"Terima kasih, hyungie."
Namjoon tersenyum, mengusak rambut Jungkook lalu membiarkan anak itu keluar dari mobil. Lebih senang melihatnya seperti ini dari pada saat anak itu murung. Pandangannya beralih, melihat Jimin yang sudah berdiri di luar dan langsung menggandeng tangan Jungkook. Dia pasti sudah biasa berinteraksi dengan anak-anak. Sepertinya takdir memang mengirim Jimin untuk datang sekarang. Meskipun memang terdengar jahat jika menyebut Jimin hanya sebagai 'pengganti' seseorang yang sudah mati.
Rasanya seperti deja vu saat melihat Jimin membawa Jungkook masuk ke dalam rumah dengan ceria. Berbeda sekali dengan beberapa saat lalu, Jungkook bahkan berani melompat-lompat senang sembari berjalan. Anak itu memang sulit berinteraksi dengan orang lain. Selama ini Namjoon tidak pernah melihat Jungkook akrab dengan seseorang selain kakaknya. Sudah jelas alasan mengapa Jungkook sehancur itu ketika Junghyun meninggal.
"Hyung, kenapa diam di sini?"
Namjoon hampir saja mengumpat saat mendengar suara secara tiba-tiba. Mungkin dia juga akan meledak jika tidak melihat siapa pelakunya. Mungkin seharusnya begitu karena si pelaku malah memasang wajah tak bersalah lalu masuk ke dalam mobil begitu saja. "Tae, berhenti mengagetkan orang lain." Tidak ada gunanya bertengkar begini. Dia pasti akan menang.
"Kan sudah kubilang, jangan melamun." Lihat, dia bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun. Justru langsung mengambil snack dari kantong besar yang diletakan di kursi belakang tanpa izin. Ajaib sekali tingkahnya. Jika bukan karena Taehyung adalah adiknya, Namjoon akan menuntutnya sekarang juga. Pencobaan pembunuhan pasti diatur dalam undang-undang, kan? Taehyung selalu hampir membuatnya mati karena jantungan. Yah meskipun memang hanya sampai tahap hampir.
"Ngomong-ngomong Jungkookie bersama siapa tadi? Dia terlihat senang sekali."
Namjoon memilih untuk melajukan mobilnya kembali sebelum kemudian menjawab, "Dia tinggal di rumah Jungkookie sejak kemarin. Kau tidak tahu? Katanya Jungkookie paling suka kau setelah Junghyun. Ternyata tidak, ya."
Taehyung diam. Nampaknya provokasi Namjoon berhasil dengan mudah. Namjoon bahkan berani bertaruh jika sebentar lagi dia pasti akan berteriak keras untuk membantah. Taehyung itu lebih menyayangi Jungkook dari pada Namjoon dan Seokjin yang notabenenya saudara kandung. Yang manis harus diprioritaskan, begitu katanya. Dasar aneh. Tapi sebenarnya Namjoon juga akan lebih memilih untuk menyelamatkan Jungkook jika yang ada dalam pilihan adalah Taehyung dan bocah kelinci itu. Siapa juga yang ingin memelihara alien dengan kapasitas otak rendah itu lebih lama lagi.
Katanya saja yang begitu. Padahal jika Taehyung sedang mode baik, Namjoon dan Seokjin sama-sama memihaknya. Tapi memang mode baik Taehyung hanya keluar saat keadaan darurat. Jadi dari pada Taehyung, tentu saja sekarang Namjoon lebih memihak Jungkook.
"Kenapa dia tinggal di sana?" Sepertinya Namjoon salah. Alih-alih berteriak karena cemburu, Taehyung malah bertanya dengan nada serius. Mode yang hanya keluar sepersekian persen dari lama harinya. Tumben sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Winter For Us [END]
Fanfic[방탄소년단 × 박지민] "Katanya dulu aku punya keluarga." Menjalani hari-hari dengan kumpulan anak di panti asuhan membuat hidup seorang Park Jimin terasa spesial. Memiliki banyak teman, kakak, dan adik hingga ia tak pernah merasakan kesepian. Atas suatu ala...