan tidak apa-apa. Mungkin seharusnya juga dia lebih keras memaksa laki-laki itu untuk pergi ke rumah sakit. Mengingat semuanya membuat Jimin menyesali banyak hal yang terjadi kemarin.

Jihoon tentu melihat perubahan raut Jimin ketika pembicaraan mereka beralih kepada Namjoon. Dia memang tidak tahu kenapa, tapi sepertinya hal yang buruk. "Ada apa?" tanyanya penasaran setengah khawatir. Tidak biasanya Jimin begini. Dia lebih sering tersenyum entah apapun topik yang mereka bicarakan.

"Ah, aku bertemu dengan Namjoon hyung saat menemani Jungkook ke rumah sakit tadi. Suga hyung sakit."

"Serius?" Jihoon mendadak heboh, seolah apa yang dikatakan Jjmin barusan adalah penemuan paling fenomenal di abad ini. Padahal yang Jimin lakukan hanya menceritakan apa yang ia lihat di rumah sakit. "Kupikir dia bukan manusia karena tidak pernah terlihat sakit. Ternyata bisa juga, ya?" ujarnya.

Jimin berdecak. Dia sedang seserius ini, tapi Jihoon malah menanggapinya seolah ini adalah candaan hebat yang tidak boleh dilewatkan. Sumpah Jimin khawatir sekali sekarang. Dia bahkan melihat sendiri wajah pucat Suga dengan nasal canula yang melintang di sana. Meskipun dia tidak terlalu mengerti, tapi sepertinya itu serius.

"Jihoon, ini bukan waktunya bercanda." ujar Jimin dengan nada kesal yang begitu kental dalam suara. Sukses membuat Jihoon terdiam lalu meminta maaf. Meskipun Jimin tidak bermaksud begitu, dia tidak mengatakan apa-apa dan malah hanya memandangi ponsel yang digenggamnya. "Aku khawatir sekali."

***

Halo! Gimana double update nya? Spesial buat hari ini. Aku mau update kemarin, tapi ternyata kehabisan kuota dan akhirnya nggak bisa ngapa-ngapain seharian.

Selamat hari raya idul fitri bagi yang merayakan. Mohon maaf apabila selama ini aku melakukan kesalahan entah yang disengaja maupun yang nggak disengaja. Semoga di hari ini kita kembali menjadi manusia yang bersih dan lebih baik lagi.

See you di chapter selanjutnya~

Last Winter For Us [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang