[방탄소년단 × 박지민]
"Katanya dulu aku punya keluarga."
Menjalani hari-hari dengan kumpulan anak di panti asuhan membuat hidup seorang Park Jimin terasa spesial. Memiliki banyak teman, kakak, dan adik hingga ia tak pernah merasakan kesepian. Atas suatu ala...
Katanya aku memiliki seorang kakak. Katanya dulu dia yang membawaku ke sini. Datang dengan pakaian basah kuyup dan wajah pucat pasi. Matanya bersinar redup, terlihat lelah dan bahkan nyaris tak sadarkan diri karena demam. Kendati demikian, lengan kecilnya mendekap tubuh kecilku dengan erat. Terdengar keren, ya? Kakakku pasti memang keren. Sayangnya semua itu hanya sebuah pernyataan yang berawal dari 'katanya'. Aku tidak pernah benar-benar melihat sosok mengagumkan itu. Kakak menghilang entah kemana. Pergi dengan senyum sok tangguh sebulan setelah menitipkanku. Berkata dengan kalimat menenangkan yang mengisyaratkan bahwa ia akan menggadaikan tubuh kecilnya untukku.
Sekarang umurku sudah memasuki angka ke tujuh belas. Artinya sudah tujuh belas tahun pula sejak kakak menghilang tanpa pernah kembali. Jika dipikir sekarang, mungkin saat ini dia sudah menjadi seorang laki-laki dewasa yang semakin mengagumkan. Sudah cukup dewasa untuk bekerja dengan benar dan bahagia dengan hidupnya sendiri. Jika sekarang tiba-tiba aku mencarinya, itu akan terdengar tidak tahu diri, kan?
Tapi rasanya janggal. Saat pertama kali mendengar cerita tentang kakak, entah kenapa aku lega, tapi juga kesal setengah mati. Kenapa dia meninggalkanku dan tidak pernah kembali saat dia sendiri sudah berjanji? Lantas pada sekon selanjutnya otakku mulai berpikir di luar kendali. Bagaimana jika kakak diculik di tengah perjalanan? Atau mungkin dia tidak bisa bertahan di dunia ini sendirian? Meski konyol, tapi aku pikir perlu untuk memastikannya sekali saja. Persetan dengan kemungkinan bahwa kakak masih menganggapku sebagai adik atau tidak. Karena bagaimanapun juga, aku berhutang kepadanya. Karena dia pernah menyelamatkan nyawaku meski—kemungkinan besar—kemudian memilih untuk pergi begitu saja.
Atau paling tidak aku ingin tahu apa yang terjadi kepada kami saat itu. Apa yang membuatku harus berakhir di panti asuhan seperti sekarang? Mungkin informasi mengenai ayah dan ibu? Kenapa aku memiliki kakak dengan marga yang berbeda? Kenapa kakak pergi dan yakin sekali jika dia bisa kembali? Karena bagaimanapun juga saat itu aku hanya bayi tak berdaya yang akan mati begitu saja tanpa orang dewasa. Sementara kakak adalah bocah delapan tahun yang tak bisa berbuat banyak dengan seonggok bayi di dekapannya. Keadaan yang tak memungkinkan untuk bertahan hidup tanpa bantuan orang lain. Jadi, aku mulai mengerti kenapa kakak meninggalkanku di sini. Setidaknya aku akan hidup.
Pandanganku turun, memperhatikan amplop berisi kertas usang dengan tulisan yang sudah hampir tidak bisa terbaca. Aku tidak tahu kenapa ibu panti bisa menyimpan surat ini selama belasan tahun. Ah iya, dia bilang sempat lupa. Hanya saja langsung teringat saat tidak sengaja menemukan kertas itu di antara tumpukan berkas panti. Kumpulan kalimat yang membuatku yakin bahwa tujuh belas tahun lalu dia adalah orang yang paling ingin aku hidup.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.